NovelToon NovelToon
Saat Nafkah Tak Lagi Cukup

Saat Nafkah Tak Lagi Cukup

Status: sedang berlangsung
Genre:Suami Tak Berguna / Selingkuh / Ibu Pengganti / Cinta Terlarang / Duda / Berondong
Popularitas:16.6k
Nilai: 5
Nama Author: Susanti 31

Naren kehilangan pekerjaannya dan terpaksa kerja serabutan demi menghidupi istri serta tiga anaknya.

Namun pengorbanannya tidak cukup untuk menahan hati Nadira, sang istri, yang lelah hidup dalam kekurangan dan akhirnya mencari kenyamanan di pelukan pria lain.

Di tengah getirnya hidup, Naren berjuang menahan amarah dan mempertahankan keluarganya yang perlahan hancur.

Mampukah Naren tetap mempertahankan keluarga kecilnya di tengah peliknya kehidupan? Menurunkan Ego dan memaafkan istrinya demi sang buah hati?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susanti 31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Profesional

Sejak beberapa menit lalu, dua pria tampan sedang berdiri menghadap pantai. Berpengangan pada railing dengan posisi tubuh sedikit membungkuk. Tatapan keduanya tidak pernah teralihkan pada empat wanita yang terlihat bahagia di pinggir pantai.

Tawa mereka sampai terdengar ke vila dan membuat kedua pria itu ikut serta tersenyum.

"Sift mu sudah selesai, sekarang giliranku," ucap Willian ketika jarum jam menunjukkan angka jam 6 sore. Di mana Naren terbabas dari jam kerja, kecuali ada hal darurat yang harus diurus.

"Aku pun ingin menikmati senja," gumam Naren.

Sudut bibirnya membentuk setengah lingkaran, tatapannya tertuju pada wanita yang sebentar lagi menjadi mantan istrinya. Entah kenapa rasa benci itu tidak bisa hadir di hatinya sebesar apapun Nadira menyakiti dan merendahkan harga dirinya.

"Bilang saja mau cuci mata," tuduh William.

"Mungkin seperti itu," sahut Naren masih dengan perhatian yang sama.

"Oh iya memangnya kamu nggak kangen gitu saja istrimu kalau kita tinggal semingguan?"

"Bagaimana bisa aku merindukannya, jika dia ada di sekitarku?" batin Naren.

"Aku ke dalam dulu ya." Naren berpamitan ketika menyadari jam di ponselnya. Namun, saat akan melangkah dia mendapati teriakan para wanita dan tidak menemukan Leona di antaranya.

Tanpa pikir panjang, Naren melompat dari Rooftop terrace lantai dua. Satu-satunya jalan pintas dibandingkan lewat pintu. Pria itu berlari sekencang mungkin ke arah pantai. Melepas jasnya dan menghampiri Leona yang tampak kesusahan dan berada di luar jalur semestinya.

Naren mengendongan Leona ala bridal style yang kini hampir hilang kesadaran. Meletakkannya perlahan di pasir putih dengan paha sebagai bantalan.

"Nona, nona Leona!" Naren menepuk pipi Leona pelan, tetapi wanita itu tidak merespon apapun.

Naren mulai gelisah, tetesan demi tetesan dari rambutnya mulai mengenai wajah Leona tetapi wanita itu tidak kunjung sadarkan diri.

"Napas buatan," ujar Arina.

"Nona Leona!" Naren terus menyadarkan Leona tanpa peduli saran dari Arina. Tidak mungkin dirinya memberikan napas buatan pada atasannya. Jika ia melakukan hal itu maka ia melanggar perjanjian dengan melakukan kontak fisik.

"Naren nggak ada pilihan lain. Berikan napas buatan atau kita akan mendapatkan masalah!" desak Shanaya yang mulai khawatir melihat wajah pucat Leona.

Naren terdiam, detak jantungnya berpacu tidak semestinya sekarang.

"Naren!" bentak Shanaya.

Pria itu memejamkan matanya, mendekatkan bibirnya pada bibir pucat Leona. Memberikan napas buatan berulang kali sampai akhirnya wanita itu terbatuk.

"Syukurlah." Lutut Naren melemah, ia terduduk di atas pasir putih dengan kepala mendongak. Sedangkan Leona mulai dibantu oleh Arina dan Shanaya.

Saat membuka mata, tatapan Naren tertuju pada Nadira yang dibantu oleh William. Yap, terlalu profesional dalam bekerja, Naren hampir melupakan keberadaan Nadira yang juga tenggelam bersama Leona.

Ia hendak beranjak untuk menghampiri Nadira, tetapi namanya disebut oleh Leona yang masih terlihat lemah.

"Jangan berikan info apapun pada direktur," lirih Leona.

Naren mengangguk pelan, membantu Leona bangun. Melirik Shanaya dan Arina secara bergantian. "Bisa bantu nona Leona ke kamar?"

"Bisa." Shanaya mengangguk.

Kini yang tersisa di pinggir pantai hanya dirinya, Nadira dan William saja.

"Kamu baik- baik saja?" tanya Naren pada Nadira, tetapi wanita itu melewatinya tanpa ada keinginan menjawab pertanyaan Naren.

"Hampir saja kita dalam masalah, untuk kamu gercep Ren. Nona Leona nggak biaa berenang," ujar William merangkul pundak Naren.

Keduanya memutuskan untuk berganti baju terlebih dahulu. Naren yang lebih cepat selesai keluar dari kamar sambil mengosok rambutnya yang basah. Ia berniat untuk mencari ponselnya di pinggir pantai, ia baru ingat ponsel itu ada di jasnya dan tadi jasnya ia lempar sembarang arah.

"Naren."

Naren yang sedang menunduk untuk mengambil ponselnya, segera berbalik dan mendapati Shanaya berdiri sambil memegang gelas yang entah apa isinya.

"Teh jahe biar nggak masuk angin." Memberikan pada Naren.

"Terimakasih, tapi nggak perlu repot-repot." Menerima gelas pemberian Shanaya.

"Aku yang berterimakasih karena kamu menyelamatkan Leona di saat kamu dihadapkan dua pilihan yang pasti sulit untuk kamu putuskan," ujar Shanaya.

Bagaimana tidak, wanita itu menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Naren berlari seperti orang kesetanan menuju pantai. Awalnya Shanaya mengira Naren akan menyelamatkan Nadira lebih dulu, tetapi siapa mengira Naren langsung mengendong Leona keluar dari air. Beruntungnya tidak lama, William menyusul untuk menyelamatkan Nadira.

"Aku di sini sebagai pengawal nona Leona, sudah seharusnya memprioritaskan," jawab Naren.

Pria itu memilih duduk di sebuah batang kayu yang sengaja di letakkan di sana. Batang kayu sebagai penghias. Shanaya ikut duduk dan memandang langit bertaburkan bintang.

"Aku nggak pernah membayangkan bisa duduk denganmu dan menikmati indahnya bintang di pinggir pantai," gumam Shanaya.

"Mungkin karena sejak dulu kita nggak punya alasan untuk membayangkannya." Naren tersenyum. Dia mengenal Shanaya hanya sebatas teman istrinya sekaligus teman sekelasnya, tidak lebih.

"Sana gih minta maaf sama Nadira tentang apa yang terjadi tadi," ujar Shanya ketika terjadi diam-diaman selama beberapa menit. Terlebih dia melihat Nadira berdiri di Rooftop terracer seolah memperhatikan keduanya.

"Hm." Naren mengangguk, tetapi tidak kunjung beranjak. Berbeda dengan Shanaya yang sudah berlalu masuk ke villa.

Kini Naren sendirian, menghela napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Ia sigap menerima panggilan yang baru masuk ke ponselnya. Dia berdehem sebentar.

"Bagaimana dengan keadaan di Vila?"

"Terjadi kecelakaan kecil, tapi saya sudah menanganinya Pak."

"Oke."

Sambungan pun terputus begitu saja. Sepertinya kantor keamanan tahu apa yang sedang terjadi di villa, beruntung dia tidak berbohong atau entah apa yang terjadi padanya.

Naren berdiri hendak memasuk ke villa, tetapi ia dikejutkan dengan keberadaan Nadira yang kini sudah berada di hadapannya.

Sulit di pungkiri senyumnya mengembang. Dihatinya masih ada wanita itu, terlebih mereka memiliki buah hati yang mengemaskan.

"Anak-anak sangat baik, kalau kamu merindukannya bisa langsung ke rumah. Aku nggak akan melarangmu untuk bertemu mereka," ucap Naren yang mengira Nadira menghampirinya untuk menanyakan anak-anak.

Sebagai ibu tidak mungkin rasa rindu itu tidak hadir saat terpisah lebih dari seminggu tanpa kabar. Namun, pemahaman Naren salah pada istrinya. Nadira datang bukan untuk itu.

"Kenapa harus jadi pengawal Leona? Dari banyaknya pekerjaan kenapa harus di sekitarku, Mas!" tanya Nadira dengan tatapan kebenciannya.

Naren terhenyak mendapati pertanyaan Nadira. Jadi perempuan itu benar tidak mempertanyakan keadaan anak-anak mereka?

"Karena mas harus mencari nafkah dan mas diterima sebagai pengawal. Lagi pula mas nggak mengganggumu."

"Mas sengaja ingin mempermalukan aku?"

"Bahkan mas nggak berpikir sejauh itu saat menerima pekerjaan ini. Saat mas memutuskan untuk berpisah, saat itu pula mas melepasmu dan nggak akan menganggumu. Jika keberadaan mas membuatmu nggak nyaman. Maaf. Tapi mas nggak akan berhenti karenamu, anak-anak butuh nafkah."

Naren melewati Nadira sembari membawa gelas pemberian Shanaya. Dari banyaknya perjuangan yang Naren lakukan, tidak satupun Nadira menganggapnya.

"Ternyata aku salah menilaimu."

.

.

.

.

.

Geer banget Naren nerima pekerjaan demi Nadira😏

1
Nena Anwar
kata2 Shanaya bijak banget ya dewasa banget pemikirannya,,,semoga Ayahnya Naren pulang dengan selamat dan baik2 saja
Nena Anwar
sadar diri aja Nadira kamu yg mengkhianati pernikahan tapi kamu sendiri yg sakit hati aneh 🤔 lah baru liat Naren makan bareng Shanaya doang kamu udah cemburu bagaimana dengan perasaan Naren saat kamu dicumbu mesra oleh Rafka dikantor Rafka
Dini Anggraini
Betul ibu dan ayahnya naren selama ini saat naren terpuruk kan beliau yang masih setia dan menjaga cucu2nya sampai naren dapat kerjaan dan sekarang biarkan naren ayahnya dan semoga ayahnya naren pulang selamat ya bunda karena sekarang penipu lebih galak daripada orang yang meminjami. 🙏🙏😍😍😍
Ikaaa1605
Kegantung lagi dehhhhh
Bucinnya Nunu ☆•,•☆: biar kering, soalnya lagi musim hujan
total 1 replies
Sunaryati
suka
Sunaryati
Nah gitu Nak Naren, masa langsung disergap pelukan tidak menghindar ,masa seorang ibu kok begitu menyerahkan semua anaknya ke suami, biasanya mati- matian agar dapat gak asuh anak, lha Nadira tak pernah nengok
Sunaryati
Benar tadinya emak mau ngasih nilai 5 ⭐ , eeee kok malah dipeluk mantan istri tak menghindar, jadi emak urungkan lihat reaksi Naren. berikutnya, jika luluh tak jadi. Dari model jadi pelayan restoran.
Bucinnya Nunu ☆•,•☆: waduh
total 1 replies
Sunaryati
Naren dan Nadira sudah resmi cerai, mudah- mudahan dapat jodoh yang menerima Nak Naren apa adanya dan menyayangi ketiga anaknya.
Sunaryati
Emak tidak setuju, enak saja sudah menginjak- injak harga diri suami, tidak peduli anak, masa diberi kesempatan. Ingat sebelum kembali ke rumah orang tuanya Naren yang mengerjakan pekerjaan rumah tangga sendiri masih menyiapkan kebutuhan anak- anaknya. Sedangkan Nadira hanya bermain ponsel. Dan menghina Naren karena jadi drive on line. Jika balikan emak berhenti mengikuti kisahnya.
Sunaryati
Naren selamat dan tolong beri kompensasi untuk menghidupi keluarganya. Untuk Nadira, kau wanita tidak tahu malu, menjilat ludah sendiri. Kau yang membuang suami dan anak- anakmu, demi hidup enak bahkan telah memberikan tubuhmu pada lelaki itu. Pastinya Naren akan jijik jika mengingatnya. Lebih baik kau cari mangsa baru, atau jual diri
Sunaryati
Benar Naren tegaskan pada dirimu, untuk apa kembali pada wanita yang sudah berbagi peluh dengan pria lain. Apalagi tidak mau berjuang bersama dalam menghadapi kesulitan ekonomi
sryharty
ren nareeen mau kamu sama barang yg udah di nyek2 sama orang
Maria Kibtiyah
naren mending balik lg sama nadhira
Maria Kibtiyah: kasian anak2nya dia juga dah berubah pasti
total 2 replies
Ikaaa1605
Hadeeeh ini naren yg kebangetan atau othor nya huhuhuhuhu pokonyaa ngk setuju klo naren sampai balikan sma nadira🤣
iis nuriyah: jangan atu aku orng yg kesekian yg gak setuju naren balik lgi sma c,ndroooo ya outhor awas ajj😁😁😁tuh c,naren jngn di kasih luluh di peluk2 meneng bae SM c,ndrooo🤭🤭🤭
total 2 replies
Was pray
yang kebangeten Naren atau othornya? kalau Naren luluh ?
Was pray: othor ikut Naren atau Naren yg ikut alur ceritanya othor?
total 2 replies
Yulia Dhanty
gm sich naren kmu tuch dk tegas bgt lgsng luluh liat nadira nangis???
udah kmu sm shanaya aja aku dukung pake bgtttt😄
Dew666
👩‍❤️‍👩👩‍❤️‍👩👩‍❤️‍👩👩‍❤️‍👩
Ninik
Naren aku akan membencimu kalau kamu sampai balikan sama Nadira
sryharty
shanaya oke Leone pun oke
tapi jangan Leona deh orang tuanya konglomerat takut Nanti Naren nya juga minder
dan takutnya orang tua Leona ga mau menerima anak2 Naren
jadi sama shanaya aja
semoga Naya juga sayang anak2 Naren
Nena Anwar
aku s7 sama Shanaya thor 😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!