CEO DAN GADIS TULALIT

Ban mobil itu berderit keras karena injakan rem mendadak yang dilakukan oleh sang sopir. Tubuh Zara berhasil ditahan oleh Zain yang tidak mau Zara mencelakai dirinya sendiri. Zain. Meraih pinggang Zara lalu memeluknya dengan kencang. Tubuhnya juga ikut gemetar karena terlalu syok.

"Maafkan aku sayang...! Aku tidak bermaksud membohongimu. Saat itu kita baru saja menikah dan aku belum siap menerima pernikahan yang terkesan dadakan waktu itu. Tolong pahami posisi ku juga...! Kita hanya dia orang asing yang dipersatukan dengan pernikahan tanpa mengenal satu sama lain. Sementara aku masih punya kekasih yang harus ku jaga hatinya. Bukankah keadaan seperti itu membuatku sangat bingung?" tutur Zain apa adanya membuat nafas Zara yang naik turun tidak beraturan itu agak tenang.

Mata gadis itu berkaca-kaca. Ia mencoba memahami kondisi suaminya yang memang memiliki kekasih. Justru ia masuk diantara Zain dan Celin. Tapi bagaimana dengan perasaan Zain pada wanita yang bernama Celin itu saat ini? Apakah suaminya masih ada cinta untuknya? Pikiran Zara berkecamuk. Baginya Zain adalah segalanya setelah kepergian bundanya untuk selamanya.

"Mengapa kalian putus? Apakah karena aku? Apakah kamu masih mencintainya?" cecar Zara tanpa ingin membalikkan tubuhnya melihat Zain.

"Apa yang harus diperjuangkan untuk mempertahankan wanita sepertinya jika di otaknya hanyalah harta? Aku yang meninggalkannya. Kami tidak punya hubungan apa-apa lagi. Cintaku hanya untukmu saat ini dan selamanya untukmu, Zara. Aku mencintaimu apa yang ada di dirimu, sayang?" ucap Zain tulus.

"Apakah karena aku adalah tambang emasmu? Itukah cinta yang kamu punya untukku?" cicit Zara membuat Zain membalikkan tubuh Zara menghadapnya.

"Dengar sayang...! Jika aku mau, mungkin perusahaanku sudah hebat sejalan dengan usia pernikahannya kita selama 3 bulan ini. Tapi, aku tidak mau melakukannya karena aku butuh kepercayaan mu Zara. Tolong aku...!" Zain tidak mampu lagi berkata-kata. Suaranya terdengar serak hingga menyentuh hati Zara yang ikut menangis.

"Maafkan aku sayang...!" ucap Zara untuk pertama kalinya ia memanggil Zain dengan sebutan sayang.

Tentu saja hati Zain langsung berbunga-bunga. Ada rasa hangat dan bangga diperlakukan istrinya yang sudah berubah menjadi wanita dewasa sentuhnya. Zain memeluk tubuh langsing istrinya.

"Kamu tidak salah sayang. Keadaan yang memaksa kita untuk belajar menerima ujian. Tidak peduli seberapa berat ujian itu. Kita hanya dipaksa untuk berperan dari skenario Allah yang kita tidak suka. Mungkin ada hikmah besar dibalik ujian ini. Kita belum tahu endingnya seperti apa. Yang jelas mari kita belajar bersama menerima segalanya menjadi anugerah," nasehat Zain bijak dan Zara makin menenggelamkan wajahnya di dada suaminya.

Ia mengangguk dan menangis di sana. Tangannya makin erat memeluk suaminya. Sang sopir pura-pura buta tidak mau melihat adegan Melo dibelakangnya. Lagipula ia tidak mengerti bahasa yang digunakan oleh pasutri ini. Ia sibuk menonton sosmed di ponselnya.

"Mau tetap belanja atau kembali ke hotel sayang?" tawar Zain saat mereka sudah berdamai dan suasana hati mulai tenang.

"Aku ingin kita pindah hotel. Aku tidak mau bertemu dengan wanita ular itu lagi," ucap Zara dan Zain paham perasaan istrinya yang masih cemburu dengan mantan kekasihnya. Zara mengakui Celin cantik dan seksi. Tubuhnya tinggi dan terlihat sangat modis. Tidak dengan dirinya yang tampil apa adanya sesuai usianya. Zara tidak sadar justru Zain menyukai penampilannya yang tidak macam-macam.

...----------------...

Beberapa hari kemudian, Zara dan Zain memutuskan untuk pulang ke negara mereka. Zara butuh ketenangan dalam masa pemulihan. Gadis berjilbab ini mempersiapkan dirinya untuk kembali ke sekolah.

Namun ia baru menyadari sesuatu jika pikirannya tidak seperti dulu. Terlihat seperti bocah lima belas tahun yang belum bisa berpikir dewasa.

"Apakah aku tidak terlalu tua untuk sekolah?" tanya Zara dikala dirinya sedang galau saat ini.

"Wajahmu tidak terlihat seperti gadis usia 18 tahun. Jadi, tidak usah kuatir. Selesaikan tugasmu sebagai pelajar. Kejar ketinggalan mu setelah tamat sekolah. Kamu bisa kuliah ke luar negeri dalam waktu singkat. Cukup dua tahun setelah itu kembali lagi menjadi nyonya Zain, bagaimana?" tawar Zain memberi solusi terbaik untuk istrinya.

"Terimakasih sayang. Alhamdulillah aku masih punya kamu yang mendukung ku tanpa menyerah. Oh iya sebaiknya urus bisnismu yang terbengkalai. Dengan begitu kita memiliki dua perusahaan yang sama-sama hebat," ucap Zara yang tidak mau melihat suaminya sedih dengan keadaan perusahaannya.

"Alhamdulillah. Tapi, semua ada prosedurnya Zara. Uang perusahaan tetap saja dibawah kendalimu. Aku butuh tandatangan mu sebagai bentuk persetujuan," ucap Zain.

"Baiklah. Aku akan memudahkan urusanmu. Semoga perusahaanmu segera pulih dari krisis," ucap Zara tulus.

"Tapi aku juga butuh ini," ucap Zain sambil menunjukkan tempat intim Zara.

"Aishh...! Kau ini tidak jauh-jauh dengan ranjang. Apakah kamu tidak takut telah melakukan pelecehan para anak pelajar sepertiku?" goda Zara.

"Usia pelajar nya sudah cukup matang untuk bercinta. Jadi aku tidak kuatir dengan sebutan itu," Zain meraih dagu Zara yang langsung memejamkan kedua matanya merasakan sentuhan lembut suaminya pada bibirnya.

Zain tetap memperlakukan Zara dengan lembut. Ia tidak ingin terburu-buru karena Zara masih dalam tahap pemulihan.

Dua hari kemudian Zara sudah siap berangkat ke sekolah. Kali ini ia tidak ingin teman-temannya tahu jika dirinya sudah sembuh dari cacatnya. Ia ingin melihat tingkah para temannya yang selalu membully dirinya setiap ada kesempatan.

"Eh ada gadis tulalit. Makin tambah cantik aja," ledek Laras namun Zara tetap melangkah tenang masuk dalam kelasnya.

"Eh, tulalit. Jangan belagu Lo ya...! Lo mau gue tonjok muka Lo itu?" geram Laras lalu mengajak gengnya mendekati Zara yang sibuk dengan ponselnya.

"Tulalit. Dengar nggak Lo....?!" bentak Laras dicuekin Zara.

Ketika tangan Laras hendak merebut ponselnya, Zara langsung menyelamatkan ponselnya ke dalam tas.

"Mau apa kamu? Apakah kamu tidak ada kerjaan hingga menggonggong di depanku sepagi ini?" tanya Zara tenang penuh dengan penekanan.

Ekspresinya datar namun penuh penekanan. Laras menelan ludahnya dengan susah payah. Namun sedetik kemudian ia ingin menunjukkan taringnya lagi. Ia tersenyum meledek Zara.

"Mau sok jagoan Lo sama gue?" gertak Laras dengan suara meninggi.

"Emangnya kamu siapa di sekolah ini sehingga aku takut padamu? Bukankah kau hanya anak adopsi oleh tuan Teddy dan nyonya Aurel? Apakah kamu lupa tempat asalmu dimana Laras? Perlu aku umumkan di kelas ini kalau kau tidak lebih adalah seorang anak ....-"

"Tutup mulutmu gadis tulalit....!" bentak Laras terlihat pucat. Ia tidak menyangka Zara si gadis tulalit mengetahui rahasia hidupnya yang tidak ada seorangpun tahu.

"Kalau begitu mulai sekarang jaga sikapmu terutama padaku atau besok berita tentang dirimu akan viral biar semua orang tahu si bawel Laras tidak lebih dari anak angkat yang hina," ancam Zara tidak kalah sengit.

Deggg....