NovelToon NovelToon
Sang Penyelamat

Sang Penyelamat

Status: sedang berlangsung
Genre:Penyelamat / Dokter Genius
Popularitas:45.6k
Nilai: 5
Nama Author: Ichageul

Irsyad mendapat tugas sulit menjadikan Bandung Medical Center sebagai rumah sakit pusat trauma di Bandung Timur.

Kondisi rumah sakit yang nyaris bangkrut, sistem yang carut marut dan kurangnya SDM membuat Irsyad harus berjuang ekstra keras menyelesaikan tugasnya.

Belum lagi dia harus berhadapan dengan Handaru, dokter bedah senior yang pernah memiliki sejarah buruk dengannya.

Bersama dengan Emir, Irsyad menjadi garda terdepan menangani pasien di Instalasi Gawat Darurat.

Terkadang mereka harus memilih, antara nyawa pasien atau tunduk dengan sistem yang bobrok.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Brain Death

Dalam hitungan ketiga, tubuh Satria sudah dipindahkan ke ranjang. Reynand memeriksa jalan nafas pasien dan juga denyut nadinya. Nayraya segera mengambil sampel darah pasien kemudian dibawa ke laboratorium. Reynand memeriksa kondisi fisik Satria. Kulit pasien terlihat pucat kebiruan, menandakan pasien terkena sianosis atau kekurangan oksigen.

"Satria!" panggil Reynand namun pria itu bergeming.

Dokter residen tersebut kemudian memeriksa jalan pernafasan Satria. Reynand bergegas melakukan intubasi untuk membantu pernafasan Satria. Pelan-pelan pria itu membuka mulut Satria kemudian memasukkan loringoskop. Setelah pita suara terlihat, dokter tersebut memasukan tabung endotrakeal melalui mulut hingga ke batang tenggorokan.

Kedua orang tua Satria terus memperhatikan Reynand yang sedang menangani anaknya. Keduanya saling berpelukan, berharap sang anak bisa diselamatkan.

Setelah menghubungkan balon kecil di ujung tabung, Reynand melepaskan loringoskop. Tabung dihubungkan pada kantong nafas sementara untuk membantu pernafasan Satria. Usai melakukan intubasi, Reynand segera mendekati orang tua pasien.

"Apa yang dilakukan Satria akhir-akhir ini?"

"Dia hanya diam di rumah. Dia sedang menyelesaikan tugas akhir dan lebih banyak diam di rumah. Satria bukan anak yang mudah bergaul dengan orang lain. Dia cukup tertutup."

"Sejak kapan dia tertidur?"

"Sejak siang. Semalaman dia tidak tidur, sibuk menyelesaikan skripsinya."

"Apa dia mengkonsumsi sesuatu? Seperti obat-obatan?"

"Maksud mu narkoba? Satria bukan anak seperti itu. Apa dokter menganggap anak ku pecandu?"

Ibu Satria nampak emosi ketika menjawab pertanyaan Reynand. Di saat dirinya cemas, dokter yang menangani anaknya justru menanyakan hal yang mengarahkan pada penggunaan narkoba.

"Dilihat dari kondisinya, sepertinya Satria sudah mengkonsumsi sesuatu. Saya tidak menuduhnya kalau dia pecandu, tapi mungkin dia mengkonsumsi sesuatu yang dia tidak tahu kandungan di dalamnya. Apa Ibu tahu soal itu?"

"Oh.. Satria memang mengkonsumsi sesuatu. Dia membeli vitamin, katanya vitamin itu bisa tetap membuatnya fit walau sering bergadang."

"Apa Ibu membawanya?"

"Ada di mobil," wanita itu melihat pada suaminya. Secepat kilat Ayah Satria keluar dari ruangan tindakan. Dia berlari keluar dari IGD menuju parkiran. Lima menit kemudian dia kembali dengan membawa obat di tangannya.

Reynand melihat dengan seksama obat yang ada di tanganya. Di bagian pembungkus tidak terdapat keterangan kandungan obat. Pria itu meminta salah satu perawat membawanya ke laboratorium untuk diperiksa.

"Apa dia sudah lama mengkonsumsinya?"

"Dia baru membelinya. Saya tahu karena saya yang menerima kiriman obat. Satria membelinya secara online. Kalau dilihat dari sisa obat, sepertinya dia baru mengkonsumsi empat kali. Apa ada masalah dengan obat itu?"

"Saya curiga kalau obat itu mengandung fentanil."

"Fentanil, apa itu?"

"Fentanil itu obat golongan opioid. Itu adalah jenis obat pereda nyeri yang sangat kuat. Tapi sekarang ini banyak yang mencampur fentanil dengan zat lain seperti heroin atau kokain. Jika terjadi, maka ini sangat berbahaya."

Perasaan kedua orang tua Satria semakin was-was mendengarnya. Apalagi sampai sekarang Satria tak kunjung membuka matanya.

Sambil berlari Nayraya kembali ke IGD. Dia sudah mendapatkan hasil tes darah Satria. Dari hasil tes diketahui dalam darah Satria terdapat kandungan fentanil yang cukup tinggi. Begitu mendapat hasil tes darah, Reynand dengan cepat melakukan tindakan.

"Berikan nalokson."

Dengan cepat Nayraya mengambil obat yang dimaksud. Nalokson adalah obat antiginis opioid yang bekerja memblokir efek opioid. Nayraya menyelimuti tubuh Satria untuk mempertahankan suhu tubuh.

Reynand mengambil sebuah alat tumpul kemudian menusukkannya ke telapak kaki dan ujung jari kaki Satria untuk melihat apakah ada reaksi, namun ternyata tidak ada reaksi apapun. Pria itu kemudian memeriksa kedua mata Satria. Dia membuka mata Satria kemudian mengarahkan senter ke bola matanya.

"Pupilnya mengecil. Kita harus melakukan CT," ujar Reynand.

Tanpa menunggu lama Nayraya dan Reynand segera membawa Satria untuk melakukan pindai CT. Reynand terus memperhatikan monitor yang menunjukkan hasil CT scan. Pria itu mengusap wajahnya kasar, kekhawatirannya menjadi kenyataan.

Usai melakukan pindah CT scan, Satria dibawa kembali ke IGD. Kedua orang tua pemuda dengan sabar menantikan apa yang terjadi pada anaknya. Begitu sampai ke ruang tindakan, Reynand segera memerintahkan untuk memasang EKG untuk memantau detak jantung pasien. Dan memasang ventilator untuk membantunya bernafas.

"Apa yang terjadi?"

Irsyad yang sudah selesai memeriksa pasien yang baru dioperasinya bergegas menuju IGD begitu mendengar ada pasien tak sadarkan diri akibat fentanil.

"Dia tidak merespon apapun. Hasil CT menunjukkan terjadi hipoksia serebral. Sepertinya kurangnya pasokan oksigen terjadi cukup lama dan baru disadari oleh keluarganya. Dia tertidur dari siang."

Irsyad membuka mata Satria kemudian memeriksanya menggunakan senter. Kepala pria itu menggeleng pelan. Beberapa kali dia menekan beberapa titik sensitif di tubuh pasien namun tidak ada reaksi apapun.

"Segera lakukan beberapa tes untuk lebih meyakinkan kondisi pasien. Tes AGDA, EEG dan MRI otak untuk lebih memastikan. Jika hasilnya tetap sama, kita harus memberitahu kebenarannya pada keluarga pasien."

Kembali Satria harus menjalani beberapa tes untuk mengetahui apakah pemuda itu mengalami serebral hipoksia. Serebral hipoksia adalah kondisi di mana batang otak mengalami kekurangan oksigen. Kondisi ini bisa mengakibatkan kerusakan permanen sampai berujung pada mati batang otak. Jika kerusakan pada batang otak sudah permanen, maka tidak bisa dipulihkan kembali. Pasien dinyatakan meninggal walau jantungnya masih berdetak.

Waktu berjalan semakin larut. Reynand masih bertahan di rumah sakit. Bagaimana pun juga Satria adalah pasiennya karena dia yang pertama kali menanganinya. Pria itu memandangi wajah lelah pasangan suami istri yang masih setia menunggu keadaan sang anak.

Mata Reynand melihat pada monitor EEG yang menunjukkan aktivitas otak listrik Satria. Monitor EEG menunjukkan flatline atau garis lurus. Tidak terdeteksi adanya aktivitas otak listrik pada pemuda itu. Hasil MRI pun sudah keluar dan hasilnya tetap sama seperti saat CT scan.

"Kamu atau aku yang harus mengatakannya?" tanya Irsyad. Mereka sudah sampai pada kesimpulan kalau Satria mengalami mati otak.

"Aku saja."

Dengan langkah pelan Reynand berjalan mendekati pasangan suami istri yang duduk di ruang tunggu. Pelan-pelan dokter residen itu mendudukkan dirinya di samping pasien tersebut. Dengan suara tercekat Reynand menerangkan kondisi yang dialami Satria sekarang. Tangis keduanya langsung pecah.

"Apa dokter yakin?"

"Hasil tes menunjukkan demikian. Maafkan saya."

"Ngga, ngga mungkin. Anak saya tidak mungkin mengalami mati otak. Kita bawa saja dia ke rumah sakit lain."

"Dibawa kemana pun hasilnya akan tetap sama. Maafkan saya."

Ibu dari Satria bangun dari duduknya lalu berlari memasuki ruangan di mana sang anak berada. Wanita itu menangis sambil memeluk tubuh anaknya yang tidak bergerak sama sekali.

"Satria..." raung wanita itu sambil menangis kencang.

Semua yang ada di IGD hanya bisa terdiam melihat pemandangan memilukan di ruang tindakan satu. Reynand hanya bisa duduk dengan kepala tertunduk. Irsyad mendekati Reynand kemudian menepuk bahunya pelan.

"Pulanglah. Tugas mu sudah selesai."

Untuk beberapa saat Reynand masih terdiam di tempatnya, sebelum akhirnya dia bangun dan meninggalkan IGD. Dengan langkah lunglai dia berjalan menuju parkiran di mana motornya berada.

***

Sampai pagi menjelang, orang tua Satria masih enggan untuk melepaskan alat bantu pernafasan untuk anaknya. Sang Ibu masih berharap ada keajaiban sang anak akan terbangun. Irsyad yang mengambil alih pengobatan Satria tidak bisa melakukan apapun karena itu keputusan orang tua pasien.

Satu per satu petugas medis di shift pagi mulai berdatangan. Nayraya sendiri sudah melakukan serah terima pekerjaan dengan Farah. Shift wanita itu sudah selesai dan bersiap untuk pulang.

"Abang bukannya libur kemarin?" tanya Emir yang baru saja datang.

"Kemarin ada operasi mendadak. Ditambah lagi kedatangan pasien brain death."

Mata Irsyad terus melihat ke arah ruang tindakan satu. Kedua orang tua Satria masih setia menemani sang anak yang belum tersadar.

"Apa semua tes sudah dilakukan?"

"Ya, dan semuanya menunjukkan pasien mengalami brain death. Aku sudah menjelaskan pada orang tua pasien tapi mereka masih berharap ada keajaiban."

"Abang lebih baik pulang sekarang. Biar aku yang ambil alih pasien itu."

"Oke. Kalau ada operasi mendadak, hubungi saja aku."

Emir mengangkat ibu jarinya. Irsyad segera menuju loker untuk berganti pakaian, sementara Emir mendekati Farah di nurse station.

"Siapa pekerja sosial di sini?"

"Lidya."

"Bisa panggilkan dia? Kedua orang tua Satria perlu berbicara dengannya."

"Baiklah."

Farah segera menghubungi Lidya. Wanita itu bekerja sebagai pekerja sosial medis. Tugasnya di rumah sakit untuk memberikan dukungan non medis pada pasien, seperti membantu memberikan pemahaman penyakit, memberikan dukungan emosional, mengadvokasi kebutuhan pasien, mengkoordinasikan perawatan pasca-rumah sakit dan menghubungkan pasien dengan sumber daya yang tersedia, seperti konseling atau bantuan keuangan.

Lima menit kemudian Lidya sampai di IGD. Emir segera mengajak wanita itu menemui keluarga pasien. Kedatangan Emir langsung disambut kedua orang tua Satria.

"Dokter, apa ada perkembangan dari anak saya?"

"Maaf Ibu, kondisi Satria masih belum berubah sejak semalam."

"Saya ingin melakukan tes lagi."

"Ibu lihat monitor ini. Garis lurus ini menunjukkan aktivitas listrik otak Satria. Tandanya menunjukkan garis lurus yang artinya tidak aktivitas otak listrik."

"Tapi jantungnya masih berdetak."

"Jantungnya memang masih berdetak tapi seluruh fungsi otak sudah berhenti total. Secara medis anak Ibu sudah meninggal."

Tangisan wanita itu langsung pecah mendengar penjelasan Emir. Wanita itu masih belum siap melepaskan anaknya. Apalagi jantungnya masih berdetak. Dia masih berharap adanya keajaiban untuk sang anak.

"Ini Lidya, Ibu dan Bapak bisa berbicara dengannya. Saya akan melakukan apapun keputusan Ibu dan Bapak."

Emir meninggalkan Lidya bersama kedua orang tua Satria. Wanita itu mengajak kedua orang tersebut berbicara di ruangan lain. Ketiganya segera meninggalkan ruangan tindakan.

Emir baru sampai di nurse station ketika mendengar suara sirine ambulans mendekat. Sambil memakai sarung tangannya, Emir mendekati pintu masuk IGD. Dua orang paramedik menurunkan brankar dengan seorang gadis terbaring di atasnya.

"Ivana, usia 21 tahun mengalami overdosis obat penenang."

***

Hadeuh gara² obat lagi

1
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
Emang bisa 🤪
Paula Abdul
weww..... semoga op nya lancar ga ada kesalahan, kekeliruan, kecerobohan dari dokter Handaru, dah cukup pasien yg meninggal karenanya biar julukan hodadnya ga melekat abadi
Paula Abdul
wkwkwkwkwk....
yg ada pasien bedah kecantikan malah jadi pasien bedah jantung n jadi pasien kejiwaan gegara liat pasien lain yg masuk IGD dengan kondisinya beneran gawat n darurat juga bikin yg liat stress 😂😂
tehNci
Hampir nahan nafas saat menghadapi ketegangan di ruang IGD. Untung akutuh bukan tenang medis,.jadi kekacauan dan ketegangan seperti tadi tidak akan kualami.. Alhamdulillah 😅
Miroh Jasseem
😍😍😍😍😍😍
Nabila hasir
tegang padahal cuman baca. tapi situasi di igd ikut terbayangkan betapa riweh dan rame ruangan igd.
Nabila hasir
wes lihat dengan matamu sentanu🤣🤣
Nabila hasir
waduh handaru kok lagi masuk ruang operasi. ntar ada yg di salahkan lagi lho ya
dewi rofiqoh
Handaru mau ikut mengoperasi pasien lagi? Semoga tidak ter apa-apa 🤲🤲
choowie
hahahah...makanya mikir sebelum mengambil keputusan
choowie
nah gini baru benar
Nabila hasir
handaru ma sentanu kamu berhadapan ma turunan keluarga hikmat dan Ramadan
Safitri Agus
hodad turun tangan juga akhirnya semoga saja lancar operasinya,
Safitri Agus
haduh lemes aku gak kuat lihat darah 😵‍💫
Safitri Agus
Innalillahi
Safitri Agus
tau gini gak usah kerja sama dgn Sentanu🤦
☠ᵏᵋᶜᶟAnnelieseᵇᵃˢᵉ
si sentanu baru sadar setelah melihat keadaan IGD sebenarnya klo kedatangan pasien banyak ya,nah Handaru kembali ke meja operasi lgi apa akan ada yg menghentikan nya atau ada insiden lain ya
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
awas gagal lagi/Frown//Frown/
@☘𝓡𝓳IႶძiჁმ
haben nagen ge yakin lah bakal kalah kamu mah ...gk kuat lawan Irsyad 😏
Teti Usmayanti
waduh Handaru masuk ruangan operasi lg, jgn2 nanti pasien mati lg secara Khan km suka malpraktek.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!