NovelToon NovelToon
DIVINE SIN

DIVINE SIN

Status: sedang berlangsung
Genre:Dark Romance
Popularitas:550
Nilai: 5
Nama Author: Ellalee

''Di balik malam yang sunyi, sesuatu yang lama tertidur mulai bergerak. Bisikan tak dikenal menembus dinding-dinding sepi,meninggalkan rasa dingin yang merayap.ada yang menatap di balik matanya, sebuah suara yang bukan sepenuhnya miliknya. Cahaya pun tampak retak,dan bayangan-bayangan menari di sudut yang tak terlihat.Dunia terasa salah, namun siapa yang mengintai dari kegelapan itu,hanya waktu yang mengungkap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ellalee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

JEJAK NYAWA YANG TERKUNCI

Sejak siang, Haeun duduk di ruang tamu rumah tua itu. Cahaya matahari yang menembus jendela berdebu menorehkan garis-garis keemasan di lantai kayu, tapi tak mampu mengusir rasa gelisah yang menumpuk di dadanya. Ia tetap menunggu tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi di balik pintu kamar, di mana ibunya, Seol-ah, dan dukun tua itu sibuk dengan ritual misterius mereka.

Malam mulai menelan langit ketika suara langkah berat terdengar di halaman rumah. Haeun menoleh, jantungnya berdegup lebih cepat. Dalam sekejap, pintu depan terdorong dengan keras,sebuah ledakan kayu yang membuat debu beterbangan dan lilin-lilin di ruang tamu menari liar.

“Haeun?!” Haeun terkejut, matanya melebar saat melihat sosok Jae-hyun masuk dengan napas terengah-engah, wajahnya pucat namun penuh tekad.

“Haeun… aku tidak akan membiarkanmu sendirian,” suara Jae-hyun dingin namun tegas, hampir menggema di ruang tamu yang sunyi.

Haeun terpaku, tak mampu bicara, hanya menatapnya dengan mata penuh campuran ketakutan dan kelegaan.

Dari balik pintu kamar,, Seol-ah, dan dukun tua itu muncul. Kedua wajah mereka memancarkan keterkejutan dan kemarahan,tidak menyangka Jae-hyun bisa sampai di sini begitu cepat. Mata mereka tertuju pada Jae-hyun, yang tetap berdiri dengan tegas, menatap mereka tanpa sedikitpun goyah.

Jae-hyun melangkah mendekat ke Haeun, tangannya menggenggam erat pergelangan Haeun. “Ayo, keluar dari sini,” katanya, suara dinginnya membelah udara malam, namun di balik nada itu terselip rasa peduli yang mendalam.

Seol-ah menatap Jae-hyun dengan tajam. “Apa yang kau lakukan di sini? Kau tidak tahu apa yang sedang terjadi!”

“Cukup,” jawab Jae-hyun singkat, menahan Haeun. “Aku tahu cukup untuk melindunginya.”

Haeun menggenggam tangan Jae-hyun, terasa aman di sana, meski pandangannya masih tertuju pada ibunya dan dukun tua itu. Ada ketegangan yang mencekam, tapi juga ada rasa hangat yang aneh—seolah Jae-hyun menjadi perisai di tengah badai yang tak terlihat.

"Jae-hyun menatap Ha’eun, genggaman tangannya erat, seolah tak rela melepasnya. Ia menarik napas panjang, langkahnya mantap menuju pintu rumah tua itu, niatnya jelas—membawa Ha’eun pergi dari kegelapan yang mengintai.

Namun, sebelum kakinya menyentuh ambang pintu, suara serak dan dingin membelah keheningan malam.

“Berhenti… jangan pernah berpikir untuk membawanya pergi begitu saja.”

Nyonya Seo berdiri di tengah lorong, wajahnya tertutup bayangan, namun matanya menyala dengan sinar yang membuat darah Jae-hyun berdesir. “Nyawanya… tidak sepenuhnya milikmu, Jae-hyun. Ada yang terikat pada darahnya, pada napasnya… dan setiap langkahmu bisa merenggut yang tersisa.”

Jae-hyun berhenti, tubuhnya menegang, tetapi matanya tetap dingin. “Aku tidak peduli. Selama aku bisa melindunginya, tidak ada yang akan menyakitinya,” katanya, suaranya rendah, namun tegas.

Nyonya Seo melangkah lebih dekat, aroma dupa dan tanah basah seakan mengikuti setiap geraknya. “Kau mengerti tidak, anak muda? Setiap tarikan napasnya… setiap denyut nadinya… adalah pinjaman. Jika kau membawa dia pergi, kau bukan hanya mempertaruhkan nyawanya… tetapi juga nyawamu sendiri. Ada yang mengintai, lebih tua dari kita, lebih lapar daripada bayangan yang kau lihat di malam hari.”

Ha’eun menatap mereka berdua, ketakutan dan bingung bercampur aduk. Tubuhnya ingin mundur, tetapi genggaman Jae-hyun membuatnya tetap berdiri.

“Apa maksudmu?” bisik Ha’eun, suara lirih, nyaris tersapu oleh suara angin yang masuk melalui jendela rumah tua itu.

Nyonya Seo tersenyum tipis, tapi senyumnya menakutkan. “Aku hanya memberi tahu… jangan pernah menganggap kematian itu lemah atau mudah ditaklukkan. Yang kau lindungi itu… bukan sekadar gadis biasa. Ada yang lain, sesuatu yang menunggu, sesuatu yang lapar. Dan kau… kau bisa membawanya lebih dekat pada maut hanya dengan satu langkah yang salah.”

Jae-hyun menelan ludah, tetapi wajahnya tetap dingin. Ia menatap Nyonya Seo dengan tekad yang keras. “Aku mengerti risikonya. Tapi aku tidak akan membiarkan siapa pun—apapun yang mengintai—menyentuhnya. Aku akan bertanggung jawab.”

Nyonya Seo tertawa, suara yang menusuk telinga, bergema di seluruh rumah tua itu. “Kau tidak mengerti… kau tidak pernah benar-benar tahu. Nyawanya… ada yang menunggu… dan kau… hanyalah pion yang mencoba menentang permainan yang jauh lebih tua daripada dirimu.”

Ha’eun menatap Jae-hyun, napasnya tercekat, merasa kehangatan dan keberanian yang aneh mengalir dari dirinya, seakan kekuatan Jae-hyun menular. Namun getaran dingin dari kata-kata Nyonya Seo membuat darahnya membeku.

Jae-hyun menggenggam tangan Ha’eun lebih erat lagi. “Jika mereka menginginkanmu… maka mereka harus melewati aku terlebih dahulu.”

Nyonya Seo menunduk sejenak, matanya bersinar merah samar di kegelapan. “Hati-hati… satu langkahmu salah, dan kita semua akan terjerat dalam bayangan yang tak bisa kau lepaskan. Nyawa… bukan milikmu, tapi kau… akan membayar harga keberanianmu.”

Angin malam berdesir melalui jendela, lilin-lilin di rumah tua itu bergoyang, menciptakan bayangan menakutkan di dinding. Ha’eun merasa dingin menyusup ke tulangnya, tapi matanya tetap menatap Jae-hyun, yang berdiri sebagai perisai antara dirinya dan kegelapan yang siap melahap.

"Jae-hyun menatap Ha’eun, genggaman tangannya erat, seolah tak rela melepasnya. Ia menarik napas panjang, langkahnya mantap menuju pintu rumah tua itu, niatnya jelas,membawa Ha’eun pergi dari kegelapan yang mengintai.

Namun, sebelum kakinya menyentuh ambang pintu, suara serak dan dingin membelah keheningan malam.

““Berhenti… jangan pernah berpikir untuk membawanya pergi begitu saja!” suara Nyonya Seo menggema di ruang tua itu, dingin dan memerintah. Jae-hyun menegang, menatap Haeun di sisinya—Haeun yang kini matanya bersinar merah, tawa liar dan menggema memenuhi ruangan.

Haeun menoleh ke Jae-hyun, tersenyum sinis. “Kau… akan pergi bersamaku, kan?” bisiknya, suara yang dulunya lembut kini keras, penuh aura Dewa Kebangkitan.

Jae-hyun menatapnya, menahan rasa sakit dari darah yang mengalir samar di mulutnya. “Ya… aku tidak akan meninggalkanmu,” gumamnya dingin, tapi matanya menunjukkan kekhawatiran yang dalam. Ia meraih tangan Haeun, bersiap membawa gadis itu keluar dari rumah tua itu.

Seol-ah, ibunya Haeun, tersenyum puas di sudut ruangan. “Haeun… kau telah berubah. Aku bangga padamu,” ucapnya, matanya bersinar dengan kebahagiaan yang menyeramkan. Namun tatapan itu juga menandakan bahwa sesuatu yang lebih gelap sedang menunggu.

Nyonya Seo melangkah ke depan, tangan terangkat seolah menahan kekuatan tak terlihat. “Jae-hyun… hentikan langkahmu! Jangan biarkan dia pergi. Kau tidak mengerti apa yang sedang kau hadapi,” suaranya berat, penuh ancaman dan misteri.

Haeun menatap Nyonya Seo, senyum nakal menghiasi wajahnya. “Biarkan aku… aku ingin keluar dari sini,” katanya dengan suara Dewa Kebangkitan yang menggetarkan udara.

Jae-hyun menggenggam tangan Haeun lebih erat, meskipun darah samar keluar dari mulutnya, menandakan ketegangan dan tekanan kekuatan yang luar biasa. “Kita pergi bersama. Tidak ada yang akan menghentikan kita,” desisnya, dingin tapi tegas.

Nyonya Seo menatap mereka, matanya berkilau dengan sinis. “Kau pikir kau bisa melawan takdir, Jae-hyun? Jangan sampai nyawamu ikut terancam,” peringatnya, membuat udara di sekitar mereka bergetar, seakan kekuatan gaib memenuhi setiap sudut rumah tua itu.

Haeun tertawa liar, langkahnya menuntun ke arah pintu keluar. Aura bad girl dan Dewa Kebangkitan menyelimuti dirinya, menggabungkan kekuatan dengan tekad Jae-hyun di sisinya.

"“Saat kegelapan menelan malam, keberanian menjadi satu-satunya cahaya. Dan di antara darah, rahasia, dan ancaman yang menunggu… hanya hati yang teguh yang mampu menuntun kita keluar dari bayangan.”

1
Ngực lép
Bikin klepek-klepek!
Zhunia Angel
Gemes deh!
Kakashi Hatake
Bagus banget thor, jangan lupa update terus ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!