NovelToon NovelToon
THE TRILLIONAIRE GUARDIAN

THE TRILLIONAIRE GUARDIAN

Status: tamat
Genre:Menjadi Pengusaha / Anak Lelaki/Pria Miskin / Kaya Raya / Tamat
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: Sukma Firmansyah

Seorang kakak miskin mendadak jadi sultan dengan satu syarat gila: Dia harus menghamburkan uang untuk memanjakan adik semata wayangnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukma Firmansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31: Peta Kuno & Warisan Sistem

Mansion Utama Adiguna (Sekarang Milik Atlas) - Ruang Kerja Kresna

Debu-debu beterbangan saat Atlas membuka pintu ruang kerja mendiang kakeknya. Ruangan ini berbau obat-obatan tua dan ambisi yang membusuk.

Sudah seminggu sejak kematian Kresna dan kejatuhan Adiguna Group. Atlas telah menyita semua aset, memecat kroni-kroni lama, dan menggabungkan perusahaan itu ke dalam Wijaya Group.

"Tuan," Sebastian masuk membawa kotak kardus. "Kami sudah membersihkan brankas utama. Isinya kebanyakan obligasi, sertifikat tanah, dan emas batangan. Tidak ada yang spesial."

Atlas mengangguk bosan. "Masukkan ke kas perusahaan."

Emas dan tanah tidak lagi menarik baginya. Dia butuh Wealth Points (WP). Saldonya macet di angka 54.150. Dia butuh 1 Juta. Dan misi-misi bisnis belakangan ini hanya memberinya recehan (10-50 WP).

Atlas berjalan mengelilingi meja kerja kakeknya. Tangannya menyentuh sebuah patung kecil berbentuk naga yang terbuat dari batu giok hitam di atas meja.

Tiba-tiba...

ZZZTTT!

Sengatan listrik statis yang kuat menyambar jari Atlas. Bukan listrik biasa, tapi sensasi yang sama saat dia pertama kali mendapatkan Sistem.

Layar hologram di matanya, yang biasanya tenang, tiba-tiba bergetar dan berubah warna menjadi Merah Kuno.

[ANOMALI TERDETEKSI!]

[Objek: 'The Eye of The Dragon' (Mata Naga).]

[Kategori: ARTEFAK KELAS C.]

[Resonansi Sejarah: 15%]

[SYSTEM LORE UNLOCKED:]

Sistem 'Supreme Guardian' bukanlah teknologi alien atau AI masa depan. Sistem ini adalah manifestasi dari 'Kehendak Kuno' (Ancient Will) yang bertugas menjaga keseimbangan takdir.

Uang hanyalah bahan bakar dasar. Untuk mencapai potensi maksimal (Penyembuhan Mutlak/Keabadian), Host harus mengumpulkan energi dari Artefak Sejarah yang tersebar di muka bumi.

Atlas terbelalak. Selama ini dia mengira Sistem ini cuma kalkulator uang ajaib. Ternyata ini lebih mistis dari dugaannya.

[NEW QUEST CHAIN: THE RELIC HUNTER]

[Misi 1: Bangunkan Sang Naga.]

[Deskripsi: Patung giok ini adalah kunci untuk membuka peta harta karun yang hilang. Namun, ia membutuhkan 'Darah Keturunan' untuk aktif.]

[Reward: Peta Lokasi Artefak Kelas B + 20.000 WP.]

"Darah keturunan?" Atlas menatap patung itu. "Maksudnya darah Adiguna?"

Pantas saja Kresna menyimpan patung ini di meja kerjanya. Kresna pasti merasa ada sesuatu yang istimewa dari benda ini, tapi dia tidak punya Sistem untuk memahaminya.

Atlas mengambil pisau surat di meja. Tanpa ragu, dia menggores sedikit ujung jarinya hingga berdarah, lalu meneteskannya ke mata patung naga itu.

TES.

Darah meresap ke dalam batu giok.

Batu itu bersinar merah menyala, lalu KRAK! Patung itu pecah berkeping-keping.

Dari dalam pecahan batu itu, jatuh sebuah gulungan logam tipis yang tidak berkarat. Atlas memungutnya.

Gulungan itu terbuka, menampilkan proyeksi hologram peta dunia kuno. Sebuah titik koordinat berkedip terang di wilayah Timur Tengah.

[LOKASI TERBUKA: NEKROPOLIS YANG HILANG (MESIR).]

[Target Artefak: 'The Sun Tablet' (Tablet Matahari).]

[Efek Artefak: Memberikan +100.000 WP instan dan membuka fitur 'Health Regeneration' (Regenerasi Kesehatan) permanen.]

Jantung Atlas berpacu. Seratus ribu poin! Itu setara dengan membangun satu kota (Project Eden). Jika dia bisa mengumpulkan 10 artefak seperti ini, Orion bisa sembuh total!

"Sebastian!" seru Atlas.

"Ya, Tuan?"

"Batalkan semua rapat direksi bulan ini. Siapkan jet. Siapkan perlengkapan ekspedisi gurun. Kita akan pergi menggali kuburan."

The White Manor - Ruang Makan (Malam Hari)

Atlas pulang dengan semangat baru. Di meja makan, Orion sedang makan malam sambil membaca buku sejarah seni.

"Dek," panggil Atlas sambil duduk.

"Ya, Kak? Kok senyum-senyum gitu? Habis menang lotre lagi?" goda Orion.

"Lebih seru dari lotre. Kakak mau pergi bertualang. Ke Mesir."

Mata Orion membulat sempurna. "Mesir?! Piramida?! Sphinx?!"

"Iya. Kakak ada... urusan bisnis barang antik di sana," bohong Atlas (sebagian). "Mungkin makan waktu 2 minggu."

Orion meletakkan sendoknya. Dia menatap Atlas dengan tatapan memelas andalannya—mata besar yang berkaca-kaca (Puppy Eyes Attack).

"Kak... aku ikut ya?"

Atlas sudah menduga ini. "Rion, di sana panas. Berdebu. Bahaya. Kita bakal masuk ke tempat-tempat sempit."

Orion mengangkat tangannya, memamerkan cincin Ring of Vitality.

"Aku udah sehat, Kak! Dokter Susan bilang staminaku sekarang kayak atlet lari. Aku juga udah belajar bela diri dasar sama Maya. Lagian..." Orion menunduk. "Sekarang lagi libur semester. Aku bosen di rumah terus. Aku mau lihat dunia sama Kakak."

Atlas menatap adiknya. Dulu, membawa Orion ke gurun pasir adalah vonis mati. Tapi sekarang? Gadis itu sehat, kuat, dan dilindungi cincin ajaib. Dan jujur saja, Atlas tidak tenang meninggalkan Orion sendirian di Jakarta meski musuh sudah habis.

Lagipula, Sistem mengatakan Artefak ini membutuhkan "Resonansi". Orion, dengan jiwanya yang murni dan sensitivitas seninya, mungkin bisa membantu memecahkan teka-teki kuno.

"Oke," kata Atlas akhirnya.

"YESSS!" Orion bersorak, hampir melompat ke atas meja.

"TAPI!" potong Atlas. "Syaratnya ketat."

Kamu harus selalu berada dalam radius 5 meter dari Kakak atau Maya.

Pakai rompi pelindung yang Kakak siapkan (Anti-peluru tipis).

Kalau Kakak bilang 'Lari', kamu lari. Jangan nanya kenapa.

"Siap, Kapten!" Orion memberi hormat.

Tiga Hari Kemudian - Kairo, Mesir

Pesawat Gulfstream mendarat di Kairo. Udara panas gurun langsung menyambut mereka.

Tapi kali ini, rombongan Atlas tidak terlihat seperti turis biasa.

Mereka menaiki konvoi tiga mobil Land Rover Defender yang dimodifikasi.

Atlas mengenakan pakaian taktis gurun (cargo pants, kemeja linen, kacamata hitam).

Orion mengenakan pakaian petualang ala Lara Croft yang sopan (celana kargo, boots, topi safari), terlihat sangat antusias memotret segalanya.

Maya dan 10 anggota Black Watch bersenjata lengkap mengawal mereka. Mereka tidak lagi sembunyi-sembunyi. Di gurun yang tak bertuan, hukum adalah siapa yang memegang senjata terbesar.

"Menurut koordinat peta kuno itu," kata Atlas sambil melihat tablet GPS-nya di dalam mobil, "Lokasinya bukan di Piramida Giza yang turis biasa datangi. Tapi jauh di selatan, di lembah yang belum terpetakan dekat perbatasan Sudan."

Mobil mereka melaju membelah lautan pasir.

"Kak, liat itu!" Orion menunjuk ke luar jendela. Badai pasir mulai terlihat di kejauhan.

"Sebastian, cek cuaca," perintah Atlas.

"Badai pasir lokal, Tuan. Tapi aneh... satelit tidak mendeteksi adanya angin kencang di area itu. Badai itu... diam di tempat," lapor Sebastian.

Atlas menyipitkan mata. Badai yang diam di tempat? Itu bukan cuaca. Itu Pelindung.

"Kita sudah dekat," gumam Atlas. "Masuk ke dalam badai."

"Tuan? Itu berbahaya!" protes supir.

"Jalan! Mobil ini tahan badai!"

Land Rover itu menembus dinding pasir yang tebal. Jarak pandang nol. Angin menderu seperti suara hantu. Orion memegang tangan Atlas erat-erat.

Tiba-tiba... Hening.

Mereka menembus sisi lain badai.

Dan di depan mereka, terhampar pemandangan yang membuat napas tercekat.

Sebuah lembah hijau tersembunyi (Oasis) di tengah gurun mati. Di tengah oasis itu, berdiri sebuah piramida hitam kecil yang ujungnya terbuat dari emas murni, berkilauan ditimpa matahari.

Piramida yang tidak ada di peta dunia mana pun.

[LOKASI DITEMUKAN: THE BLACK PYRAMID OF ANUBIS.]

[Warning: Jebakan Kuno Aktif.]

"Wow..." bisik Orion, mengeluarkan kameranya. "Ini... ini indah banget."

"Indah dan mematikan," koreksi Atlas. Dia memeriksa pistol di pinggangnya. "Ayo kita ambil hadiah kita."

Namun, Atlas tidak tahu bahwa kedatangannya ke tempat ini telah memicu sensor lain.

Di sebuah markas rahasia di London, sebuah alarm kuno berbunyi.

Seorang pria tua berjubah merah—anggota dari The Order (Organisasi yang memburu artefak mistis tapi tidak punya Sistem)—melihat layar monitor.

"Piramida Hitam telah terbuka," katanya dengan suara berat. "Seseorang menemukan kuncinya. Kirim Unit Paladin. Rebut artefak itu dan bunuh penyusupnya."

1
mustika saputro
keren banget
Sukma Firmansyah: thanks abangku,jangan lupa baya karya saya yang lain
total 1 replies
Pakde
🙏🙏🙏🙏🙏
Sukma Firmansyah: jangan lupa rating nya pakde, subs juga
kalo ada yang baru biar bisa ketauan
total 1 replies
Pakde
lanjut thor
Sukma Firmansyah: waduh, udah tamat pakde
next novel baru
semoga suka
btw
ada yang kurang kah dari ceritanya
total 1 replies
Sukma Firmansyah
bagus
Sukma Firmansyah
siangan abangku
Pakde
lanjut thor 🙏🙏🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!