Ditahun ketiga pernikahan, Laras baru tahu ternyata pria yang hidup bersamanya selama ini tidak pernah mencintainya. Semua kelembutan Hasbi untuk menutupi semua kebohongan pria itu. Laras yang teramat mencintai Hasbi sangat terpukul dengan apa yang diketahuinya..
Lantas apa yang memicu Laras balas dendam? Luka seperti apa yang Hasbi torehkan hingga membuat wanita sebaik Laras membalik perasaan cintanya menjadi benci?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Janji yang tersambut.
Malam itu Hasbi tak berniat nyusul Hera ke kamar, dia lebih memilih duduk sendiri di ruang tengah. Tangisan Naila dan Cantika saja yang bisa menarik perhatian lelaki itu.
Siapa pun tak menampik jika Hasbi adalah sosok ayah yang baik untuk kedua putrinya, selelah dan sesibuk apapun dia akan tetap mementingkan dua buah hatinya itu.
Selama ini tak satupun panggilan dan pesan Hasbi di respon Laras, berbeda dengan malam ini, secara tak terduga Laras membalas pesannya, istri Hasbi bersedia bertemu untuk kali ini.
Hasbi menunggu pagi dengan tak sabar, disaat seperti ini Hasbi justru merasa waktu begitu lambat.
Hasbi berangkat sejak pagi buta dari rumah menuju tempat yang Laras sebutkan, dengan buku nikah ditangannya. Sejak hari Laras pergi, Ini pertama kali bagi Hasbi bertemu dengan Laras lagi. Dia memakai baju yang kasual, untuk bertemu dengan istrinya. Celana hitam, kaos berwarna putih, blazer warna navy, dengan kacamata hitam dan sebuah jam tangan berwarna silver melingkar di pergelangan tangannya.
Saat Hasbi tiba di tempat tujuan, Laras bahkan belum bangun dari lelapnya. Suara dering telepon membangunkan wanita itu.
Laras menggeliat kecil, menatap heran pada ponselnya yang terus berbunyi di samping ranjang tidurnya, saat matanya melihat si pemanggil ia terlonjak kaget. Laras bangkit dari atas kasur dengan terburu-buru, perempuan itu mandi dan bersiap-siap dengan cepat. Paginya sedikit kacau hari ini karena terlambat bangun. Mesti kesalahan tak sepenuhnya ada pada Laras. Hasbi sendiri yang berangkat terlalu pagi.
Laki-laki itu menunggu di depan restoran yang bahkan belum buka, dimana tempat ini adalah pilihan Laras untuk bertemu Hasbi.
Hasbi tiba-tiba diserang rasa gugup. Seolah akan bertemu perempuan asing untuk pertama kalinya. Sejak tadi dia duduk dengan tak tenang, berkali-kali menggeser pantat seolah tak nyaman.
Berbeda dengan Laras yang sudah memantapkan hati menemui Hasbi, perempuan itu keluar dengan baju yang sudah disiapkan sejak semalam, sekasual penampilan suaminya. Summer dress bermotif bunga warna krem sepanjang paha, rambut sebahu kecoklatan menambah kesan elegan. Saat tiba Hasbi sedang berdiri. Mereka bersitatap dalam jarak beberapa langkah, mereka sangat canggung pada satu sama lain. Terlebih Hasbi yang ketahuan segala boroknya. Laras melangkah pelan, duduk di samping Hasbi yang sangat canggung.
"Sudah lama menunggu?" perempuan itu berbasa-basi.
"Baru saja, " balas Hasbi cepat, berbohong.
Padahal mereka berdua sama-sama tahu kalau laki-laki itu sudah lama menunggu. Mereka berjalan bersisihan, tetapi berjarak. Hasbi membuka pintu mobil untuk Laras, dan memasangkan sabuk pengaman seperti dulu.
Sejujurnya Hasbi merasa tak nyaman dengan interaksi mereka yang canggung, tetapi ia tak tahu bagaimana Harus memecah suasana yang melingkupi keduanya sejak Laras tahu kebohongannya.
Hasbi hanya menatap lekat-lekat istrinya yang cantik di kursi sebelah kemudi, masih enggan untuk menatapnya barang sedetik.
Ini sangat menyiksa bagi Hasbi, karena Laras tak pernah tidak peduli padanya seperti sekarang. Seolah laki-laki itu tak ada di sana. Laras yang selalu hangat, hari ini sangat dingin.
"Maaf."
Laki-laki mengucapkan kata itu kemudian. Laras yang sejak tadi terdiam dan menatap depan, menoleh perlahan.
"Maaf untuk apa? Untuk kebohongan mu, untuk cinta palsumu atau untuk kedua anak yang ternyata darah daging mu."
Hasbi menggigit pipi dalamnya dengan tatapan nyalang ke segala arah. Bola matanya memanas hatinya amat sakit mendengar pertanyaan Laras.
"Untuk semua," ucap laki-laki itu lagi dengan suaranya yang mulai parau.
"Aku cuma manusia biasa, semua yang kamu lakukan membunuh perasaanku, kata maaf mu tak bisa mengembalikan waktu enam tahunku yang sia-sia." ucap istrinya itu.
Hasbi mencengkeram roda kemudi dan memalingkan muka, karena sungguh ucapan yang keluar dari mulut istrinya dan raut muka yang hampa itu menyiksanya saat ini.
Laras kembali menatap pada pemandangan di luar, langit sedikit demi sedikit mulai menerang. Hasbi memindai wajah istrinya dari samping, istrinya berkali lipat lebih cantik ketika tak berada di sisinya, perbedaan yang sangat besar tapi menyakitkan untuk lelaki itu.
"Maafkan aku." Hasbi meminta maaf kembali.
Terdengar tawa lirih dari Laras. Tawa itu tanpa perasaan, kosong, Laras tak pernah seperti ini di hadapannya selama 3 tahun. Hingga kemudian kata-kata yang selanjutnya dari Laras seolah menghentikan detak jantung Hasbi selama beberapa waktu.
"Ayo bercerai, aku ingin kamu menghilang dari hidupku."
Hasbi tahu dosa-dosanya pada Laras, tetapi tak siap mendengar langsung permintaan cerai dari mulut istrinya. Laki-laki itu menegang, tak mampu untuk sekedar bergerak. Mata sang suami yang bergetar terpaku pada perempuan yang perlahan membalik badan dan menghadap padanya.
"Kesalahan terbesarku adalah jatuh cinta padamu."
"Laras," suara Hasbi memberat.
"Cintaku padamu membutakan aku dari dunia luar, hingga hidupku hanya terpaku padamu, pada laki-laki yang bahkan tak pernah mencintai ku."
"Aku mencintaimu!" bantahan itu terlalu cepat keluar dari bibir laki-laki itu.
Laras tertawa sumbang. Dari mulut Hasbi sendiri dia dengar semua kebenaran yang menyakiti hati dan perasaannya. Laras dan Hasbi hanya suami-istri dalam status. Bukan orang yang diinginkan laki-laki itu. Bukan pula istri yang dapat melahirkan anak-anak mereka. Laras adalah seorang istri yang tidak mendapatkan cinta suaminya sendiri.
"Aku mendengar semua yang kau ucapkan pada Ibu, saat hari pertama ibu berkunjung untuk Naila dan Cantika."
Hasbi tercengang, dengan fakta yang baru dia dengar. Ternyata dia sendiri yang menghancurkan pernikahannya dengan Laras.
"Mintalah apapun, Laras. Tapi jangan perceraian."
######
Dududu...
Si Hasbi g mau cerai..
Gimana nih sikap Laras...
Update lagi teman-teman. Makasih yang sudah like, komen, vote dan juga yang berbaik hati kasih bintang lima ya...
I love you all😍