" Aku akan membiayai sekolahmu sampai kamu lulus dan jadi sarjana. Tapi kamu harus mau menikah denganku. Dan mengasuh anak-anak ku. Bagaimana?
Aqila menggigit bibir bawahnya. Memikirkan tawaran yang akan diajukan kepadanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ai_va, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengasuh Anak Kecil
Leon tertidur di dalam gendongan Abizam. Sama sekali tidak terusik walaupun keadaan sekitar mall masih cukup ramai.
" Leon kamu mau ajak pulang atau aku ajak pulang Yan?"
" Jatahnya masih sama aku."
" Yaudah kamu gendong kalau gitu."
Ryan mengambil Leon dalam gendongannya Abizam. Hari ini Leon puas bermain dengan Amanda dan Aqila. Biasanya pergi kemana-mana bertiga dengan Abizam dan Ryan, kali ini saat bermain dengan Aqila dan Amanda Leon merasa lebih bahagia.
" Aku antar Amanda pulang dulu. Kalian kalau mau pulang, pulang aja."
" Oke."
Ryan merebahkan Leon di bangku belakang dan Amanda duduk di sebelahnya. Amanda langsung memejamkan matanya. Karena dia paling banyak bermain secara aktif dengan Leon dibandingkan Aqila yang hanya mengunjungi toko buku dengan Abizam. Bahkan di setiap permainan yang akan mereka mainkan, Ryan dengan penuh kesabaran mengambil gambar Amanda dan Leon. Apalagi saat ada salah seorang klien di kantor Ryan yang menyapa Ryan saat sedang mengambil gambar Amanda dan Leon.
* flashback on *
" Pak Ryan?"
" Eh Pak Adi. Sedang bersama keluarga ya pak?"
" Iya pak Ryan. Pak Ryan dengan siapa?"
" Oh anu... dengan...."
" Om Ryan... Ambil gambar Leon sama kak Manda dong."
" Oh sama keponakan ya pak? Silahkan dilanjutkan pak. Selamat berakhir pekan."
Sepeninggal Pak Adi, Ryan melakukan tugasnya lagi mengambil gambar Amanda dan Leon.
" Ngambil gambar kalian aja om capek. Kalian nggak capek apa daritadi?"
" Nggak om. Belikan kita es krim dong."
Dengan patuh Ryan membelikan es krim untuk Leon dan Amanda. Setelah mendapatkan es krim pun mereka mengambil gambar lagi.
" Julurkan lidah kayak gini Leon."
Leon mengikuti contoh Amanda yang menjulurkan lidah. Kemudian mereka mengambil foto selfie, mengambil foto yang dilakukan oleh Ryan juga. Aqila dan Abizam terkekeh melihat Ryan yang berlari kesana kemari dengan Amanda dan Leon.
" Kamu nggak suka foto-foto gitu?"
" Nggak. Qila nggak percaya diri kalau disuruh gaya-gaya kayak gitu."
" Kenapa? Padahal kamu fotogenik kalau difoto."
" Nggak ah. Qila malu."
" Nggak apa-apa deh. Nanti fotonya sama kakak ya."
" Iya."
" Om Abi, Manda foto sama Qila sini."
" Eh Manda... Nggak usah..."
" Boleh. Pakai handphone aku ya."
Abizam menyerahkan handphonenya kepada Amanda.
" Woooowww .. Handphone mehong nih."
Amanda mengambil gambar Aqila dan Abizam. Abizam memeluk pundak Aqila. Amanda mengambil gambar mereka berdua bak fotografer profesional. Amanda mengarahkan gaya untuk Aqila dan Abizam. Wajah Aqila memerah menahan malu.
" Qila napa wajahnya merah sih?"
" Nggak apa-apa. Manda bawel deh."
Amanda terkekeh karena berhasil menggoda Aqila.
" Ini om. Kurang apa fotonya?"
" Cakep. Makasih ya Nda."
" Sama-sama om."
" Bagi ke Qila kak."
" Bayar."
" Kak Abi......"
Aqila mengerucut kan bibirnya membuat Abizam terkekeh melihatnya.
* flashback off *
Setelah melambaikan tangan ke arah Abizam dan Aqila, Ryan dan Amanda pun meninggalkan parkiran mall. Sementara itu dengan membawa beberapa buku bacaan yang dibelinya, Aqila dan Abizam menuju ke tempat dimana Abizam memarkirkan mobilnya.
" Besok ada acara nggak?"
" Di rumah aja sih kak. Persiapan untuk ujian."
" Kapan mulai ujiannya?"
" Dua Minggu lagi kak."
" Habis itu udah mulai lulusan?"
" Iya. Tapi ada kegiatan dari sekolah."
" Apa?"
" Pergi ke Bali. Qila nggak tahu ikut apa nggak."
" Kenapa?"
" Biayanya agak mahal."
" Pakai uang yang kakak kasih aja. Kakak udah nambahin kemarin."
" Hah? Kakak tambahin berapa lagi?"
" Tiga puluh juta. Nanti awal bulan kakak suruh tambah lagi."
" Jangan kak. Yang kemarin aja belum kepakai sama sekali."
" Nggak apa-apa. Buat tabungan kamu aja."
" Qila jadi nggak enak hati."
Abizam memarkirkan mobilnya didepan rumah Aqila. Namun dia mencegah Aqila turun terlebih dahulu.
" Qila. Apa kamu....."
" Apa kak?"
" Nggak apa-apa. Nanti aja kalau sudah selesai ujian saja."
" Ada apa kak?"
" Nggak apa-apa."
" Qila jadi penasaran."
Abizam terkekeh melihat Aqila mengerucutkan bibirnya. Tawa Abizam membuat jantung Aqila berdebar-debar. Tanpa diduga oleh Abizam, Aqila mengecup bibir Abizam. Aqila sendiri terkejut akan tindakannya.
" Ma...maaf kak... Qila nggak sengaja."
Abizam menahan tangan Aqila yang hendak keluar dari mobil.
" Namanya nyium itu nggak gitu. Nyium itu kayak gini."
Abizam mendekati wajah Aqila dan mencium bibir Aqila yang masih berwarna pink karena lipgloss. Abizam memperdalam ciumannya sampai Aqila hampir kehabisan nafas. Kemudian Abizam melepaskan ciuman mereka dengan wajah terengah-engah.
" Qila ....."
" Iya kak."
Wajah Aqila memerah karena ciuman pertama mereka.
" Setelah kamu ujian, kita nikah ya?"
" Hmmmm???"
" Kamu keberatan?"
" Nggak. Qila nggak keberatan sama sekali. Besok pun Qila siap."
" Beneran? Kakak siap nih."
" Eh jangan dong. Qila harus belajar."
" Hahaha... Gini ya susahnya pacaran sama pelajar. Belajar yang baik. Oh iya, ini ada kue untuk ayah, ibu sama kakak kamu. Jangan kamu makan sendiri."
" Nggak. Qila nggak ikut makan."
" Hahaha. Ngambek? Udah masuk sana."
Aqila pun masuk ke dalam rumahnya dan kemudian Abizam pun meninggalkan halaman rumah Aqila. Aqila masuk ke dalam rumah dimana sudah ada ayah dan ibunya.
" Ayah ibu...."
" Kamu habis pergi sama nak Abi?"
" Iya ayah. Ini ada kue dari kak Abi."
Aqila tersenyum dan menghampiri ibunya kemudian memeluknya.
" Maafkan ibu ya.... Gara-gara ibu...."
" Nggak. Ibu nggak salah. Dan jangan menganggap Qila terbebani dengan Kak Abi. Qila mencintai kak Abi."
" Tapi Qila. Bahkan usianya lebih tua dari kakak mu."
" Tapi Qila cinta sama Kak Abi. Kak Abi baik, dewasa, dan Qila benar-benar mencintai kak Abi."
" Kamu yakin nggak terpaksa melakukannya?"
" Yakin Bu. Qila nyaman sama kak Abi. Ibu tahu nggak kalau Kak Abi itu kenal sama Qila sejak lama."
" Oh ya? Kapan?"
" Nggak tahu. Qila aja nggak ingat."
" Gimana sih kamu. Udah sana istirahat. Ingat kamu masih pelajar. Jangan keluar sampai malam gitu. Ibu nggak mau kamu lupa dengan tugas mu ya."
Terdengar nada ketidaksukaan dari ucapan ibunya. Aqila yang hendak beranjak dari duduknya pun mengurungkan niatnya.
" Ada apa?"
" Bu, Qila nggak pernah merasa menerima Kak Abi jadi beban buat Qila. Kak Abi baik. Asal ibu tahu saja. Beberapa waktu lalu ada teman sekolah Qila yang nembak Qila bilang suka pada Qila. Kak Abi dengar saat Qila menolak teman Qila itu. Kak Abi mengira, Qila menolak teman Qila karena Qila sudah ada kesepakatan menikah dengan Kak Abi. Sejak saat itu Kak Abi nggak pernah nemuin Qila. Qila merasa ada yang kurang dengan hari-hari Qila. Dan hari ini tadi, Qila melihat Kak Abi jalan dengan perempuan lain. Dada Qila rasanya sakit, sesak."
Aqila mengusap air matanya yang mengalir dari pelupuk matanya.
" Untungnya kesalah pahaman itu bisa diatasi. Qila bisa dekat lagi dengan kak Abi. Dan hari ini Qila bahagia sekali. Yah....Bu .. Kak Abi bilang setelah Qila selesai ujian, kami akan menikah. Boleh kan Yah... Bu... Kalau kami menikah? Qila pastikan Qila akan bahagia."
Ibu Aqila tidak kuasa menahan air matanya.
" Anak cantiknya ibu sudah besar. Bahkan minta izin menikah sama kami. Maafkan ibu dan ayah selama ini belum bisa membahagiakan kamu."
" Jadi anak ayah dan ibu adalah kebanggaan terbesar buat Qila."
" Kalau nak Abi mau segera menikah sama kamu, segera diurus gimana gimananya nanti."
" Iya. Nanti Qila bilang kak Abi."
Aqila memeluk erat-erat ibunya. Ayah Aqila terlihat beberapa kali mengusap air matanya yang mengalir di pipinya.
" Sudah sana istirahat."
" Iya Bu."
Aqila masuk ke dalam kamarnya dan kemudian membersihkan dirinya terlebih dahulu sebelum tidur. Baru saja keluar dari kamar mandi, handphone Aqila sudah berdering. Dilihatnya nama Abizam yang sedang melakukan panggilan video. Aqila memandangi foto dirinya dan Abizam di profil WhatsApp Abizam. Setelah tersadar dari lamunannya, Aqila mengunci pintu kamarnya dan segera menjawab panggilan Abizam.
" Hallo kak."
" Aku kira sudah tidur. Eh baru mandi ? Kok malam-malam keramas?"
" Tadi keringetan habis jalan-jalan di mall."
" Lain kali kalau mandi malam-malam jangan sama cuci rambut. Nanti kalau sakit gimana?"
Aqila menganggukkan kepalanya.
" Pertama kalinya Qila bisa menikmati jalan-jalan di mall."
" Selama ini nggak pernah?"
" Pernah. Tapi waktu Qila cari sesuatu di mall."
" Nanti kapan-kapan ke mall lagi ya?"
" Buku yang Qila beli tadi belum juga Qila baca."
" Ya jalan-jalan beli yang lainnya dong."
" Oh iya. Kata ibu sama ayah, kalau kak Abi mau nikah sama Qila segera di urus keperluannya apa aja. Qila nggak tahu apa aja keperluan orang nikah."
" Nanti biar kakak dan mama kakak yang urus. Kamu fokus sama sekolah kamu. Oke?"
" Iya. Tapi......"
" Kenapa?"
" Tapi Qila masih boleh kuliah kan kak?"
" Boleh. Kamu mau jadi guru pun juga boleh. Apa aja boleh asal Qila bahagia."
Aqila menyunggingkan senyumnya.
" Kak Abi minum apa?"
" Minum kopi. Ada pekerjaan yang harus kakak periksa."
Aqila menatap kearah jam dinding yang ada di kamarnya. Dilihatnya jarum pendek yang menunjukkan ke angka sebelas.
" Kak, sudah jam segini kakak kok minum kopi? Nanti kalau nggak bisa tidur gimana?"
" Justru biar nggak ngantuk kerjaan kakak banyak."
" Kalau gitu kakak kerjakan aja kerjaan kakak. Fokus. biar cepat selesai ngerjakannya."
" Ini kakak sedang fokus. Sama sesekali lihat kamu. Kan jadi semangat kerjanya kalau sama lihat kamu."
Aqila menutup wajahnya dengan bantal.
" Kok malah ditutup sih wajahnya? Kan jadi nggak kelihatan. Gimana bisa semangat kali ini?"
" Malu kak."
" Pakai malu segala. Kamu cepetan tidur gih. Udah malam. Walaupun besok libur tetap aja jangan tidur malam-malam."
" Iya sebentar lagi."
" Teleponnya jangan dimatiin ya. Kakak pengen lihat kamu tidur."
" Jangan. Qila malu kalau kedengaran lagi dengkur."
" Kakak udah pernah dengar kamu dengkur kalau kamu lupa."
" Ah iya. Memalukan banget waktu itu."
Aqila menutup wajahnya lagi.
" Kenapa malu? Kakak jadi merasa kalau Qila membutuhkan kakak deh."
Aqila menguap untuk kesekian kalinya.
" Cepetan tidur Qila. Arahkan ponselnya ke kamu. Kakak mau lihat kamu tidur."
Aqila meletakkan handphonenya di dekat boneka beruangnya. Camera handphonenya mengarah ke arah Aqila. Abizam sama sekali tidak bersuara saat bekerja. Sesekali tangannya mengetik di laptop sambil melirik ke arah Aqila. Sampai dilihatnya Aqila menutup matanya. Masih cukup lama Abizam melakukan pekerjaannya. Sampai menjelang pukul dua dini hari, dilihatnya Aqila yang masih tertidur nyenyak.
" Good night gadis lollipop ku."
Abizam merebahkan dirinya dan tertidur panggilan video masih tetap dibiarkan menyala. Entah pukul berapa panggilan video mereka berakhir karena handphone mereka yang kehabisan daya.