NovelToon NovelToon
Istri Kecil Om Dokter

Istri Kecil Om Dokter

Status: sedang berlangsung
Genre:Dokter / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Orie Tasya

Ina dan Izhar memasuki kamar pengantin yang sudah disiapkan secara mendadak oleh Bu Aminah, ibunya Ina.

Keduanya duduk terdiam di tepian ranjang tanpa berbicara satu sama lain, suasana canggung begitu terasa, mereka bingung harus berbuat apa untuk mencairkan suasana.

Izhar keluar dari kamar mandi dan masuk kembali ke kamar setelah berganti pakaian di kamar mandi, sementara itu, Ina kesulitan untuk membuka resleting gaun pengantinnya, yang tampaknya sedikit bermasalah.

Ina berusaha menurunkan resleting yang ada di punggungnya, namun tetap gagal, membuatnya kesal sendiri.

Izhar yang baru masuk ke kamar pun melihat kesulitan istrinya, namun tidak berbuat apapun, ia hanya duduk kembali di tepian ranjang, cuek pada Ina.

Ina berbalik pada Izhar, sedikit malu untuk meminta tolong, tetapi jika tak di bantu, dia takkan bisa membuka gaunnya, sedangkan Ina merasa sangat gerah maka, "Om, bisa tolong bukain reseltingnya gak? Aku gagal terus!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Orie Tasya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18

Ina telah sampai di depan rumahnya, berkat dibawa kebut-kebutan oleh Izhar dengan motor Isha. Ina menarik nafas lega, karena belum ada tanda-tanda Kinara sudah ada di rumahnya.

Ina turun dari motor, Izhar pun ikut turun.

"Om, ayo cepat masuk, takutnya Kinara keburu datang dan lihat kita disini!" Ina menarik tangan Izhar untuk ikut dengannya masuk ke dalam rumah.

"Gak usah terburu-buru, lagian teman kamu belum datang!" Izhar ingin lebih santai.

"Om, kalau Kinara datang dengan mobilnya terus lihat kita berdua disini kena cahaya lampu mobil, memangnya Om pikir dia gak akan nyangka yang nggak-nggak? Dia gak akan curiga? Dia pasti bakalan bertanya-tanya, kenapa suaminya Tante aku ada disini sama aku!"

Izhar tak membalas perkataan Ina, kali ini Ina benar, jika Kinara melihatnya berada disitu bersama Ina, pasti akan curiga.

Izhar ikut Ina saja menuju ke rumah.

'tok tok tok!'

Ina mengetuk pintu rumahnya.

"Assalamu'alaikum!" ucap Ina.

Belum ada jawaban, Bu Aminah tampaknya sudah terlelap di kamarnya.

'tok tok tok!'

Ina mengetuk pintunya lagi.

"Assalamu'alaikum! Ma... Aku pulang!" Ina kali ini memanggil Ibunya.

"Mama kamu pasti capek seharian jualan di pasar, apa

kamu gak kasihan mengganggu tidur Ibu kamu seperti ini?" Izhar bertanya.

"Habisnya, aku gak ada pilihan lain, kalau Mama gak

bangun, kita akan tetap berdiri disini dan Kinara pasti akan segera datang, bakal repot!"

Tak lama kemudian, terdengar suara langkah kaki mendekat ke arah pintu.

"Wa'alaikumussalam." Sahut dari dalam.

'ceklek'

Pintu terbuka, Bu Aminah berdiri di depan Ina dan

Izhar sekarang, matanya terlihat sangat mengantuk.

"Ina, kenapa kamu datang malam-malam begini?"

tanya nya, heran karena Ina datang semalam itu ke rumah.

"Kinara tadi telepon, katanya ortunya lagi ribut, dia gak betah di rumah, makanya mau nginep di rumah aku.

Tapi karena aku nginep di rumahnya Om Iz, aku buru-buru pulang karena takut Kinara akan datang dan aku gak ada." Ina menceritakan alasannya datang malam-malam.

"Oalah... Harusnya kamu tolak saja, kenapa kamu harus menyusahkan diri? Kasihan suami kamu harus repot-repot antar kamu pulang kemari, dia 'kan sibuk seharian, kenapa malah ditambah repot sama hal kayak gini?"

Ina malah kena omel Ibunya.

"Maaf... Tapi kasihan Kinara, Mah. Dia cuma punya temen satu, Ina doang, makanya Ina mau-mau aja pas dia bilang mau nginep." Ina sedikit menundukkan kepala, malu karena di omeli Ibunya.

"Ya sudah, ayo cepat masuk, jangan cuma berdiri dilua, dingin!"

Ina dan Izhar masuk.

"Mama sangat mengantuk, Mama mau tidur lagi ya."

Bu Aminah tidak bisa menemani anak dan menantunya mengobrol.

"Iya, maaf Ina ganggu."

Bu Aminah kembali ke kamarnya, Ina dan Izhar juga masuk ke kamar gadis itu.

Izhar duduk di tepian ranjang, melepas jaketnya dan menyisakan kaos warna putih polos berlengan pendek untuk menutupi tubuhnya.

Ina juga duduk di samping Izhar sambil menunggu Kinara datang. Izhar memandangi Ina dari samping, menatap dengan seksama wajah cantik gadis itu.

Izhar mengikuti arah garis kening Ina, ke hidung, ke bibir dan dagunya dengan tatapan mata.

'Dia secantik itu ya, padahal gadis bibit lokal, tapi cantiknya paripurna.' Puji Izhar dalam hati.

Ia mengagumi kecantikan Ina, yang di matanya tak ada cela sedikit pun.

Sedang asyik memandangi wajah Ina, tiba-tiba terdengar suara mobil masuk halaman rumah, jelas saja membuat Ina dan Izhar beranjak dari tempat mereka, itu pasti Kinara.

Izhar dan Ina mencari tempat bersembunyi untuk Izhar di kamar itu.

"Kenapa saya harus sembunyi? Ini 'kan kamar kita, saya mau tidur!" Izhar protes karena harus sembunyi.

"Om harus sembunyi, soalnya Kinara 'kan bakal tidur di kamar aku!"

"Tapi, kamu 'kan bisa ajak dia tidur di kamar lain, jangan disini!"

"Nggak ada lagi kamar, disini cuma ada dua kamar, masa iya aku harus suruh Kinara tidur sama Mama!"

Izhar merasa sangat sial, harusnya tadi ia langsung pulang saja, daripada harus bersembunyi di rumah istrinya sendiri.

Ina mencari-cari tempat yang pas untuk persembunyian Izhar, dia menarik tangan Izhar ke arah lemari pakaian.

"Jangan bilang, kamu akan suruh saya sembunyi di dalam sini?" Izhar menunjuk lemari pakaian Ina.

"Ya harus, kalau tempatnya muat!" jawab Ina ketus.

Ina membuka pintu lemari, tapi sayangnya tak ada tempat untuk tubuh seorang manusia dewasa, karena lemarinya hampir penuh dengan pakaian.

Ina menggeleng-gelengkan kepala, kemudian menarik kembali tangan Izhar mencari tempat lain.

Keduanya mondar-mandir di dalam kamar, belum menemukan tempat yang pas untuk bersembunyi, Izhar terpaksa mengikuti setiap langkah istrinya, karena tangannya tak di lepaskan juga oleh Ina.

'tok tok tok'

"Assalamu'alaikum!" ucapan salam terdengar dari luar.

Ina membulatkan mata, Kinara sudah ingin masuk, sedangkan Izhar masih berada di kamarnya.

"Gawat! Harus cepat!" ucap Ina sedikit panik.

Ina melihat sebuah tempat yang cocok untuk sembunyi, dan dia yakin kalau Kinara tak akan tahu ada sesosok lelaki di kamar sahabatnya.

***

Kolong tempat tidur.

Ina tersenyum pada Izhar, kemudian menarik Izhar dan memaksanya masuk ke dalam kolong tempat tidur.

"Apa-apaan ini? Kenapa kamu paksa saya masuk ke dalam sini?" Izhar protes lagi.

"Ssstttt! Kalau Om berani keluar, aku jamin Om bakal jadi duda besok pagi!" ancam Ina, langsung melengos pergi dari kamarnya.

"What? Jadi duda? Memangnya yang punya kendali atas talak itu siapa? Bukannya aku? Gadis aneh!" batin Izhar.

Kesal juga pada Ina yang selalu berkelakuan random dan diluar kewajaran orang pada umumnya.

"Aduhhh... Pasti kotor deh dibawah sini, bisa-bisa aku gatal nanti!" Izhar mengusap-usap punggungnya yang lebib dulu bersentuhan dengan lantai kolong ranjang Ina.

Tempat itu pasti kotor dan Izhar merasa akan gatal-

gatal berada di bawah sana.

Ina dan Kinara masuk tak lama setelahnya, Izhar tak berbicara atau bergerak di bawah sana, karena khawatir kalau Kinara akan menyadari ada seseorang dibawah ranjang.

"Kamar lu rapi juga ya, gue kira lu jorok!" canda Kinara.

"Enak aja, kamar gue rapi terus kok, gue suka kebersihan, hehehe..."

"Cih, suka kebersihan apanya? Di kamarku aja makan Snack sembarangan!" Izhar menyahut dengan suara hatinya dibawah kolong.

Ina dan Kinara naik ke ranjang, Izhar bisa mendengar derit ranjang ketika gadis-gadis itu naik. Suaranya tak enak di dengar, membuat telinga Izhar terganggu.

"Kenapa nyokap bokap lu ribut?" tanya Ina.

"Biasa lah, gak sependapat, mereka kalau udah beda pendapat pasti ujung-ujungnya debat hebat dan ribut. Gue gak betah kalau mereka udah kayak gitu, jadi males ngapa-ngapain."

"Iya juga sih, kalau ortu lagi ribut, anak-anaknya pasti gak akan betah tinggal di rumah. Siapa juga yang mau tinggal di rumah yang berisik."

"Makanya, gue lebih milih minggat aja buat sementara waktu, gue bakal balik kalau keadaan di rumah udah adem lagi." Ina mangut-mangut.

Kinara mengeluarkan buku dan pena nya dari dalam tas.

"Gue belum ngerjain PR nih, lu udah belum? Kalau belum, kita kerjain bareng sebelum tidur!" Kinara malah mengajak Ina untuk mengerjakan tugas sekolah bersama.

"Gue sebenernya udah sih, tapi kalau lu butuh teman, gue bakal temenin," jawab Ina berusaha tersenyum tenang, padahal dalam hatinya sedang di penuhi dengan kecemasan, takut Izhar yang berada di bawah sana merasa bosan dan akhirnya akan memarahi Ina.

"Ya udah, temenin gue ya!"

Ina mengangguk.

Ina dan Kinara pun mulai belajar bersama, Ina menemani Kinara mengerjakan tugas sekolah sambil belajar juga.

Di bawah tempat tidur, Izhar merasa sangat bosan, ingin sekali keluar dari sana dan pergi pulang ke rumahnya. Tubuhnya tidak dapat bergerak bebas, bahkan ingin duduk pun sangat sulit, hanya bisa mengubah posisi dari berbaring ke terlentang dan menyamping.

"Aduhhh... Sampai kapan mereka akan belajar? Aku gak tahan kalau terlalu lama dibawah sini, mana sempit banget!" lagi-lagi Izhar hanya bisa menggerutu dalam hati.

'pluk'

Izhar menoleh ke asal suara, sebuah pena jatuh dari para gadis itu dan menggelinding ke arahnya di dalam kolong.

"Wahhh... Pulpen gue jatoh, kayaknya masuk ke dalam kolong deh, gue mau ambil dulu!" ucap Kinara.

Ina dan Izhar sama-sama terbelalak saat mendengar Kinara akan mengambil penanya di dalam kolong. Kinara turun dari ranjang, membuat Ina dan Izhar semakin tak bisa tenang.

Kinara memasukkan tangannya ke dalam kolong, meraba-raba penanya yang mungkin tak terlalu dalam masuk ke bawah sana. Tapi, pena itu justru ada di samping Izhar dan tangan Kinara masih meraba-raba semakin jauh.

Jantung Izhar berdebar-debar, sambil berusaha menggeser tubuhnya menjauh dari pena.

Kinara semakin dalam memasukkan tangannya, karena di kolong ranjangnya pun gelap, Kinara ogah mengintip.

"Ra, biar gue aja yang ambil, lu naik lagi aja, soalnya dibawah emang gelap, biar gue cari pakai senter hp!" Ina dengan cepat menawarkan bantuan, dengan niat agar Kinara berhenti meraba-raba ke dalam sana.

"Oh, oke!"

Ina dan Izhar menghela nafas lega.

Kinara naik lagi ke ranjangnya, Ina turun dan mengintip ke dalam kolong.

Dilihatnya Izhar yang kesulitan bergerak dan tak nyaman di bawah ranjang.

Ina masuk ke dalam kolong untuk mengambil pena yang ada di dekat Izhar.

"Masih lama? Saya gak tahan di bawah sini!" Izhar berbisik pada Ina.

"Aku usahain supaya Kinara cepat tidur, Om sabar dulu, oke?"

"Harus sabar sampai kapan? Badan saya gak nyaman ada di tempat sempit kayak gini, disini juga kotor berdebu!"

"Ayolah, please... Sebentar lagi aja, sabar ya!"

Ina dan Izhar terus saling berbisik, Kinara yang melihat kaki sahabat berada di luar kolong ranjang, heran karena Ina tak juga keluar, padahal untuk mengambil pena tentulah tidak membutuhkan waktu yang begitu lama.

"Na, lu kok lama banget sih?" tanya Kinara.

Ina dan Izhar terkesiap, durasi mereka bicara terlalu lama, membuat Kinara curiga.

"Please... Standby disini, oke?" pinta Ina.

Lalu, dengan cepat Ina keluar dari kolong ranjang, kembali naik ke atasnya.

"Sorry, tapi gue cari jepit rambut gue juga yang pernah masuk ke situ, tapi gak ada, kayaknya gue lupa jatuh sebenarnya dimana, hehehe." Ina beralasan.

"Oooh... Pantesan aja lama banget, cuma ngambil pulpen doang."

"Hehehe... Sorry ya, yuk lanjut lagi, terus kita tidur!"

Kinara mengangguk, dua gadis itu kembali pada buku pelajaran dan tugas yang akan di kerjakan.

Izhar berusaha bersabar dalam posisinya saat ini.

Izhar mungkin bisa saja keluar dari tempat itu dan

mengungkap hubungannya dengan Ina pada Kinara,

hingga dapat mengusir Kinara dari kamar mereka.

Namun, Izhar tak mau bersikap egois, Ina masih harus melanjutkan sekolahnya dan tak boleh ada siapapun yang tahu tentang hubungan mereka.

Malam semakin larut, Ina dan Kinara masih sibuk dengan buku pelajaran.

Keduanya sudah menguap lebih sering dari sebelumnya, menandakan kalau mereka sudah mengantuk berat.

Kinara mengerjakan lebih cepat, hingga akhirnya tugas sekolah selesai.

"Hoooammm!" Kinara menguap, menggeliat nikmat melemaskan otot-otot yang menegang karena duduk terlalu lama.

Kinara memasukkan kembali alat tulisnya ke dalam tas.

"Tidur yuk!" ajak Kinara pada Ina.

"Yuk!"

Kinara dan Ina masuk ke dalam selimut dan mulai

tidur.

Ina lupa sama sekali pada suaminya yang tidur di bawah sana.

Tak butuh waktu lama, Ina dan Kinara terlelap dalam tidur mereka.

Dibawah sana, Izhar juga tertidur, karena terlalu lama menunggu, membuatnya sangat mengantuk.

***

Pukul 03:20 Dini hari

Izhar terbangun dari tidurnya, akibat gigitan nyamuk yang menyerangnya. Tangan Izhar bergerak kesana kemari menepis serangan nyamuk-nyamuk itu.

Mata Izhar terbuka lebar, sudah tak bisa lagi di pejamkan.

Suasana di kamar senyap, ia baru sadar kalau dirinya tertidur.

Izhar bergerak keluar dari kolong karena dipastikan sepi, Ina dan temannya itu sudah tidur.

Ketika Izhar keluar dari kolong dan melihat jam tangannya, rupanya sudah dini hari, pantas saja sangat sepi. Izhar berhasil keluar dari kolong dan duduk.

Ia melihat Ina dan Kinara tidur berdua, hangat di dalam selimut mereka.

"Jahatnya, dia tidur nyenyak disini, tapi aku malah dibiarkan tidur dibawah kolong, kejam!" gumam Izhar, sambil menatap istrinya yang terlelap di ranjangnya.

Karena posisi Ina membelakangi Kinara, lebih

tepatnya menghadap ke arah tembok, Izhar pun berada tepat berhadapan dengan Ina.

Izhar yang kesal pada istrinya, meniupi wajah Ina agar terbangun.

Izhar tak terima di telantarkan dibawah kolong, sedangkan Ina tidur senyenyak itu di atasnya.

Izhar meniupi wajah Ina lebih kencang, menghadirkan sensasi dingin pada Ina sendiri.

Gadis itu mengerjap-ngerjap, ketika hembusan angin dari mulut suaminya menyapu wajah.

Mata Ina terbuka, membulat saat melihat Izhar sudah ada di depan matanya dan menjadi penyebab tidurnya terganggu.

"Om ngapain sih? Kurang kerjaan banget niupin muka orang lagi tidur?!" Ina mengomel tapi berbisik.

"Kamu kejam, kamu biarkan saya tidur dibawah situ, kedinginan, banyak nyamuk. Sedangkan kamu? Kamu tidur nyenyak disini di dalam selimut, itu gak adil, makanya saya ganggu kamu!" jawab Izhar dengan ekspresi marahnya, tapi di tahan.

"Ya ampun maaf, aku lupa, Om, sumpah aku lupa kalau Om ada dibawah sana, sehabis ngerjain tugasnya Kinara, kita langsung tidur, karena ngantuk banget, beneran gak ingat kalau Om ada disana." Ina meminta maaf atas kesalahannya yang telah melupakan sang suai begitu saja.

Izhar memutar bola mata malas, berdebat pun percuma, hanya akan menimbulkan kebisingan di tengah malam.

"Mmmh..." Terdengar suara Kinara dari seberang Ina, lagi-lagi membuat mata keduanya membulat, ini lebih mengkhawatirkan daripada sebelumnya.

"Om, masuk lagi!" titah Ina, meminta Izhar masuk kembali ke kolong tempat tidur.

Izhar menggeleng, "Nggak! Saya gak mau masuk lagi ke dalam situ, lebih baik saya keluar!" Izhar menolak dengan tegas, walaupun suaranya pelan.

"Tapi Om..."

Belum sempat Ina menyelesaikan ucapannya, Kinara sudah berbalik padanya dan lebih mendekat pada Ina.

Hal itu, membuat Ina dan Izhar semakin cemas, Izhar juga tak bisa keluar, karena jika Kinara membuka matanya, pasti akan langsung melihat Izhar.

"Om... Please..." Ina memohon, agar Izhar mau masuk kembali ke kolong.

Izhar tetap menggeleng. "Nggak mau, jangan paksa saya!" tolak Izhar lagi tegas, masih dengan suara berbisik.

Kinara bergerak memeluk Ina dari belakang, semakin membuat Ina kebingungan.

"Om... Please..." Pinta Ina lagi.

"Saya nggak ma---"

Izhar tak sempat menolak, perkataannya terhenti seketika saat Ina menarik tengkuknya dan menempelkan bibir mereka.

Manik Izhar membulat, terkejut mendapatkan ciuman pertama dari istrinya.

Tak hanya menempelkan bibirnya, Ina juga mengulum bibir bawah Izhar, hingga membuat pria itu tak bisa menolak. Sebuah ciuman hangat yang selalu di impikan sebelum menikah, kini terjadi tak terduga, Izhar merasa ini mimpi.

Ina melepaskan tautannya dari Izhar, lalu menatap pria itu.

"Please..." Pinta Ina lagi, menunjukkan wajah memelas.

Izhar menatapnya cukup lama, terutama bibir ranum gadis itu yang baru saja menempel dengan bibirnya, sungguh menggoda keimanannya.

Ina membelai wajah Izhar. "Mau ya?" ucapnya.

Izhar seakan terhipnotis oleh gadis itu, menganggukkan kepala. Kemudian masuk kembali ke

dalam kolong tempat tidur menuruti permintaan Ina.

Izhar mengalah, ciuman dari istrinya berhasil mengalahkan ketegasannya.

Izhar melipat dua tangannya di dada dan berusaha memejamkan matanya lagi, walaupun lantai sangat dingin dan nyamuk bertebaran.

Setelah Izhar menuruti permintaannya, Ina justru jadi tak tenang dan tak enak hati. Dia memikirkan tubuh Izhar yang tidur tanpa alas dibawah, dingin dan banyak nyamuk, pastilah membuat Izhar tak akan tidur nyenyak.

Ina turun dari ranjangnya dan mengintip ke bawah kolong.

Izhar tampak tertidur dengan melipat tangannya.

"Kasihan banget... Gue kok tega ya sama suami sendiri? Demi belain sahabat, malah ngorbanin suami sendiri." Gumamnya, merasa menjadi istri yang jahat.

Ina masuk ke dalam kolong, mengguncang tubuh Izhar perlahan agar bangun.

Izhar terbangun kembali dan menoleh pada Ina.

"Apa lagi?" tanya nya setengah mengantuk.

"Pindah yuk!" ajak Ina.

"Pindah kemana? Disini gak ada kamar lagi, kalau saya tidur di ruang tamu sama aja bohong." Jawab Izhar malas.

"Keluar aja dulu!"

Ina menarik suaminya untuk keluar, lagi-lagi Izhar menurut.

Setalah berada diluar kolong, Ina naik lagi ke ranjangnya, kemudian menarik Izhar untuk ikut naik bersamanya.

Ina menutup mulut Izhar agar tak bicara apapun, dia hanya ingin Izhar masuk ke dalam selimut bersamanya.

Izhar tetap menurut, ia dan Ina kini berada dalam

selimut yang sama dan saling berhadapan sangat dekat.

"Nanti teman kamu bangun, gimana?" tanya Izhar.

"Maka dari itu, Om gak boleh muncul di permukaan."

Jawab Ina.

Dengan cepat menurunkan posisi tubuh Izhar yang sejajar dengannya itu, menjadi berada di dalam selimut seluruhnya.

Izhar berada di dada Ina dan Ina menutup seluruh tubuh mereka dengan selimut.

"Om gak boleh mikir aku jahat lagi, karena Om bisa tidur nyenyak disini," ucap Ina pelan.

Izhar yang berada di dalam selimut dapat mendengar jelas suara Ina, wajahnya justru berada tepat di dada Ina yang kenyal dan membuat hangat.

'Nyenyak sih, tapi... Gak tahan!' batin Izhar.

Ia justru merasa, posisinya saat ini membuat gairah seksualnya terbangun, itu lebih menantang daripada tidur di kolong ranjang.

'Kayaknya, lebih baik tidur dibawah ranjang aja.' Batinnya lagi.

...***Bersambung***...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!