Su Runa hanya ingin hidup tenang, bekerja santai, dan rebahan damai di apartemen kecilnya. Tapi siapa sangka, setelah satu malam penuh deadline dan mie instan, hidupnya malah “di-upload” ke dunia kolosal sebagai… tokoh numpang lewat?!
Kini dengan nama Yun Ruona, ia mendapati dirinya bukan putri bangsawan, bukan tokoh utama, bahkan bukan penjahat kelas kakap—melainkan karakter sampingan yang kalau muncul, biasanya cuma jadi latar pemandangan.
Awalnya, hidupnya berjalan damai. Sistem hanya memberi satu misi: “Bertahan Hidup.” Tidak ada skenario aneh, tidak ada takdir tragis, tidak ada paksaan ikut alur novel. Ia tumbuh sebagai gadis biasa, menjalani kehidupan versinya sendiri—bebas dan santai.
…sampai takdir iseng mempertemukannya dengan seorang pria misterius. Sejak saat itu, hidup Yun Ruona yang tenang berubah jadi drama tak terduga, penuh salah paham kocak dan situasi yang bikin geleng-geleng kepala.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Najwa Aaliyah Thoati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26: Rumah di Bawah Langit
Beberapa kelopak Ziwei di pot itu mekar pelan, seolah menjawab nama baru yang diberikan padanya.
Yun Ruona menatapnya dengan mata berbinar. “Lihat, Niangqin! Ia mengerti!”
Su Yulan tersenyum, lalu berlutut di sampingnya. “Mungkin ia senang karena namanya berasal dari hati yang tulus.”
Mereka berdua diam lama, hanya menatap cahaya pagi yang jatuh di atas bunga itu.
Hari-hari berlalu dengan tenang. Yun Ruona mulai bisa membaca puisi-puisi ringan dan menyalin aksara yang ditulis ibunya di papan kayu.
Namun yang paling sering ia lakukan bukan belajar, melainkan mengamati. Ia mengamati burung yang berputar di atas kolam, mempelajari cara daun jatuh mengikuti arah angin, dan menatap air yang beriak setiap kali ia menyentuh permukaannya.
Baginya, setiap hal kecil seperti bahasa rahasia yang menunggu untuk diterjemahkan. Su Yulan sering memperhatikannya diam-diam.
Di hatinya tumbuh perasaan aneh — campuran antara kagum dan gentar. Ia sadar, anak ini tidak sekadar tumbuh; ia sedang menulis ulang hukum kecil alam di sekitarnya, perlahan tapi pasti.
Malamnya, saat Ruona tertidur, Su Yulan membuka kembali catatan lamanya. Di halaman baru ia menulis:
> Anak itu kini mampu membuat bunga bermekaran hanya dengan senyum. Mungkin beginilah cara langit menunjukkan bahwa kasih tidak berhenti pada manusia — ia mengalir juga pada bumi.
Di saat yang sama, di ruang sunyi itu, batu bening pada boneka Xiao Ming yang berada di sisi tempat tidur Yun Ruona menyala lembut.
>【Analisis sistem : energi kasih berkembang alami.】
>【Efek tambahan : penyelarasan lingkungan meningkat 18%.】
>【Catatan : subjek utama mulai memengaruhi elemen di luar tubuhnya.】
Angin malam menyusup melalui kisi-kisi jendela, membawa harum Ziwei yang baru mekar.
Su Yulan memejamkan mata dan mendengar sesuatu di dalam hatinya — suara lembut, bukan dari sistem, bukan dari angin, tapi dari benang yang tak terlihat antara dirinya dan anak itu.
> “Niangqin ... aku mencintai dunia ini, karena Niangqin juga mencintainya.”
Su Yulan tersenyum di antara air mata. “Dan dunia ini mencintaimu kembali, anakku.”
Di luar, langit Yunshan berpendar dengan cahaya lembut.
Bintang-bintang seakan berdenyut mengikuti irama napas dua jiwa yang kini tumbuh seirama — ibu dan anak, bumi dan langit, cinta dan kehidupan.
Musim berganti ke akhir panas. Daun-daun bambu mulai menguning di tepi kolam. Rumah keluarga Yun dipenuhi cahaya sore yang jatuh miring di antara kisi jendela.
Yun Zhen sudah sebulan lebih di rumah, menjalani hari-hari sederhana bersama keluarganya — hal yang dulu hanya bisa ia bayangkan di sela tugas akademi.
Pagi hari, ia sering menemani Yun Haoran memeriksa ladang herbal di belakang rumah; siang, membantu pelayan menata perpustakaan keluarga; dan sore hari, duduk bersama Yun Ruona di paviliun timur, membaca keras-keras puisi klasik sementara adiknya menirukan pengucapan setiap barisnya dengan nada lucu.
“『天高云轻。』(Tiān gāo yún qīng.) — Langit tinggi, awan ringan ...”
Yun Zhen menahan tawa, lalu mencondongkan tubuhnya.
“Bukan 云清 (yún qīng), tapi 清云 (qīng yún), Nana. Kata pertamanya artinya ‘jernih’, bukan ‘awan’. Jadi seharusnya dibaca 『天高清云。』(Tiān gāo qīng yún.) — Langit tinggi dan awan jernih.”
“Aku tahu! Aku cuma mau awannya di depan, biar cantik,” balasnya cepat.
Su Yulan yang mendengar dari teras tertawa kecil. “Lihat? Bahkan urutan kata pun ia ubah demi keindahan.”
Hari-hari mereka berjalan seperti itu — hangat, damai, dan tenang, seolah dunia di luar Yunshan berhenti berputar.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Tanggal 28 bulan 8 tahun 476 datang membawa udara lembut dan langit cerah. Hari itu adalah ulang tahun Yun Zhen yang ke tiga belas.
Sejak pagi, pelayan menyiapkan bubur manis dan kue beras berbentuk ikan — simbol rezeki dan panjang umur. Yun Ruona berlari ke dapur beberapa kali, memastikan semuanya “harus dibuat dengan hati”, katanya dengan nada seperti ibunya.
Di aula tengah, Su Yulan menata meja kecil dengan bunga Ziwei segar. Yun Haoran datang membawa sebuah kotak kayu dari gudang belakang — hadiah yang disimpannya sendiri sejak lama.
Menjelang sore, keluarga berkumpul di taman belakang. Angin gunung bertiup lembut, membawa aroma wangi bunga dan suara lonceng bambu.
Su Yulan tersenyum pada putranya. “Hari ini tak ada murid, tak ada ujian. Hanya keluargamu.”
Yun Zhen menunduk hormat. “Terima kasih, Niangqin.”
Yun Haoran menyerahkan kotak kayu di tangannya. “Buka.”
Di dalamnya, tergeletak pedang latihan yang diukir dari kayu giok putih, ringan namun seimbang — dengan ukiran burung phoenix kecil di gagangnya.
“Ini ... buatan Diedie sendiri?” tanyanya pelan.
Yun Haoran mengangguk. “Ya. Waktu Zhen'er masih kecil, Zhen'er selalu menatap pedangku lama sekali. Diedie pikir ... sudah saatnya Zhen'er punya pedangmu sendiri — bukan untuk bertarung, tapi untuk belajar menjaga diri dan hatimu.”
Yun Zhen menatap pedang itu lama, lalu berlutut. “Aku akan menjaganya seperti aku menjaga keluarga ini.”
Su Yulan tersenyum dan mengeluarkan sesuatu dari dalam lengan bajunya: sehelai syal biru muda dengan bordiran awan tipis di ujungnya.
“Dulu waktu kecil Zhen'er sering sakit kalau udara turun terlalu dingin. Syal ini Niangqin buat sendiri. Mungkin jahitannya tidak sempurna, tapi ...” Ia berhenti, menatap matanya. “Tapi ia dibuat dari doa yang sempurna.”
Yun Zhen menerimanya dengan kedua tangan, matanya bergetar. “Terima kasih, Niangqin.”
“Sekarang giliran Nana!” seru suara kecil dari belakang.
Yun Ruona datang sambil memeluk bungkusan kecil yang dibalut kain merah muda. Ia berlari, nyaris tersandung, tapi senyumnya tak lepas sedikit pun.
“Untuk Gege! Tapi jangan buka dulu!”
“Kenapa?”
“Harus sambil tutup mata!”
Yun Zhen menuruti, menutup matanya sambil menahan tawa. Cahaya senja menembus pepohonan, jatuh di pipi Nana yang memerah oleh semangat.
Yun Ruona membuka bungkus itu perlahan. Di dalamnya ada lukisan kecil di atas kipas lipat — gambarnya sederhana, tapi jelas: seekor burung bangau terbang di bawah langit Yunshan, dan di bawahnya tertulis aksara goyah namun jelas:
> “家在天之下 (Jiā zài tiān zhī xià) – Rumah ada di bawah langit.”
“Sudah boleh lihat!” katanya bangga.
Yun Zhen membuka mata — lalu terdiam.
Kipas itu sederhana, tapi sapuan warnanya halus. Ia bisa melihat di tiap guratan ada sesuatu yang hanya bisa dibuat oleh hati yang tulus.
>【Deteksi verbal dan simbolik : sinkronisasi terpicu.】
>【Sumber emosi dominan : kasih adik.】
>【Efek : resonansi stabil antara subjek utama dan sekunder.】
Angin berhembus lembut. Kelopak Ziwei di sekitar taman bergerak seperti menari.
Su Yulan menatap sekeliling — ia tahu apa yang dilihatnya bukan ilusi, melainkan gema dari sesuatu yang suci.
Yun Haoran menyipitkan mata, tapi tidak berkata apa pun; ia hanya menatap langit yang tampak sedikit lebih terang dari biasanya.
Yun Zhen menatap adiknya dan tersenyum. “Kau tahu, lukisan ini akan selalu Gege bawa ke mana pun aku pergi. Kalau aku rindu rumah, aku akan membukanya.”
Yun Ruona menepuk dada kecilnya. “Kalau begitu, aku akan melukis satu lagi untuk langit, supaya dia juga tahu Gege punya rumah.”
>【Analisis sistem : transmisi verbal antar-subjek → terhubung dengan lingkungan eksternal.】
>【Efek mikro : perubahan arah angin lokal, aktivasi partikel cahaya alami.】
✨ Bersambung ✨
Tentang reinkarnasi jadi bayi, trus tetiba ada sistem. Tapi sistemnya bukan membantu si FL punya kehidupan lebih baik. Lebih ke sistem yang menghubungkan perasaan atau ikatan hubungan gitu. Ini sistem yang baru sih.
Dari judulnya Panduan Tokoh Numpang Lewat. sempet di sebutkan bentar di bab 1 & 4 tentang novel dan ingatan FL. Tapi masih belum di temukan. Ini sangat pas, berarti tokoh numpang lewat itu beneran lewat aja di buku tanpa ada yang kenal dan sadar akan keberadaannya.
Sepertinya dari 24 bab ini masih pembuka cerita. belum masuk ke intinya. Mungkin semakin ke tengah, akan semakin terbuka alur-alur tersembunyi lainnya.
Good job Author. Aku suka gaya pikirmu. Lanjutkan! aku dukung .... /Joyful//Determined//Applaud//Rose//Heart//Good/
bikin nagih deh. ditunggu bab berikutnya, ya!
/Good/
dengan berkat dukungan dan cinta kalian, aku bisa tetap ada di sini dan tetap melanjutkan kisah ini, meski gak mudah.
makasih semuanya! love U All ....
/Rose//Heart//Pray/
Kutunggu dewasamu, Nana!
alurnya mulus bgt. gak kerasa kepaksa alurnya, kayak lagi naik rollercoaster!
pokok sukak bgt!!!!
semangat mamathor!
/Drool//Angry//Determined/