NovelToon NovelToon
Kultivator Koplak

Kultivator Koplak

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Sistem / Tokyo Revengers / One Piece / BLEACH / Jujutsu Kaisen
Popularitas:8.1k
Nilai: 5
Nama Author: yellow street elite

seorang pemuda yang di paksa masuk ke dalam dunia lain. Di paksa untuk bertahan hidup berkultivasi dengan cara yang aneh.
cerita ini akan di isi dengan kekonyolan dan hal-hal yang tidak masuk akal.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yellow street elite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

35

Di dalam wilayah kekuasaan Klan Long, sebuah istana batu berdiri megah di antara pegunungan. Dindingnya dilapisi baja hitam dengan ukiran naga berkilauan di setiap sisinya. Di aula utama, para penjaga berlutut ketika Long Zhen melangkah masuk, membawa kotak panjang yang dibungkus kain merah tebal.

Langkahnya mantap. Suaranya tenang saat berbicara kepada penjaga di depan gerbang dalam.

"Aku ingin bertemu dengan Kakak."

Penjaga itu menunduk dan segera memanggil seseorang ke dalam. Tak butuh waktu lama, seorang pria bertubuh besar dengan jubah perak hitam keluar dari balik tirai batu. Tatapannya tajam seperti mata elang. Long Wei, Jendral Perang Klan Long, dikenal sebagai pemimpin pasukan naga yang pernah membantai tiga sekte pemberontak hanya dalam satu malam.

"Apa yang membawamu kembali begitu cepat, Zhen?" tanya Long Wei dengan nada serius.

Tanpa banyak bicara, Long Zhen membuka kotak itu di hadapan kakaknya. Seberkas cahaya ungu keperakan keluar dari dalamnya, memperlihatkan pedang raksasa berbentuk naga—gagangnya melingkar seperti kepala naga dengan rahang terbuka, sisik logam berlapis di bilah pedang, dan sepanjang punggungnya tertanam ukiran petir berwarna biru kehitaman. Ujung bilahnya tajam melengkung seperti cakar naga yang mencengkeram udara.

Begitu Long Wei melangkah lebih dekat, aura petir dari pedang itu langsung menyentak ruang di sekitarnya. Rambutnya sedikit terangkat, dan dinding baja bergetar.

Long Wei menyipitkan mata. “Senjata ini… menyerap energiku hanya dengan aku mendekatinya.”

Long Zhen mengangguk perlahan. “Itulah sebabnya aku membawanya padamu. Senjata ini tidak bisa digunakan sembarangan. Aku sendiri nyaris kehilangan kendali saat mencobanya. Bahkan langit ikut merespon... guntur terus menggelegar ketika aku memegangnya.”

Jendral itu meraih gagang pedang dengan satu tangan. Seketika lengannya bergetar. Energi petir di dalam pedang itu menyerbu ke dalam nadinya, membuat otot-ototnya menegang. Namun ia tak melepaskannya.

“Siapa yang membuat senjata ini?” tanyanya dengan nada berat.

“Pandai besi dari Sekte Lembah Angin,” jawab Long Zhen. “Masih sangat muda. Tapi dia... bukan pandai besi biasa. Dia memiliki api hitam yang bisa melebur logam tingkat tinggi hanya dalam sekejap.”

Long Wei diam sejenak, lalu meletakkan pedang itu perlahan kembali ke kotaknya. “Aku ingin bertemu dengannya.”

“Dalam waktu dekat,” jawab Long Zhen. “Untuk saat ini, kita lihat dulu sejauh apa sekte kecil itu mampu bertahan di tengah dunia yang rakus.”

Long Wei mengangguk pelan. Tatapannya tetap tajam.

“Kalau benar dia bisa membuat senjata seperti ini secara konsisten, maka dia akan menjadi kekuatan yang lebih berbahaya daripada satu sekte besar.”

Long Zhen menatap kakaknya dengan tenang. “Itulah mengapa kita harus merangkulnya... sebelum orang lain melakukannya lebih dulu.”

Di luar aula, awan gelap mulai menggantung di langit. Guntur samar menggema… seolah pedang itu masih hidup, dan menanti untuk dilepaskan.

Di Klan Huang, suasana berubah kacau sejak pagi hari. Aula utama dipenuhi suara bisik-bisik, tatapan penasaran, dan percakapan cepat para tetua serta pemuda-pemudi klan. Mereka semua berkumpul di ruang pertemuan, mengelilingi Putri Yue yang baru kembali dari Sekte Lembah Angin.

Di atas meja panjang dari batu giok biru, terbentang sebuah benda aneh—senjata dengan bentuk ramping menyerupai tabung merah dengan ukiran phoenix keemasan di sisi sampingnya. Di bagian belakangnya terdapat tempat mengisi energi spiritual, dan di depan, lubang kecil yang memancarkan tekanan aura seperti bisa menembus apapun.

"Apa ini... senjata dari masa lampau?" tanya salah satu tetua bingung.

"Ini bukan busur seperti yang kau minta, Putri..." ujar Penatua Lan, sembari mengamati ukiran di sepanjang gagangnya.

Yue hanya tersenyum tipis. “Aku memang meminta busur. Tapi pandai besi itu memberiku sesuatu yang jauh lebih... tidak bisa dijelaskan.”

Penatua Huang, sesepuh tertinggi klan itu, mengangkat kepalanya perlahan. “Kau bilang ini dibuat oleh seseorang dari sekte kecil? Sekte Lembah Angin?”

"Benar. Pandai besi muda bernama Ryn—" ia berhenti sejenak, lalu mengoreksi, "Dia tak pernah benar-benar menyebutkan namanya... hanya berkata bahwa senjatanya bisa melubangi gunung, tergantung seberapa besar energi yang dimasukkan."

Keributan pun semakin menjadi. Beberapa tetua mulai berdiri, mengusulkan agar mereka segera menyelidiki dan memverifikasi kebenaran itu.

“Apa dia menggunakan roh senjata kuno?”

“Jangan-jangan ini senjata dari era kehancuran…”

“Jika senjata seperti ini bisa dibuat oleh seseorang dari sekte terpencil, maka kita tak bisa mengabaikan mereka.”

Penatua Lan menatap Yue dengan serius. “Apakah kau yakin benda ini bisa digunakan olehmu?”

Yue mengangguk. “Belum kupahami sepenuhnya, tapi... saat kugenggam, aku merasakan semacam resonansi. Seperti teknik anginku bisa terfokus dan dilepaskan melalui alat ini dengan lebih tepat.”

Salah satu jenderal klan—yang berada di Ranah Sage—mengamati senjata itu dengan mata tajam. "Senjata ini tidak seperti alat bidik atau busur biasa. Ini... memadatkan energi elemen menjadi peluru tunggal. Teknologi dan teknik seperti ini tidak berasal dari benua ini."

Kata-katanya membuat semua yang hadir terdiam.

Hingga akhirnya Penatua Huang menutup pertemuan itu dengan suara berat:

“Jika berita ini menyebar lebih jauh, maka sekte kecil itu akan menjadi rebutan semua kekuatan besar. Kita harus memutuskan sekarang… apakah akan menjadikan mereka sekutu, atau membiarkan mereka menjadi alat kekuatan lain.”

Putri Yue menatap senjata itu dengan penuh tekad. "Jika aku harus mengirim orang untuk melindungi tempat itu... aku akan melakukannya."

Dan seperti badai yang tak bisa dihentikan, nama Lembah Angin pun mulai berhembus keras ke seluruh pelosok kekaisaran. Sebuah sekte kecil yang menyimpan rahasia besar—yang mulai mengguncang fondasi tatanan lama.

Langit mendung menggantung berat di atas Dataran Panlong, lokasi pertempuran sengit antara pasukan Kekaisaran dan gerombolan penghancur dari Wilayah Utara. Suara logam beradu, jeritan perang, dan ledakan teknik kultivasi menggema tanpa henti.

Namun saat itu juga, suasana berubah drastis. Suara naga meraung dari langit, diiringi semburat cahaya petir.

Dari langit barisan timur, seekor naga berkulit baja menukik tajam, membawa seorang pria tinggi berumur sekitar empat puluh tahun. Ia mengenakan jubah perang merah gelap berhias bordiran naga hitam, dan di punggungnya tergantung pedang besar berbentuk aneh, gagangnya panjang dan berhiaskan kepala naga, bilahnya memancarkan petir ungu keemasan yang terus berkedip.

Itulah Jenderal Long Wei, komandan tertinggi militer Klan Long dan kakak sulung dari Long Zhen. Seorang kultivator di ranah Sage Penuh, yang telah memenangkan puluhan pertempuran besar dan dikenal sebagai Naga Merah Klan Long.

Namun bukan Long Wei yang membuat pasukan musuh gemetar. Melainkan pedang di tangannya.

Satu langkah maju. Tanah retak.

"Pedang ini... bukan buatan kerajaan..." bisik salah satu tetua musuh.

"Benar... ini—ini seperti senjata dari era kuno!"

Long Wei mengangkat pedang itu tinggi-tinggi. Awan menggelap, petir menyambar sekitarnya.

"Senjata ini ditempa oleh Pandai Besi dari Lembah Angin!" serunya, suaranya menggema ke seluruh medan.

Dengan satu tebasan menyilang, auranya membentuk naga petir yang menyapu barisan depan musuh sejauh puluhan meter. Puluhan kultivator ranah Master terlempar dan tak bangun lagi.

Di barisan belakang, komandan musuh menggertakkan gigi. "Sialan… senjata spiritual apa itu? Tak tercatat dalam catatan kekaisaran!"

Long Wei berdiri di tengah medan, dikelilingi suara gemuruh dan aura menekan yang terus meluap dari pedang itu.

“Mulai hari ini, nama Lembah Angin akan tercatat di medan perang!” ucapnya lantang.

Sementara itu, di tempat jauh, Rynz sedang duduk di depan bengkel kecilnya, memutar-mutar sebuah palu yang kini memiliki ukiran naga kecil di gagangnya.

"Hm. Jadi dia tidak meledak. Hebat juga si tua Long itu," gumamnya.

Dan dengan itu, bukan hanya senjatanya, tapi juga namanya, mulai tersebar ke seluruh pelosok dunia kultivasi—sebagai pandai besi yang menempa pedang para naga.

Kabar tentang Sekte Lembah Angin kini menyebar bagai angin badai, menyusup ke tiap-tiap penjuru dunia kultivasi. Dari lorong gelap kota bawah tanah hingga aula mewah di istana kekaisaran, satu nama terus disebut-sebut—Lembah Angin, sekte kecil yang dahulu dianggap tidak lebih dari tempat berteduh bagi para pengemis, kini menjadi topik perbincangan para tetua klan dan bangsawan elit.

Di rumah lelang Kota Yuancheng, seorang tetua tua berambut putih mendengarkan bisikan asistennya.

"Senjata tingkat tinggi… ditempa dari tangan seorang pemuda bernama Rynz… dari sekte yang bahkan tidak memiliki warisan darah murni…"

Di Sekte Naga Hitam, salah satu sekte besar wilayah timur, para murid berkumpul di sekitar meja batu, mendengarkan cerita dari salah satu saudara seperguruan mereka yang baru kembali dari perjalanan.

"Aku melihatnya sendiri! Seorang jenderal dari Klan Long memegang pedang raksasa itu… sekali tebas, tiga barisan musuh hancur. Katanya senjata itu buatan seorang murid sekte kecil di barat!"

Di Aula Informasi Kekaisaran, seorang pejabat muda menghadap layar formasi yang dipenuhi laporan-laporan baru.

"Nama sekte Lembah Angin mulai muncul di lima wilayah besar, Tuan. Permintaan informasi tentang pandai besi bernama Rynz melonjak… bahkan Klan Long dan Klan Huang terlibat secara langsung."

Pejabat tinggi itu menghela napas dalam-dalam. "Kirim penyelidik. Kita harus tahu siapa yang berdiri di balik sekte itu. Kalau mereka bisa menghasilkan senjata seperti itu, maka mereka bukan sekadar sekte kecil."

Sementara itu, di sebuah tempat terpencil, seorang pria tua bertongkat berdiri di tepi tebing, ditemani seekor burung hantu besar.

"Rynz... Lembah Angin..." gumamnya. "Akhirnya, nasib mulai bergerak."

Dan di tengah semua hiruk-pikuk itu, Sekte Lembah Angin sendiri tetap tenang, seakan tak tergoyahkan oleh badai perhatian yang kini mengarah ke mereka.

Namun Lu Ban hanya mengelus jenggotnya sambil berkata pelan,

"Jika sebelumnya kalian tak dikenal... maka mulai sekarang, kalian harus siap menghadapi dunia."

1
yayat
tambah kuat lg
yayat
mulai pembantaian ni kayanya
yayat
ok ni latihn dari nol belajar mengenl kekuatan diri dulu lanjut thor
yayat
sejauh ini alurnya ok tp mc nya lambat pertumbuhnnya tp ok lah
‌🇳‌‌🇴‌‌🇻‌‌
sebelum kalian baca novel ini , biar gw kasih tau , ngk ada yang spesial dari cerita ini , tidak ada over power , intinya novel ini cuman gitu gitu aja plus MC bodoh dan naif bukan koplak atau lucu. kek QI MC minus 500 maka dari itu jangan berharap pada novel ini .
Aryanti endah
Luar biasa
Aisyah Suyuti
menarik
Chaidir Palmer1608
ngapa nga dibunuh musih2nya tanggung amat, dah punya api hitam sakti kok masih takut aja nga pantes jadi mc jagoan dah jadi tukang tempa aja nga usah ikut tempur bikin malu
Penyair Kegelapan: kwkwkw,bang kalo jadi MC Over Power dia gak koplak.
total 1 replies
Chaidir Palmer1608
jangan menyalahkan orang lain diri lo sendiri yg main main nga punya pikiran serius anjing
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!