Liana adalah seorang wanita yang paling berbahagia karena ia bisa menikah dengan lelaki pujaannya, Yudistira. Hidupnya lengkap dengan fasilitas, suami mapan dan sahabat yang selalu ada untuknya, juga orang tua yang selalu mendukung.
Namun, apa yang terjadi kalau pernikahan itu harus terancam bubar saat Liana mengetahui kalau sang suami bermain api dengan sahabat baiknya, Tiara. Lebih menyakitkan lagi dia tahu Tiara ternyata hamil, sama seperti dirinya.
Tapi Yudistira sama sekali tak bergeming dan mengatakan semua adalah kebohongan dan dia lelah berpura-pura mencintai Liana.
Apa yang akan dilakukan oleh Liana ketika terjebak dalam pengkhianatan besar ini?
"Aku gak pernah cinta sama kamu! Orang yang aku cintai adalah Tiara!"
"Kenapa kalian bohong kepadaku?"
"Na, maaf tapi kami takut kamu akan...."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Poporing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 2 : Penolakan dari Yudis
Tak terasa hari telah berganti malam begitu cepat. Liana yang awalnya tak sabar menunggu Yudis untuk pulang karena ingin memberikan kabar gembira perlahan mulai cemas, karena sudah hampir pukul 21:00, pria yang dicintainya itu belum juga tampak. Bahkan nomor ponselnya tak bisa Liana hubungi.
"Astaga, kamu kemana Yudis...? Kenapa kamu gak kasih kabar ke aku...?"
Wanita itu berjalan mondar-mandir sendirian di tengah ruang tamu sambil sesekali menatap ke arah kaca jendela yang cukup besar dari dalam rumahnya.
"Nya, gak sebaiknya istirahat dulu di kamar? Nanti kalau Tuan Yudis pulang, Bibi bakal panggilin Nyonya," ujar wanita yang sudah melayani Liana selama beberapa bulan terakhir.
"Ya sudah, saya ke kamar dulu, Bi. Nanti panggilin saya kalau Bapak sudah pulang, ya?"
"Siap, Nya!"
Liana akhirnya memutuskan untuk istirahat di dalam kamar. Kakinya pegal karena berjam-jam berdiri dan batinnya juga cemas memikirkan keberadaan sang suami yang tak kunjung memberinya kabar.
...----------------...
Waktu berlalu, dan Liana masih tak bisa memejamkan mata. Sudah lewat dari 1 jam dan Yudis masih belum ada tanda-tandanya dia akan segera pulang. Liana menghela napasnya dalam-dalam dan melirik ke arah ponsel. Dia masih bingung apakah dia harus menelepon Yudis kembali atau menunggu panggilan dari suaminya saja?
Disaat pikirannya terbelah tiba-tiba ia mendengar suara mobil dari arah depan. Liana melompat dari atas tempat tidur dan bergegas keluar dengan berlari kecil.
Yudis pulang, itu mobilnya tengah masuk ke dalam garasi rumah bersama dengan Bibi Tuti yang sedang menutup pintu pagar garasi. Liana menghela napas lega, akhirnya sang suami pulang dan kecemasannya sirna seketika.
Pria itu keluar dari dalam mobil dengan keadaan yang tampak lelah dan mungkin juga sudah setengah mengantuk.
Liana segera membukakan pintu rumah, menyambut sang suami dengan penuh kehangatan.
"Kamu kenapa malam sekali sih pulangnya? Aku cemas." Liana sebenarnya hendak memeluk pria itu, namun Yudis langsung menahan tangan Liana dan mendorongnya halus ke belakang.
"Aku sudah capek, mau tidur," ucapnya yang buru-buru berjalan menuju ke lantai atas.
"Yudis!" Liana terlihat gusar dan hendak menyusul Yudistira yang malah pergi begitu saja.
Gak ada ucapan selamat malam, atau sekedar kata-kata maaf karena pulang terlambat. Yudis tampaknya sudah gak memedulikan itu. Liana menatap kesal ke arah Yudis yang sudah berjalan menaiki tangga, namun sebelum ia bergerak, Tuti, wanita berusia 40 tahun ke atas itu mencegahnya.
"Kalau orang lagi capek jangan kebanyakan ditanya dulu, Nya, nanti jadi berantem," ucapnya mencoba untuk menasehati Liana agar gak langsung konfrontasi.
"Huft...." Liana mencoba mengatur napasnya yang sudah sangat menyesakkan. "Bibi benar, makasih sudah mengingatkan," ucapnya setelah merasa lebih tenang sedikit. "Saya mau langsung tidur aja Bi." Liana akhirnya kembali memutuskan untuk masuk lagi ke kamarnya.
Untuk saat ini dia dan Yudis memang telah tidur terpisah, atau istilahnya pisah ranjang sejak beberapa bulan terakhir dengan alasan Yudis sibuk dan terkadang dia masih harus menyelesaikan pekerjaannya di rumah, jadi dia lebih nyaman memiliki kamar sendiri yang akhirnya ia jadikan alasan untuk menjauhi Liana.
...----------------...
Paginya Liana bangun lebih awal dari biasa. Ia berencana untuk membuatkan sarapan untuk sang suami. Namun, baru saja ia membuka pintu kamar, Yudis terlihat sudah berjalan terburu-buru menuju pintu utama.
"Yudis, kamu mau kemana?" Liana tergesa-gesa berjalan menghampiri pria itu.
"Aku sedang buru-buru, ada pekerjaan yang harus aku selesaikan," ucapnya bahkan tanpa menoleh ke arah Liana.
"Sepagi ini?? Jangan bohong kamu!" Liana sudah tak tahan lagi. Wanita itu mulai bicara keras kepada Yudis yang sulit untuk diajak bicara.
"Apanya sih yang bohong? Kamu gak percaya sama aku?" Yudis langsung tersinggung karena tuduhan Liana.
"Ya, karena sikap kamu aneh! Mana ada orang pergi ke kantor jam 4 subuh kayak gini, Mas?!" Liana menyalak, emosi sudah tak dapat dibendung lagi. "Kamu masih ada hubungan dengan Tiara 'kan?"
"Tiara lagi, Tiara lagi. Mau sampai kapan sih kamu bahas dia terus?" Yudistira menoleh ke samping dan menatap Liana dengan malas. Dari sikapnya saja kelihatan, kalau dia sudah capek sama pembahasan Liana yang terus berulang membicarakan Tiara dan Tiara.
"Karena kamu bohongin aku terus, Mas!" Liana mulai terisak. Ada rasa kesal bercampur kecewa yang menumpuk di dalam dadanya.
"Kamu...." Yudistira kehilangan kata-kata saat melihat sikap Liana yang terlalu berlebihan (menurutnya) kayak begini. "Kalau kamu emang gak percaya, lebih baik ikut aku!" Tiba-tiba ia mencengkram pergelangan tangan Liana dengan sangat kuat dan menariknya.
"Mas, kita mau kemana??" Liana terkejut akan perbuatan suaminya yang tak terduga.
"Kamu ikut ke kantor, biar kamu bisa lihat apa di sana ada Tiara atau tidak!" jawab Yudistira yang sekarang hendak membuka pintu utama.
"Kamu gila, Mas!!!" Liana berteriak cukup keras dan menahan tubuhnya sendiri agar tidak diseret oleh Yudis. "Lepasin aku!" Ia berhasil menarik tangannya sendiri dari genggaman pria itu.
"Hmph...." Yudis mendengus. Ia terdiam sambil memperhatikan Liana yang sedang meringis kesakitan sambil melihat ke arah pergelangan tangannya yang memerah.
"Kamu kayaknya juga gak bakal peduli meskipun aku sedang hamil 'kan, mas...?" Wanita itu menatap Yudistira dengan penuh kepedihan yang tergambar dari sorot matanya. Ada rasa sakit yang begitu dalam tampak begitu saja.
"Apa maksud kamu?" Tanya Yudis yang sepertinya dia belum mengerti maksud dari ucapan Liana.
"Aku hamil, mas...."
Akhirnya Liana mengungkapkan kehamilannya juga meskipun dia tak berniat untuk membicarakannya di dalam situasi yang seperti ini. Tapi apa reaksi Yudis?? Pria itu hanya diam, menatap heran. Seolah ia tak percaya kalau wanita yang berdiri di depannya benar-benar mengandung anaknya.
"Gak, itu gak mungkin...," ujarnya jelas penuh keraguan pada sang istri.
"Gak mungkin katamu?? Kenapa gak mungkin mas? Kamu pikir aku hamil anak siapa, hah?" Liana benar-benar dibuat sakit hati sekali lagi dengan reaksi Yudis. Bagaimana mungkin pria itu bisa gak percaya atas kehamilan istrinya sendiri.
"Gak, kamu gak mungkin hamil! Aku gak percaya!" Ujar pria itu yang masih tidak percaya dengan perkataan Liana.
"Kamu mau bukti? Mau? Tunggu sebentar!"
Liana yang kepalang emosi langsung pergi dengan cepat masuk ke kamar. Di dalam sana ia membuka laci dan mengambil bukti tes kehamilan yang ia simpan di dalamnya dengan hasil positif. Setelah mengambil benda itu, ia pun kembali keluar menemui Yudistira yang masih menunggu.
"Ini apa buktinya? Bisa lihat tidak kamu??"
Liana memperlihatkan tes kehamilan itu di depan wajah Yudis.
"Gak, kamu pasti salah! Ini pasti bukan punya kamu!" Yudistira tetap menolak fakta itu meskipun bukti sudah di depan mata.
"Brengsek kamu! Sudah sejelas itu dan kamu masih bilang gak mungkin!" Liana yang kesal melempar hasil tes itu ke bawah kaki Yudistira.
"Aku harus pergi sekarang!" Tanpa mempedulikan perasaan Liana, lelaki itu langsung buru-buru pergi keluar.
Liana? Ia berdiri di dalam ruangan dengan perasaan hampa. Awalnya ia berpikir kalau Yudistira pasti akan merasa bahagia karena setelah menunggu satu tahun, mereka dikaruniai anak juga. Tapi, buktinya? Pria itu justru tidak percaya, cenderung menolak kehamilannya.
Apa yang akan dilakukan oleh Liana setelah mengetahui sikap Yudistira yang seperti anti dengan kehamilannya sendiri? Apa yang membuat Yudistira sampai bersikap seperti itu kepada Liana?
.
.
.
Bersambung....
dan saat nanti trbukti liana memang hamil.... jgn lgi ada kta mnyesal yg berujung mngusik ketenangan hidup liana dan anknya....🙄🙄
dan untuk liana.... brhenti jdi perempuan bodoh jdi jdi pngemis cinta dri laki" yg g punya hati jga otak...
jgn km sia"kn air matamu untuk mnangisi yudis sialan itu..
sdh tau km tak prnah di anggp.... bhkn km matpun yudis g akn sedih liana....
justru klo yudis km buang.... yg bkalan hidup susah itu dia dan gundiknya...
yudis manusia tak tau diri.... g mau lepasin km krna dia butuh materi untuk kelangsungan hidup gundik dan calon anaknya...
jdi... jgn lm" untuk mmbuang kuman pnyakit...