Hidup melarat dengan kebutuhan rumah tangga yang serba mahal serta kebutuhan anak juga sangat lah besar, mau bagai mana pun Hani mengatur uang maka tetap saja tidak akan cukup bila satu Minggu hanya tiga ratus ribuan saja.
Namun tak lama hidup nya berubah menjadi lebih baik, rumah pondok juga berganti dengan rumah megah yang luar biasa bagus nya.
apa yang sudah Hani lakukan?
Mungkin Hani melakukan pesugihan agar dia bisa kaya raya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13. Hinaan yang sangat pedas
Kamu serius ingin mengajakku menikah sekarang, In?!" Tono agak tidak percaya dengan ajakan Indri barusan.
"Mungkin kamu kaget dengan ajakanku ini, tapi jujur saja aku memang ingin berumah tangga dan dari semua pilihan hanya kau lah yang merasa paling cocok denganku." Indri terpaksa berdusta.
"Tapi aku sudah tidak punya uang lagi karena uang yang akan kupakai menikahi mu kala itu telah ku belikan untuk kebun sawit." Tono berkata jujur.
"Kita menikah kecil kecilan saja asal kan sah, lagi pula kamu tahu bahwa aku adalah anak orang yang tidak punya." ucap Indri pelan.
"Kamu tidak masalah apabila kita hanya menikah di KUA saja?" Tono menatap wajah gadis cantik ini.
Indri pun mengangguk setuju karena yang dia inginkan hanya lah pernikahan saja, untuk apa pernikahan megah apabila uang nya mengutang dari sana sini hanya untuk menuruti gengsi dan agar tidak dicela oleh orang orang kampung, lebih baik apabila ada uang di simpan saja untuk dipakai setelah menikah.
Toh kehidupan tidak berhenti hanya setelah mereka menikah dalam waktu satu hari, masih panjang perjuangan kedepannya dan masih banyak juga cobaan yang akan mereka hadapi. entah itu masalah ekonomi seperti Hani dan Imran, atau juga masalah lain soal keturunan, mereka masih tidak tahu karena itu semua adalah rahasia Tuhan.
Tapi memang lebih baik berjaga jaga saja karena Tono pun bukan dari anak orang yang sangat mampu, tapi setidak nya dari pada keluarga Indri maka lebih berat adalah keluarganya Tono, bisa di bilang keluarga Indri adalah orang yang paling miskin di kampung mati tempat mereka tinggal ini.
Memang sudah dari keturunan yang sana bahwa mereka memang orang yang tidak punya dan tidak ada warisan yang bisa untuk mendomplang hidup mereka, mau tidak mau ya harus berusaha dengan kaki dan tangan sendiri agar bisa hidup dengan enak dan juga nyaman, apabila kurang usaha maka akan berakhir seperti Imran yang hanya akan pasrah menerima takdir nya.
"Kenapa kemarin pas di lamar tidak mau?" Bu Rabu bertanya dengan nada heran.
"Saat itu aku kurang yakin makanya menolak lamaran Mas Tono, Bu." jawab Indri pelan.
"Lalu sekarang kamu sudah yakin dan siap menjadi istrinya Tono?" tanya Bu Rabu lagi.
"Insya Allah aku siap, Bu! aku akan berusaha menjadi istri yang terbaik dan berusaha patuh agar Mas Tono bisa tenang ketika sedang pergi bekerja dan aku diam di rumah." janji Indri agar calon mertuanya ini senang.
"Ibu ya terserah Tono saja karena dia yang akan menjalani rumah tangga ini, Ibu hanya mendoakan yang terbaik dan semoga kalian menjadi pasangan sampai tua." harap Bu Rabu dengan penuh ketulusan.
"Amin!" Indri dan Tono menjawab serentak.
"Kamu mau nya di lamar lagi atau langsung menentukan jadwal pernikahan saja?" tanya Bu Rabu memastikan dulu.
"Sebaik nya langsung pastikan tanggalnya saja, Bu. tidak usah pakai lamaran lagi!" jawab Indri yakin akan keputusan ini.
Bu Rabu pun mengganggu setuju akan keputusan yang telah Indri berikan kepada mereka, tinggal nanti mengatur jadwal untuk ke rumah orang tua Indri dan membicarakan ini dengan matang. sebab tanggal pernikahan tidak bisa asal asalan saja, harus dicari tanggal yang baik dan bagus supaya pernikahan mereka langgeng sampai tua nanti.
...****************...
"Eh aku tadi melihat Hani belanja banyak sekali." Leni berkata pada Nur teman ghibah nya yang selama ini selalu bersama.
"Ya kan dapat uang dari hasil orang melayat setelah kematian Ari." jawab Nur dengan suara lantang.
"Lah aku baru sadar akan hal itu, kan banyak dapat uang ya jadi bisa untuk belanja macam macam dan makan enak." ini sangat pintar sekali apa bila sudah mengetahui orang lain.
"Gila ya masa uang anak hasil dari kematian tega di belanjakan sebanyak itu untuk makan dia dan sekeluarga." Nur mulai menggibah dengan mulutnya yang sangat lemes.
Dua wanita ini memang selalu cocok apabila sudah duduk bersama dan sibuk menghargai orang yang lewat, bahkan kecoa lewat pun tidak luput dari bibir mereka yang sangat lemes. siapa saja akan selalu di review penampilan dan juga sikapnya, kalau yang miskin maka akan di injak injak tapi apabila yang kaya hanya akan dibicarakan di belakang saja.
Sudah tabiat mereka berdua selalu suka mengatai orang walau pun orang tersebut tidak pernah punya salah pada mereka, entah kapan akan datang azab pada mereka berdua ini karena selalu saja suka mengatai orang lain yang lebih rendah atau pun yang lebih kaya dari mereka.
"Apa tadi malam tidak dibuat acara tahlil di rumah nya Hani dan Imran?" Nur bertanya karena mulutnya sudah mau menggibah.
"Tidak sayang lah uang yang didapat karena akan di pakai makan enak, dari pada untuk membuat tahlil maka lebih baik di makan untuk mereka sendiri." Leni sudah memunculkan pendapat dia sendiri.
"Orang tua yang sangat kurang ajar sehingga bersorak di atas kematian anak." Nur berkata dengan suara lantang karena dia ingin menantang Hani.
"Ambar kemarin membawa beras untuk di berikan pada mereka tapi di tolak oleh Imran." Leni ingat kejadian itu karena dia pun ada di sana mendengarkan apa yang mereka ributkan.
Praaaaang.
Nur yang Leni berteriak kaget karena tiba tiba saja mereka dilempar dengan dandang kukusan, Hani menatap mereka dengan penuh kemarahan karena dia sudah mendengar semua apa yang di katakan. sudah cukup rasa sabar nya dan kali ini tinggal membalas apa yang mereka lakukan pada diri nya, kalau di.diamkan saja maka mereka akan semakin menjadi jadi.
"Apa salah ku pada kalian sehingga kalian selalu saja mencela aku?!" Hani menatap keduanya penuh kebencian.
"Sadar diri dong karena kau memang pantas di hina!" Leni langsung menjawab dan maju mendekat.
"Bagian mana yang pantas untuk di hina oleh kalian? hanya karena aku miskin lalu kalian semena mena saja pada diriku!" bentak Hani tanpa ada rasa takut sedikitpun.
"Sudah tahu miskin tapi masih bertanya pula kau, bau mu saja sudah tercium bahwa kau memang pantas menjadi orang melarat!" Nur semakin pedas saja mengatakan.
"Akan tiba saatnya nanti bahwa kalian akan merasakan apa yang telah kurasakan, aku tidak akan pernah diam saja menerima hinaan yang kalian berikan padaku!" geram Hani.
Leni dan Nur justru tertawa kencang karena mereka merasa itu hanya ancaman yang tidak di anggap dengan serius, lagi pula orang miskin seperti Hani bisa apa untuk menyakiti mereka yang jelas jelas orang kaya sehingga punya power untuk melakukan apa saja.
kan kalo ga bs tumbalin si Imran bisa si Mak Tini yg ditumbalin
makasih udah up
jga lupa jaga kesehatan
maaf jika aku yang salah nama