menceritakan tentang seorang murid pindahan yang bernama Kim hyun yang pindah ke sekolah barunya yang bernama sekolah SMA CSB (CENTRAL SPORT BUSAN), awalnya kehidupannya lancar namun tampaknya dia tidak terlalu mengetahui tentang sisi gelap sekolah ini beserta kota ini maka dari itu kim Hyun mau tak mau harus mencari tahu tentang sisi gelap sekolah ini dan kota ini agar dirinya bisa menjalani kehidupan yang normal
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ilwa nuryansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 12
Ketegangan di koridor seketika pecah saat siswa berambut putih itu muncul. Lee Gyu-won (si Judo) dan Kim Hyun melepaskan cengkeraman mereka, meskipun dengan enggan.
Siswa berambut putih itu adalah Choi Jun-seo, Koordinator Keamanan Siswa OSIS. Dia bertanggung jawab memastikan ketertiban, terutama di pagi hari.
Jun-seo: (Menghela napas, gestur bosan) "Gyu-won-ah, Ayolah. Kalian sudah cukup terkenal karena membuat masalah. Jangan mulai kerusuhan di koridor Kelas Dua. Ini sungguh sia-sia."
Gyu-won: (Merasa terhina karena diganggu) "Penjaga Keamanan, ini tidak ada hubungannya denganmu! Bocah ini menghina Geng Kelas Satu! Dia harus dihajar!"
Salah satu anak buah Gyu-won berbisik cepat di telinganya.
Bawahan: "Bos, dia Choi Jun-seo. Anggota Osis, dan dia memiliki koneksi dengan Kelas Tiga. Ini akan merepotkan. Kita mundur saja dulu."
Gyu-won menyadari kebenaran ucapan itu. Berkonflik dengan Osis—terutama dari faksi yang kuat—adalah hal terakhir yang diinginkannya saat ini. Ia melepaskan sisa cengkeramannya yang menahan kerah Hyun.
Gyu-won: (Menatap Hyun dengan tatapan sinis dan tajam) "Kau beruntung kali ini, Kim Hyun. Tapi ingat, di Central Sport Busan, Osis tidak bisa melindungimu selamanya."
Gyu-won memberi isyarat kepada anak buahnya, dan mereka mundur, meninggalkan koridor dengan wajah penuh kebencian.
Hyun merapikan kerah seragamnya, sedikit mengusap lehernya yang sakit.
Choi Jun-seo menggelengkan kepalanya. "Murid tahun pertama benar-benar tidak mengenal adab. Merasa punya sedikit kekuatan, mereka langsung menantang senior. Ini memalukan."
Min-ho maju dengan tergesa-gesa.
Min-ho: "Ah, Koordinator Choi! Terima kasih banyak! Anda menyelamatkan kami!"
Jun-seo: (Melambaikan tangan dengan santai) "Bukan masalah besar, Min-ho. Itu pekerjaanku. Kalian harusnya sudah ada di kelas."
Jun-seo lalu memfokuskan pandangannya pada Kim Hyun. Ia mengamati fitur wajah Hyun yang asing baginya.
Jun-seo: "Aku belum pernah melihatmu. Wajah baru. Apakah kau murid pindahan? Kau terlihat tidak seperti kebanyakan atlet dari klub."
Hyun tersenyum, merasa ada perbedaan energi yang menyenangkan dari Jun-seo.
Hyun: "Ya, aku baru pindah. Aku Kim Hyun, dari Kelas 2-C."
Jun-seo mengangguk. Dia tampak berpikir sejenak, lalu matanya memancarkan sedikit pemahaman.
Jun-seo: "Kim Hyun... 2-C. Oh, jadi kau bocah yang menjatuhkan si Kyokushin dari 2-B lusa lalu. Kabarmu sudah menyebar." Jun-seo tersenyum misterius. "Semoga kau betah di sekolah ini. Kalau begitu, sampai jumpa."
Jun-seo berbalik dan melanjutkan patrolinya dengan langkah santai. Hyun hanya tersenyum melihat kepergiannya, merasa setidaknya ada satu orang di CSB yang tidak dipenuhi aura kekerasan.
Hyun dan Min-ho melanjutkan jalan mereka menuju kelas.
Sementara itu, di Kelas 2-B, suasana terasa sangat kontras. Pagi masih dingin, tetapi di sudut belakang kelas, Han Gyu-sik, Raja Kelas 2 yang sesungguhnya, duduk di bangku. Jendelanya dibuka sedikit, membiarkan asap rokoknya mengepul keluar.
Gyu-sik mengenakan hoodie di balik seragamnya, dan tatapannya kosong, menikmati kopi hitam panas yang mengepul di cangkir plastik di depannya. Kombinasi kafein, nikotin, dan dinginnya udara pagi menciptakan kedamaian yang mematikan. Di mata siswa lain.
Gyu-sik adalah penguasa, dan tidak ada yang berani membuat suara kecuali diperintah. Kelas itu sunyi, penuh dengan tatapan takut.
Pintu kelas berderit terbuka, dan salah satu anak buah Gyu-sik, Tae-ho (siswa Judo yang pergelangan tangannya terkilir di Episode 4), masuk dengan langkah ragu. Dia adalah orang yang ditugaskan untuk menyelidiki latar belakang Kim Hyun.
Gyu-sik: (Tanpa menoleh, suaranya rendah) "Kau sudah selesai?"
Tae-ho: (Berdiri kaku) "B-bos. Saya... saya sudah berusaha semampu saya."
Tae-ho mulai melaporkan, suaranya bergetar. Dia menjelaskan bahwa Kim Hyun memang orang baru, pindah dari Chunryang, tetapi mereka tidak dapat menemukan catatan klub bela diri apa pun. Informasi pribadinya seperti tersegel, dan semua sumber mengatakan dia hanya 'putra petani'.
Tae-ho: "Dia benar-benar orang asing, Bos. Kami belum bisa mendapatkan informasi apa pun tentang pelatih atau gaya bertarungnya yang aneh itu..."
Kelas menjadi sunyi. Hanya suara napas siswa lain yang terdengar. Gyu-sik mengangkat cangkir kopinya, menyesap isinya dengan perlahan.
Kemudian, dengan gerakan yang tiba-tiba dan mengerikan, Gyu-sik melempar sisa kopi panas beserta cangkir plastiknya tepat ke wajah Tae-ho.
CUP! SPLASH!
Kopi panas itu memercik di wajah Tae-ho. Dia menjerit, bukan hanya karena panas, tetapi karena teror.
Gyu-sik: (Berdiri, matanya dingin dan kosong) "KAU BODOH! KAU SIALAN! JADI APA GUNANYA KAU KEMBALI HANYA UNTUK BILANG KAU TIDAK TAHU APA-APA?!"
Gyu-sik melepaskan tendangan lutut yang sangat kuat ke perut Tae-ho.
BUAGH!
Tae-ho ambruk, batuk-batuk. Gyu-sik terus menendangnya dengan sepatu sekolahnya, melayangkan tendangan Kyokushin ke rusuk dan perutnya.
Gyu-sik: "AKU TIDAK BUTUH ORANG BODOH DAN TIDAK BERGUNA DI GENGKU! KAU PIKIR KAU BISA MENARIK GAJI TANPA INFORMASI?! HAJARRR!"
Tae-ho merintih, darah mengalir dari mulutnya. Seluruh kelas sunyi, ketakutan. Beberapa siswa membuang muka, yang lain hanya menunduk, tidak berani melihat. Suasana di kelas itu adalah teror murni.
Setelah puluhan tendangan, Gyu-sik berhenti, napasnya sedikit berat. Tae-ho tergeletak, sekarat, darah berceceran di lantai kayu.
Gyu-sik: (Kembali duduk, suaranya datar) "Bawa dia pergi. Dan buang dia ke UKS. Biarkan dia tahu apa yang terjadi jika dia gagal."
Dua bawahan lain segera menyeret Tae-ho keluar.
Saat pintu ditutup, seorang siswa masuk. Dia tegap, mengenakan kacamata hitam di atas kepalanya seperti seorang DJ, dan berjalan dengan percaya diri. Dia adalah Go Min-joon, seorang petarung MMA yang handal dan sok akrab, tetapi tidak berada di jajaran Top 3.
Min-joon: (Sok akrab) "Yoo, Gyu-sik! Ada apa? Kenapa pagi-pagi sudah ada persembahan darah di lantai? Jangan bilang kau kesal karena guru Sejarah Korea memberimu nilai D?"
Gyu-sik hanya diam, mengisap rokoknya.
Min-joon mengangkat bahu, lalu menyambut pria kedua yang masuk ke kelas. Pria itu berpostur ramping, mengenakan baju olahraga khas sekolah, dan memiliki rambut yang diikat ketat di belakang kepalanya.
Min-joon: "Ah, Kim Jin-hyuk! Man of the Hour! Sudah selesai pemanasanmu? Pagi yang baik, ya? Baru saja ada drama kecil di sini."
Kim Jin-hyuk, petarung terkuat nomor dua di Kelas 2-B dan ahli Kyokushin, mengabaikan Min-joon. Matanya yang tajam tertuju pada darah di lantai.
Jin-hyuk: (Suaranya dingin) "Ini pasti ada hubungannya dengan kegagalan Tae-ho untuk mendapatkan informasi tentang siswa pindahan yang merobohkan Woo-jin kemarin. Benar, Gyu-sik?"
Gyu-sik menoleh perlahan ke Jin-hyuk, matanya memancarkan niat membunuh yang tenang.
Gyu-sik: "Tepat sekali, Jin-hyuk. Musuh ini bukan petarung biasa. Dia menggunakan teknik yang aneh dan brutal. Aku ingin tahu siapa dia. Dan kau tahu apa yang harus kita lakukan pada orang yang berani mengganggu kedamaian Geng 2-B."
Ancaman terbesar bagi Kim Hyun kini telah bersatu.
Bersambung...