NovelToon NovelToon
Author Badut

Author Badut

Status: sedang berlangsung
Genre:Angst / Dunia Lain / Mata Batin / Dokter / Misteri / Orang Disabilitas
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Aksara_dee

Goresan ISENG!!!

Aku adalah jemari yang gemetar. Berusaha menuliskan cinta yang masih ada, menitip sebaris rindu, setangkup pinta pada langit yang menaungi aku, kamu dan kalian.

Aku coba menulis perjalanan pulang, mencari arah dan menemukan rumah di saat senja.

Di atas kertas kusam, tulisan ini lahir sebagai cara melepaskan hati dari sakit yang menyiksa, sedih yang membelenggu ketika suara tidak dapat menjahit retak-retak lelah.

Berharap kebahagiaan kembali menghampiri seperti saat dunia kita begitu sederhana.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13. Misteri Keluarga Hania (1)

Langit siang itu berwarna kelabu, awan hitam menggantung rendah di langit Lembang. Sesekali kilatan petir menyambar ke segala arah. Seakan badai sedang terjadi jauh di atas sana. Angin kencang mulai berhembus menerbangkan dedaunan kering dan mengguncang dedaunan yang masih kuat di ranting pepohonan, kaca-kaca rumah sakit umum Lembang bergetar halus, aku mendengar derap langkah kuda berlari dengan kencang ke arahku.

Tubuhku terbujur kaku di atas ranjang rumah sakit, namun aku bisa melihat tubuh itu di kelilingi para medis. Alat kejut jantung ditempelkan di dadaku berulangkali, tubuhku hanya melompat ke atas dan terhempas lagi.

"Ayo Hania kembali!" teriak seorang dokter

Di sudut ruang IGD, Raditya menggigil ketakutan sambil menatap kosong pintu IGD yang tertutup rapat. Wajah tampannya kini mengandung badai yang siap meluluh lantahkan segala yang ada.

Suara ringkikan keras dan bersahutan dari banyaknya kuda dan derap langkah kaki berlari kuda jantan semakin mendekat. Aroma harum Prabu mulai terendus di hidungku. Kilatan petir menyambar aspal hingga bunyi cetar membahana ke seluruh ruangan rumah sakit.

Kilatan petir itu seakan pengantar hadirnya dua dunia yang bertolak belakang. Di depan rumah sakit pasukan kuda yang berjumlah ratusan dipimpin Prabu Kamandaka sudah menungguku di luar. Sementara di dalam gedung sepuluh orang nakes dibawah tekanan amarah Raditya sedang mengupayakan aku kembali.

Aku berdiri di antara dua dunia.

"Apalagi yang kau tunggu tuan putri, kembalilah ke rumahmu bersamaku." Prabu Kamandaka turun dari kuda dan berdiri tegak dengan gagahnya di halaman rumah sakit.

"Hania kembali ke tubuhmu!" bentak Raditya menatap ke arahku dengan tatapan gelap. "Aku akan menyakiti semua orang yang ada di sini jika kamu pergi, kembali!" teriaknya lagi.

Dia bisa melihat ruhku?

Aku dalam kebimbangan. Bayangan wajah orang-orang baik yang hadir dalam hidupku melintas satu persatu. Ada ketulusan dan permohonan sebuah harapan dari sorot mata mereka.

Di sisi lain wajah Prabu menatapku dengan keteduhan dan cinta yang mendalam. Ia berharap aku berlari ke arahnya, memeluk lalu pergi bersamanya.

Aku melihat Wina berlari terengah sambil berlinangan airmata dan menerobos pintu IGD. Bibirnya gemetar saat menyebut namaku. Ia terus bergumam penuh harapan dan melantunkan doa-doa di sisi ranjangku.

Raditya mendekatiku, "Hania, aku akan melindungi mu. Aku tidak pernah memohon dan bersimpuh di kaki seseorang, tapi kali ini aku mohon kamu kembali ke tubuhmu, Hania. Kembalilah... Ku mohon!" Raditya bersujud di depan kakiku. Aku mundur dua langkah dan menatap kepalanya yang menempel di lantai marmer.

"Apa alasannya kamu inginkan aku kembali ke tubuhku?" tanyaku

"Karena kamu... Karena kamu alasan aku ingin melanjutkan hidup sebagai Raditya." Pria itu mendongakkan wajahnya dan menatap ke arahku. "Mereka tidak nyata, mereka ilusi dan delusi mu bukan takdirmu."

"Jika kamu pergi dengannya saat ini, tubuhmu akan tetap di sana selamanya terbujur kaku hingga Tuhan mengizinkan Izrail mengambil kembali takdirmu, kembali Hania... "

Raditya terus membujukku.

"Hania, aku akan menyesali keputusanku dan diriku sendiri jika hari ini kamu meninggal, aku menyesal, Nia... " lirih suara Wina, tubuhnya merosot ke lantai sambil memukuli dadanya.

Aku menoleh ke arah Prabu Kamandaka, tatapan teduh itu berubah merah menyala, wajahnya menakutkan. Seluruh pasukannya berubah wujud dengan berbagai macam rupa. Ia berjalan ke arahku dengan wajah menyeramkan.

"Aku sudah terlalu sabar menantimu, Nyai. Pulanglah!" ucapnya, suaranya rendah dan berat menahan amarah.

Saat tangannya akan menyentuhku, ada dinding tak kasat mata yang membakar tangannya. Ia mengaduh kesakitan. Seluruh pasukannya turun dari kuda bersiap menyerang. Tapi tubuh mereka satu persatu terpental menjauh karena hantaman petir dari langit.

Aku tidak tahu apa yang terjadi, suara gemuruh dan guntur saling bersahutan. Hujan lebat disertai angin kencang turun ke bumi seperti ditumpahkan secara bersamaan. Setiap kilatan menyambar, sebagian pasukan prabu hangus terbakar dan berubah menjadi abu.

Kini tubuh prabu semakin lemah dan empat pengawal berkaki empatnya ada di depanku.

Keempat harimau putih itu menatapku dengan wajah sedih. Aku terhenyak, satu persatu ku perhatikan tatapan mereka, aku melihat mata Papa Mamaku dan kedua saudaraku.

Mungkinkah mereka?

"Papa... Mama... Ka Abian... Ka Hana... " lirihku ingin menggapai mereka. Tidak bisa.

Mulut mereka terbungkam, airmata mengalir dari sudut mata harimau jantan yang lebih besar, tatapan mereka bicara padaku, tentang...

Kesedihan yang mendalam.

"Apa yang terjadi pada kalian? Pa, Ma jelaskan! Ka abian... Ka Hana jawab! Apa yang terjadi." aku berteriak menuntut jawaban.

Jedaar!

Kilatan petir terakhir yang teramat besar membuat mataku tidak bisa melihat apa-apa lagi. Dunia terasa gelap, tubuhku terasa dihisap oleh sesuatu yang aku tidak tahu dari mana asalnya.

Suara-suara itu menghilang.

Hening.

*

*

"Wina, beri aku kesempatan lagi. Biarkan Hania dirawat di rumah sakit ini," pinta Diva

"Tidak ada kesempatan kedua, Div! Harusnya sejak awal aku percaya omongan orang tentang kamu!"

"Tentang aku, apa maksudmu?!" Diva menarik lengan Wina. "Mal praktek itu? Suster Rara? Itu kecelakaan Win, dia keguguran dan pendarahan. Sampai sekarang aku masih menyelidiki apa yang menyebabkan suster Rara jatuh dari tangga, karena saat itu dia mengandung anak Raditya."

"Aku tidak peduli alasanmu, Div. Bagaimana perawat gadungan itu menyuntikan obat bius dosis tinggi pada Hania dan berencana menculiknya, itu yang akan aku bawa ke jalur hukum!" Wina menunjuk wajah Diva. "Jangan halangi aku membawa Hania pergi, ini perintah Professor."

"Win, kamu mendorong aku ke jurang kematian. Raditya pasti akan memecat ku dari Sanatorium."

"Aku tidak peduli, minggir!!" jerit Wina mendorong Diva yang menghalangi jalannya evakuasi Hania.

Hania dibawa pergi dengan fasilitas ambulance yang lengkap. Wina memindahkan Hania ke sebuah klinik khusus di wilayah Bogor lebih dekat dengan tempat tinggal Wina.

Sementara di sebuah kamar, Raditya masih terbaring lemah masih dalam pengaruh obat depresi. Setelah suara petir terakhir di hari itu, Raditya menggila. Dia merusak semua fasilitas yang ada di dekatnya, menyayat tangannya sendiri dengan pisau dan hampir mencelakai orang-orang yang ada disekitarnya.

Seorang wanita paruh baya masuk ke kamar Raditya. Ia berdiri lama di sisi ranjang tempat tidur pria itu dengan tatapan sinis. Ia menepuk pipi Raditya tiga kali. Mata Raditya terbuka pelan, hanya mengintip dengan tatapan lelah.

"Tetaplah menjadi Tya, Rara atau menjadi sosok lain yang papamu benci. Jika kamu ingin perempuan yang kamu sukai selamat... Jangan kembali menjadi Raditya. Kamu dengar itu Tya?! Ingat, nyawa Hania ada dalam genggamanku."

"Iya aunty... " jawab Raditya bersuara putri kecil yang bernama Tya.

*

*

Di Ruang Kerja Sabil

"Untuk apa papa kembali?" tanyanya, suaranya nyaris tercekat.

Lelaki paruh baya itu tersenyum tipis. Tatapannya masih menempel pada wajah putranya, Sabil.

"Kamu sudah besar dan tumbuh dengan baik. Papa bangga padamu."

"Aku hidup bukan untuk membuat papa bangga, tapi ingin papa menyesal karena telah meninggalkan aku dan mama. Dua puluh lima tahun papa pergi tanpa menoleh lagi pada kami, rasa cinta dan hormatku telah hilang. Jangan berharap apapun dariku."

"Papa memang salah, nak. Dan benar, kamu berhasil membuat papa menyesal telah meninggalkan kalian. Papa sangat menyesal, andai waktu bisa diulang... Papa tidak akan membiarkanmu hidup menanggung penderitaan sendirian."

"Sayangnya waktu yang tertinggal tidak bisa diulang, Pa. Aku tidak peduli penyesalan papa, hatiku telah mati."

"Papa hanya ingin meminta maaf padamu sebelum azal menjemput. Maafkan papa, nak."

"Aku tidak akan pernah memaafkannya, Pa."

"Baiklah, Papa akan bawa kebencian kamu dalam hidup papa. Mungkin dengan begitu hatimu bisa lebih lapang dan bahagia."

Sejatinya, tidak ada kebahagiaan yang tumbuh dari sebuah kebencian.

"Papa pamit, hiduplah terus dengan baik."

Pintu tertutup. Tubuh papanya menghilang di balik pintu.

"Hanya begitu? Setelah sekian lama? Aku merindukanmu tapi aku membencimu, Pa." Wajah Sabil memerah, airmatanya tumpah.

Dibalik tubuhnya yang kokoh, bahu lebar, dada bidang, karier cemerlang dan memiliki ketenangan di wajah tampannya. Sabil hanyalah sosok rapuh yang merindukan kasih sayang. Ia mengambil syal milik almarhum mamanya dari dalam laci, lalu memeluk dan menciumi syal itu dengan wajah rapuh dan hati yang hancur.

1
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
ternyata danu masih ingin menghancurkan hania. itu yang harus sabil waspadai.
Aksara_Dee: Danu cowo NPD
total 1 replies
Cakrawala
Danu sini kamu/Hammer/
Aksara_Dee: pengen jitak Danu ya ka 🤭
total 1 replies
Dinar Almeera
I fell youuuu pelukk duluuuu🤗🤗🤗
Aksara_Dee: peluk siapa ka?
total 1 replies
🌹Widianingsih,💐♥️
mahluk kasat mata bisa terekam kamera cctv juga ya ?
merinding aku Thor.....😬
Aksara_Dee: mungkin karena Sabil juga indigo jadi bisa melihat keberadaan mereka
total 1 replies
Elisabeth Ratna Susanti
cakepnya 🥰
Aksara_Dee: cocok gak ka sama karakter dokter sabil?
total 1 replies
Elisabeth Ratna Susanti
good job....aku merinding disko nih 👍
Aksara_Dee: iyakah ka? 😅
total 1 replies
Dinar Almeera
Nihhh Pak RT mau gak tinggal di komplek aku... cakep bener gak kepo gak menghakimi semua di bicarakan dengan santaii ihhh dunia butuh orang yang begini tau batasan 😍😍
Aksara_Dee: qiqiqiqi... 😅
total 3 replies
Wang Lee
Bunga sekebon untukmu🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Aksara_Dee: banyak nyaaa... aku tidur di hamparan bunga 😅
total 1 replies
Wang Lee
Semangat dek🌹🌹
Aksara_Dee: semangatnya lagi kendor nih ka 🥺
total 1 replies
Wang Lee
Ada apa dek
Aksara_Dee: nggak ada apa-apa
total 1 replies
Wang Lee
Iya, kamu benar cantik
Aksara_Dee: makasih 🤭
total 1 replies
Wang Lee
Jangan begitu, ah dek
Aksara_Dee: jadi gimana
total 1 replies
Wang Lee
Kan aku rindu bin kangen dek
Aksara_Dee: masa?
total 1 replies
Wang Lee
Like
Aksara_Dee: sukak
total 1 replies
Wang Lee
Wah...Pasti enak tuh susu alami🤣
Aksara_Dee: uppsss... 👉
total 1 replies
Wang Lee
Kamu manggil saya..
Aksara_Dee: enggak kok!
total 1 replies
Wang Lee
Luar biasa
Aksara_Dee: galak kaan
total 1 replies
Wang Lee
Pasti enak tuh🤣
Aksara_Dee: hey! wang lee... 👉
total 1 replies
🌹Widianingsih,💐♥️
Hania masih baik-baik saja kah Thor ?
kenapa prabu seperti nya marah ?
Aksara_Dee: marahnya sama Sabil ka, ada di episode 22
total 1 replies
Mom Young
sangat bagus😘
Aksara_Dee: Terima kasih kaka ❤️❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!