zaira Kalya , gadis bercadar yang bernasib malang, seolah cobaan terus mendatanginya. Setelah Tantenya-tika Sofia-meninggal, ia terpaksa menerima perjodohan dengan albian Kalvin Rahardian-badboy kampus-yang begitu membencinya.
Kedua orang tua ziara telah meninggal dunia saat ia masih duduk dibangku sekolah menengah pertama, hingga ia pun harus hidup bersama tika selama ini. Tapi, tika, satu-satunya keluarga yang dimilikinya juga pergi meninggalkannya. tika tertabrak oleh salah satu motor yang tengah kebut-kebutan di jalan raya, dan yang menjadi terduga tersangkanya adalah albian.
Sebelum tika meninggal, ia sempat menitipkan ziara pada keluarga albian sehingga mereka berdua pun terpaksa dinikahkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chayra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 14
"Lo sendiri aja. Gue masih mau tidur," tolak albian dengan mata yang kembali terpejam.
"Astaghfirullah, albian! Padahal tadi kamu udah mau bangun. Tapi begitu dengar mau diajak sholat subuh, kamu langsung tidur lagi," ucap ziara sambil geleng-gelng kepala. "Jangan sampai jadi orang yang jauh dari sang pencipta, bian. Apalagi kamu ini kan seorang imam dalam pernikahan kita. Harusnya kamu juga bisa jadi imam saat aku sholat."
"Aduuh... Bawel banget sih lo, zia. Minta Mang Fadel aja sana yang jadi imam lo. Gue gak bisa," tolak albian masih dengan kedua mata yang terpejam.
Ziara berkacak pinggang menatap suaminya yang sekarang malah asyik memeluk guling melanjutkan tidurnya.
Tak ada cara lain selain memaksa albian bangun. Dan ziara pun memilih menarik paksa selimut albian hingga membuat pemuda itu mendelik kaget.
"Lo apa-apaan sih, zia! Mulai berani ya sama suami? Mau jadi istri durhaka ya?"
"Justru aku akan semakin berdosa kalo membiarkan suamiku meninggalkan perintah-Nya," balas ziara tak mau kalah.
Kali ini giliran guling yang ditarik ziara agar albian segera bangun. Tapi, ternyata pemuda itu mempertahankan gulingnya dengan kuat. Tarik menarik guling pun tak dapat terhindarkan. Ziara juga tak mau menyerah begitu saja. Tekadnya sudah bulat untuk membuat albian sholat subuh hari ini.
Ziara mengerahkan seluruh tenaganya untuk menarik guling itu. Saking kuatnya tarikan ziara, tubuh albian ikut terbawa oleh tarikannya hingga pemuda itu terjatuh dari atas ranjang.
"Aduuhh... Remuk badan gue,” keluh albiana meringis kesakitan.
Ziara membekap mulutnya. Lalu bergegas mendekati albian yang tergeletak di lantai. "Kamu gapapa? Sakit ya?"
"Masih nanya lagi! Gara-gara lo nih gue jadi jatuh," sungut albian seraya bangkit berdiri.
"Makanya ayo sholat biar kamu gak apes terus. Baru aja kemarin jatuh. Sekarang udah jatuh lagi."
"Ya udah ayo," balas albian sambil cemberut.
Ziara tersenyum lebar. Setelah beberapa hari tinggal di sana, akhirnya ia bisa sholat dengan albian untuk pertama kalinya.
***
Setelah selesai sarapan, diana mengulurkan kotak berwarna hitam ke arah albian yang duduk di depannya.
Albian yang awalnya masih sibuk menghabiskan sarapan langsung menoleh ke arah kotak tadi. "Apa nih, Ma?" tanyanya penasaran.
"Itu cincin pernikahan kalian. Mama udah pesankan cincin khusus untuk kalian yang didalamnya ada ukiran nama kalian," jawab diana.
“Gak usah lah, Ma. Ngapain sih pake cincin segala? Nanti kalo ada yang tanya gimana? Aku harus jawab apa coba?”
“Kamu tinggal jawab aja kalo ini cincin pernikahan. Apa susahnya?” Diana membuka kotak hitam tadi. “Ayo sekarang pasangkan cincin ini ke jari manisnya ziara,” titahnya.
“Tapi, Ma-“
“Gak ada tapi-tapian! Mama udah pesankan. Masa mau gak dipake sih?!” potong diana. Ucapannya tak bisa dibantah oleh albia.
Akhirnya albian pun menurut. Ia pasangkan satu cincin dengan ukiran namanya pada jari manis ziara. Begitu pula sebaliknya. Ziara juga memasangkan cincin dengan ukiran namanya pada jari manis albian.
“Cincinnya udah dipake. Jadi, sekarang albian mau berangkat kuliah dulu.” Putra tunggal diana itu bangkit dari tempat duduk dengan bibir yang mengerucut. “Ayo berangkat. Bareng gue apa enggak sih lo?!” ucapnya ketus pada ziara.
“Yang lembut, Alzian!” sentak diana.
Albian menghela napas panjang. "Ayo istriku sayang yang paling cantik sealam semesta, kita berangkat kuliah dulu."
Ziara tak dapat menahan tawanya. Gadis itu tertawa kecil dibalik cadar putihnya mendengar ucapan albian barusan. Begitu pula dengan diana. Mamanya itu sudah kehabisan kata-kata melihat tingkah laku anak tunggalnya itu.
"Kunci mobil mana, Ma?" tanya albian setelah mencium tangan Dianara.
Dahi diana engerut keheranan. "Ada di laci ruang kamar Mama," jawabnya. "Hari ini kamu mau bawa mobil ke kampus? Kok tumben."
"Aduh... Repot banget ya hidup aku. Kemarin disuruh bawa mobil biar ziara gak kesusahan kalo dibonceng naik motor. Sekarang malah dibilang tumben."
Diana melirik ke arah ziara. "Udah dapat hidayah kayaknya suami kamu, zia. Berkat sholat subuh berjamaah tadi mungkin."
"Ya udah aku bawa motor aja lah," kesal albian yang terus diejek Mamanya.
Dianara langsung memberikan kunci mobil miliknya sebelum albian ngambek dan berubah pikiran. "Pake mobil Mama aja nih. Biar Mama bawa mobil yang lain."
"Makasih," balas albian sambil meraih kunci mobil dari tangan Dianara.
"Zia sama bian berangkat dulu, Ma.
Assalamualaikum," ucap ziara seraya berlari menyusul albian yang sudah berlalu pergi meninggalkannya.
"Waalaikumsalam. Hati-hati ya kalian,"
balas diana sambil menghela napas panjang melihat sikap putranya.
***
Sepanjang perjalanan menuju kampus, tak ada percakapan antara ziara dan albian di dalam mobil. Keduanya sama-sama bungkam dan tak ada satu pun yang mencoba mencari topik obrolan. Hingga akhirnya mobil lexus hitam yang dikendarai albian tiba di area parkir fakultas ekonomi. Baru lah albian membuka suara setelah cukup lama diam.
"Jangan turun dulu kalo situasinya belum aman," ucap albian sambil mengedarkan pandangan ke sekitar. Ia tak ingin ada yang tahu kalau hari ini datang bersama ziara.
"Kenapa gak turunin aku di jalan aja tadi biar lebih aman?" Ziara ikut mengedarkan pandangan ke sekitar. Masih ada beberapa mahasiswa di sekitar sana yang baru saja tiba.
Albian mendelik dengan dada naik turun.
"Biar lo bisa bareng lagi sama vino? Gitu maksudnya?"
"Enggak kok. Aku sama vino kemarin gak janjian. Kami gak sengaja ketemu di jalan. Makanya dia nawarin aku tumpangan," balas ziara sambil menatap manik albian yang hitam legam.
Keduanya saling menatap hingga beberapa saat. Albian bahkan tak berkedip melihat mata indah ziara yang begitu dekat. Jantungnya mendadak berdegup cepat.
Buru-buru albian mengalihkan pandangannya sambil berdehem pelan. Bertatapan dengan ziara membuat energinya hilang. Tubuhnya tiba-tiba lemas.
"Gue bisa gila kalo kayak gini terus,"
gumam albian sambil memegangi dada.
Merasa situasi di sana sudah aman. Zivana menarik handle pintu mobil dengan perlahan hingga tak menimbulkan bunyi sedikit pun.
"Lo gak lagi mau maling, zia," celetuk albian dari tempat duduknya. "Udah buruan keluar sana. Kalo ngendap-ngendap gitu kapan keluarnya? Keburu ada yang liat ntar."
"Aku cuma lagi hati-hati aja takut ada yang denger." Ziara cengengesan. "Kalo gitu aku duluan ya,Bian. Sampe ketemu lagi." Ziara melambaikan tangannya sebelum menutup pintu mobil.
Tanpa sadar tangan albian membalas lambaikan tangan ziara barusan. Dan begitu sadar, ia menepuk dahinya agar segera sadar.
"Udah gila! Udah gila banget! Gue kerasukan apaan coba bisa jadi kayak gini?" gerutunya kesal.
Tanpa mereka sadari, arfa-si cowok tukang gosip yang mulutnya ember-melihat ziara yang keluar dari mobil albian. Mata arfa membulat sempurna dengan kedua tangan yang membekap mulutnya yang hampir berteriak keras saking kagetnya.
"Mereka dateng ke kampus barengan? Ini gue gak salah liat kan?" Agra mengucek matanya, lalu melihat Zivana yan sudah berjalan jauh meninggalkan parkiran. "Beneran Zivana kok. Itu artinya Alzian emang beneran ke kampus sama Zivana tadi. Hot news banget ini," sambungnya sambil tersenyum.
Bukannya aman, ziara dan albian malah kepergok si biang gosip seperti Agra yang mulutnya melebihi Ibu-ibu arisan walaupun dia cowok.