Mencinta kembali, apakah mungkin bagi Dewi Bhuana Joyodiningrat. Diusianya yang sudah lebih dari kepala 4 sekarang, dirinya kembali dihadapkan oleh 2 pria dari masa lalunya.
Ditinggalkan begitu saja, membersarkan anaknya sendirian. Dan kini orang itu kembali hadir berbarengan dengan orang lain dari masa lalunya.
Hendra Kusuma dan Aji Kurniawan. Satu adalah mantan suaminya, dan yang satu adalah temannya.
Siapakah dari kedua pria itu yang bisa membuat Dewi kembali mencinta?
Akankah putri Dewi yang bernama Aisya menerima kembali sang ayah yang meninggalkan mereka bahkan saat dia tidak diketahui sudah ada?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Loving Again 13
"Karena aku menyukaimu."
Kalimat yang tidak hanya satu kali itu Dewi dengar dari mulut Aji, cukup membuatnya terkejut. Ia pikir itu hanya lah sekedar kata-kata guyonan semata untuk bisa merasakan vibes mengenang masala lalu. Tapi sekarang Dewi merasa sedikit aneh dengan kalimat itu. Seolah-olah Aji benar-benar menyukainya.
"Bang Aji serius suka sama aku dulu?"
"Eiii kamu tidak percaya kah Dew? Serius, dua rius malah. Aku beneran menyukai mu dulu. Kalau tidak untuk apa aku selalu menyambangi sanggar, datang ke kelas, dan menemui mu di kantin. Bahkan puncaknya adalah aku menembak mu sebelum kelulusan tapi berujung ditolak."
Maaf
Dewi sungguh meminta maaf akan hal itu. Waktu itu dia pikir hanya sebuah candaan ketika Aji berkata menyukainya. Dan yang lebihnya lagi, dia juga sedikit takut dengan kakak kelas.
Pada waktu itu Dewi memang cantik, murid baru yang cantik dan menarik perhatian beberapa murid laki-laki. Tapi akhirnya banyak dari kakak kelas yang perempuan menjadi sedikit iri dan berujung kesal kepada Dewi.
Maka dari itu Dewi mengabaikan beberapa murid laki-laki yang memerhatikannya. Sehingga dia pun juga acuh tak acuh terhadap perhatian yang diberikan oleh Aji. Dia menganggap semua itu hanya angin lalu.
Tapi siapa sangka ternyata Aji benar-benar menaruh rasa suka itu pada Dewi. Kini Dewi baru benar-benar tahu mengenai itu.
"Eiii, tidak perlu minta maaf. Kan itu sudah lama berlalu. Ah iya Dew, aku ikut prihatin dengan apa yang menimpa mu. Semoga putrimu berhasil dengan cita-citanya."
"Aamiin, terimakasih Bang doanya. Dia sekarang lagi menempuh koas Bang, di RSMH."
"Woaah serius, aku turut senang. Aku juga punya banyak kenalan di sana."
Obrolan mereka pun berlanjut, kali ini yang dibicarakan adalah tentang Aisya. Semua ibu pasti bangga kepada anaknya yang berhasil menggapai cita-citanya, dan Aji bisa merasakan itu.
"Putrimu adalah sumber kebahagiaan mu ya Dew. Kamu beruntung, karena dengannya, kamu bisa bertahan hingga saat ini. Teruslah seperti ini, aku berharap kamu akan menemukan kebahagiaanmu sendiri. Maksudku, sekarang kamu terlihat sangat bahagia ketika membicarakan tentang Aisya, kedepannya semoga kamu bisa bahagia ketika membicarakan tentang mu sendiri."
Degh!
Apa yang dikatakan oleh Aji baru saja, belum pernah terlintas dalam pikirannya sama sekali. Selama ini dia hanya fokus kepada Aisya. Tujuannya adalah memberi Aisya kebahagiaan keluarga yang lengkap meskipun pada kenyataannya memang tidak lengkap.
Dewi tertunduk, perkataan Aji benar-benar menyentuh relung terdalam dirinya. Selama ini jika diingat, dia memang sellau bahagia jika itu berhubungan dengan Aisya. Sehingga jika ditanya, apa yang membuatmu bahagia maka jawabannya adalah kebahagiaan putrinya.
"Sepertinya memang begitu. Dew, sekarang waktunya kamu membahagiakan dirimu sendiri. Insya Allah putri mu Aisya, sudah bisa bertanggungjawab dengan dirinya. Dia sudah berhasil menggapai cita-citanya. Kini waktunya kamu sedikit demi sedikit berpikir tentang dirimu."
"Abang benar, aku baru menyadarinya sekarang, terimakasih Bang. Terimakasih banyak."
Dewi mengambil nafasnya dalam-dalam dan membuangnya perlahan. Bertemu dengan Aji jika dihitung memang baru tiga kali. Tapi banyak hal yang bisa dia dapatkan dari pria itu.
"Bang, sungguh tidak menyangka Abang bisa sebijak ini."
"Aduuuuh jadi malu hahahaha. Tapi Dew, kalau kamu butuh teman, aku sungguh siap menemani."
"Hahaha, duuh takut banget. Dokter Aji kan sangat sibuk, ya kali saya minta ditemani. Apa tidak mengganggu?"
Hahahah
Tawa keduanya lepas, rasanya menyenangkan bagi Dewi yang entah kapan terakhir kali dia tertawa lepas tanpa memikirkan apapun.
Drtttzzz
Ponsel Aji berdering. Dia meminta izin kepada Dewi untuk mengangkatnya. Ternyata itu dari salah satu juniornya yang meminta bimbingan dalam pembuatan jurnal.
"Dew, aku harus ke rumah sakit. Ternyata hari ini aku ada janji temu dengan juniorku, aku lupa hahaha."
"Ya Allah kenapa bisa lupa, Bang. Pasti sudah ditunggu ya, ya sudah kalau gitu Abang buruan pergi."
Aji mengangguk, dia pun berpamitan kepada dewi dan segera pergi ke rumah sakit.
Sepanjang perjalanan, Aji tersenyum sendiri. Dia bahkan menepuk keningnya dengan sedikit lebih keras.
"Kamu ini lho Ji, kok tiba-tiba begini. Hahahah, payah nih, kayaknya kamu benar-benar sedang nostalgia sama cewek imut itu. Ya, Dewi dulu imut dan sekarang pun demikian. Haisssh."
Aji bicara sendiri. Dia sebenarnya juga menertawakan dirinya sendiri karena apa yang terjadi pada dirinya saat ini.
Padahal dia selama ini sangat enggan jika ada yang terlihat berusaha mendekatinya. Tapi sekarang apa, dia yang terkesan malah mendekati Dewi.
"Apa ini karma karena aku selalu menolak didekati, dan sekarang aku yang kepengen sekali mendekati. Aah ndak tau lah."
Agaknya Aji sendiri pun bingung dengan apa yang terjadi dengan dirinya.
Cekleeek
"Sudah menunggu dari tadi? Maaf ya?"
"Tidak apa Dok, belum lama kok. Tapi tumbenan Dokter tidak on time? Biasanya kalau janjian, Dokter bahkan datang lebih awal. Kali ini Dokter Aji terlambat bahkan hampir lupa kalau saya tidak menelpon."
hahahah
Aji hanya tertawa, dia kemudian tersenyum. Junior Aji merasa sedikit heran dengan tingkah seniornya yang menurutnya tidak biasa itu.
Bahkan ketika datang tadi Aji menerbitkan senyum.
Meskipun Aji terkenal supel, dan extrovert, tapi senyum Aji kali ini sungguh berbeda dari yang biasanya dia lihat.
"Kayaknya Dokter Aji sedang senang?"
"Eh, begitu kah? Aku selalu senang tiap hari kok. Ya sudah mana nih yang perlu dikonsultasikan."
Akhirnya Aji bisa mengalihkan pembicaraan mereka. Dan ia pun bisa kembali fokus dengan apa yang ada di depannya. Meskipun demikian, Aji jadi berpikir, apa benar dirinya sebeda itu setelah bertemu dengan Dewi tadi?
Baginya biasa saja, karena memang biasa tersenyum kepada orang lain. Namun ternyata orang lain memiliki anggapan yang berbeda.
"Tidak mungkin kan aku sekarang ini tengah puber lagi. Ya kali puber di usia yang sudah mau 50 tahun. Apa karena ketemu Dewi? Apa karena CLBK, Cinta Lama Belum Kelar. Oh Ya Allah, masa iya begini sih. Tapi ada rasa lain memang saat bertemu kembali dengan Dewi."
Aji tidak mengingkari itu. Dia memiliki perasaan lain ketika bertemu kembali dengan Dewi. Selain membangkitkan kenangan masa SMA nya, Aji juga seolah diingatkan oleh cinta pertamanya yang waktu itu tertolak.
"Dewi Bhuana Joyodiningrat, bahkan nama itu pun aku masih ingat betul sampai sekarang. Duuuh benar-benar ndak bener nih otak ku."
Terus saja, Aji terus saja bicara dalam hatinya. Beruntung otaknya memang cerdas, jadi meskipun tengah memikirkan hal lain, dia tetap bisa fokus dengan apa yang sekarang ada di depannya. Bahkan ketika juniornya bertanya, dia tetap bisa menjawab tanpa bingung.
TBC
Jatuh cinta berjuta rasanya
Biar siang, biar malam terbayang wajahnya
Jatuh cinta berjuta indahnya
Biar hitam, biar putih manislah tampaknya
🎶🎶🎶🤣
emng y,yg nmanya jth cnta tu ga pndang usia....brsa msih 17 thn....mga jdoh sm dewi y bang....