Tasya baru pulang membeli sayur. Belum sempat masuk kerumah masih berada dihalaman, ibu mertuanya langsung meraih uang kembalian yang Tasya pegang.
"apaan sih buk, itu nanti sisanya buat beli apa yang kurang didapur. main ambil aja, dasar mertua serakah".
"halah, kasih aja lah kamu ini harusnya bisa membelanjakan sesuai kebutuhan. kalau sisa ya kasih keaku atau gak keibu.
seakan tak memperdulikan Tasya, bu Wiji pun berlalu pergi.
itulah tabiat mertua Tasya yang serakah, serta suaminya yang sangat perhitungan. namun kesabaran Tasya pun ada batasnya, hingga suatu saat Tasya pun meluapkan emosinya yang selama ini dia pendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riiya Mariiya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 13
"nah itu dia pak, ibu mertuaku tersayang. Biarkan dulu mereka menghina kita pak bu. saat waktunya tiba akan kutunjukkan semuanya", ucap Tasya pelan kepada ayahnya.
Bu Wiji dan Tika pun masuk. Namun, seperti biasa aura sombong dari ibu mertua Tasya diperlihatkan. Dia menutup wajahnya dengan sapu tangan yang dia bawa. Seakan merasa jijik dengan rumah Tasya.
"kenapa bu? Maaf ya rumah orang tua Tasya memang seperti ini. Jauh dari kata layak. Kalau merasa terganggu ataupun jijik, saya minta maaf. Tapi alhamdulillah walaupun jelek, rumah ini selalu disapu dan setiap sudut selalu dibersihkan dan dirapikan. karena tempat yang kotor itukan sarang setan", sindir Tasya.
"hei! Kamu ini menyindir ya? Menyindir rumah kami? Dasar menantu tak punya sopan santun", ucap bu Wiji ketus.
"maaf bu, tapi saya tak pernah menyebutkan rumah ibu. Saya hanya bilang kalau tempat yang kotor itu sarang setan. Atau jangan jangan rumah ibu kotor sampai ibu merasa seperti itu?"
"hei... Jaga mulut kamu Tasya! Saya kesini.." ucapan bu Wiji terhenti saat Adi menoleh dan melotot kearah Adi.
"maaf pak bu, Tasya. Kalau ucapan ibu saya keterlaluan",
"tak apa mas, sudah biasa", jawab Tasya.
"Adi, apakah seperti ini caramu menjemput istrimu? Bapak tak habis fikir tadinya bapak mau mengizinkan kamu membawa Tasya pulang. tapi melihat kejadian tadi sepertinya sangat sulit mempercayaimu lagi", ucap pak Darman.
"maaf pak, saya sungguh sungguh ingin menjemput Tasya. Saya sungguh sangat mencintai Tasya", jawab Adi meyakinkan.
Padahal dibalik itu semua Tasya dan kedua orang tuanya sudah merencakan suatu hal yang mengejutkan untuk membalas perbuatan Adi dan keluarganya.
"bu, Adi mohon minta maaflah pada Tasya. Agar dia mau pulang pulang bersama kita, dan kau Tika. Ayolah, bantu kakakmu ini untuk membujuk kakak iparmu", bisik Adi kepada dua wanita dihadapannya.
"baiklah", ucap bu Wiji berjalan kedepan mendekati Tasya.
"ibu minta maaf Tasya, tak seharusnya ibu melakukan itu semua", ucap bu Wiji.
"iya, aku juga minta maaf", sambung Tika.
"ayo Tasya kit kembali kerumahku, aku sangat rindu kebersamaan kita Tasya", ucap Adi merayu.
"rindu tapi satu bulan baru dijemput", gumam Tasya. "pak bu, Tasya akan ikut mas Adi. Doakan Tasya terus ya", ucap Tasya lalu memeluk kedua orang tuanya.
[kena kamu mas, aku akan mulai rencanaku setelah sampai rumahmu nanti. Sudah cukup kalian menindasku] batin Tasya.
Adi, bu Wiji, Tika serta Tasya pun kembali kerumah. Diperjalanan tak henti hentinya bu Wiji mencibir Tasya yang sok kuasa saat dirumahnya.
"miskin aja sok kuasa. Kalau bukan karena dikampung orang, sudah habis",
"ibu menyindirku", tanya Tasya tanpa menoleh kebelakang.
"memang ada ku sebut namamu?" tanya balik bu Wiji.
"oh, baguslah kalau tak menyindir. Karena kalau ibu tetap menyindirku, berarti ibu memang sudah mau memulainya", jawab Tasya.
"apa maksudmu? Kau mengancamku?" tnya bu Wiji dengan nada serius. Tasya hanya tersenyum.
"pak, apa nanti Tasya berhasil dengan rencananya? Ibu takut mereka malah akan menyiksa Tasya. Kenapa tadi bapak izinkan?" tanya bu Sundari khawatir.
"bapak yakin Tasya bisa kok bu. Percaya sama bapak, Anak kita itu kuat", jawab pak Darman.
Mereka berdua pun kembali kerumahnya yang mewah. Rumah yang memang akan diwariskan kepada Tasya. Rumah mewah dua lantai, bernuansa klasik yang memang sejak dulu sudah ada.
Sawah pun sebenarnya bukan hanya satu petak namun ada sekitar dua hektar dan tersebah hampir diseluruh kabupaten. Bukan pak Darman sendiri yang menggarapnya namun beliau punya seseorang yang bisa diandalkan untuk menggarap sawah sawahnya.
Bisa dibilang pak Darman adalah juragan tanah yang hanya tetangganya saja yang tahu. Dan orang luar tak ada yang mengetahui sama sekali tentang dirinya. Termasuk menantunya.
Karena pada dasarnya pak Darman serta bu Sundari adalah orang yang sederhana. Keluar pun hanya memakai kaos biasa, dan celana pendek. dan bu Sundari biasa memakai gamis sederhana, yang tak pernah ganti dari tahun ke tahun.
Beliau berdua memang tak pernah memikirkan penampilan. Yang mereka pikirkan hanya menabung untuk masa tua kelak dan untuk kehidupan anaknya agar tak menjadi orang susah.
Terbukti sekarang tanah ada diaman mana, perhiasan menggunung. Bahkan bu Sundari dan pak Darman tak pernah kepikiran membeli kendaraan lagi. Hanya mobil bekas dan motor yang ada digarasi. Beliau hanya fokus bersedekah dan menyimpan sebagian uangnya.
Sampailah di rumah Adi, tanpa basa basi Tasya segera masuk kedalam rumah. Langkahnya terhenti diruang tamu memandangi betapa menyedihkan rumah ini. Sangat terasa kotor sekali. Bahkan bau apek ada dimana mana. Meja yang dulu selalu terlihat rapi, kini benar benar sangat kotor. Begitupun dengan dapur, Tasya tak kalah syok melihat bekas minyak ada dimana mana. Kecoak yang berjalan kesana kemari diatas kompor serta wastafel benar benar menggambarkan rumah tak layak huni.
Cekrek, bau apek dari baju yang kira kira satu minggu tak dicuci sangat menyengat. Tasya mencari sumber bau ada dimana. Betapa terkejutnya saat Tasya melihat banyak sekali baju kotor yang menggantung dipintu.
"ya Allah, apa mas Adi tak merasakan baunya seperti ini ya. Dan kenapa semua orang yang ada dirumah ini betah tinggal dirumah sekotor ini? Benar benar menjijikkan", gumam Tasya dengan wajah bergidik.
Tasya mengambil semua baju kotor milik Adi, dan membawanya kebelakang. Ternyata sudah ada mesin cuci. Bersyukur tangannya tak terlalu sakit lagi nanti. "mampu juga beli mesin cuci. Dari dulu ngapain aja, dasar keluarga pelit", gerutu Tasya.
Tasya berlalu begitu saja saat berpapasan dengan ibu mertuanya. "lihat istrimu Di, dasar gak punya sopan santun".
"dari pada rumah berpenghuni tapi kayak tumah terbengkalai. Ada banyak orang dirumah tapi rumahnya sangat menjijikkan", balas Tasya dengan nada sindiran.
"tak perlu dibahas lagi bu, sudah malam. Lebih baik kita istirahat nanti biar Adi yang bicara sama Tasya", ucap Adi.
Tasya berpura pura tidur saat Tasya memasuki kamar. "cepat sekali kamu tidur Sya".
"ada apa mas? mana bisa aku tidur dengan kamar sekotor ini?" tanya Tasya yang masih memunggungi Adi.
"Sya, aku minta tolong besok kamu beraihkan rumah ini ya. Ternyata..." tak sempat Adi melanjutkan bicara Tasya sudah memotongnya.
"tak perlu kau menyuruhku, aku akan lakukan sendiri mas. Aku tak bisa hidup dalam rumah yang kotor seperti ini. Apa adik kesayanganmu itu tak tau cara membersihkan rumah? Dia itu sudah besar mas bukan anak kecil lagi. bagaimana nanti kalau dia sudah menikah dan kebiasaanya masih dibawa dalam rumah tangganya. Apa gak pusing ibu mertuanya nanti? Pasti ngomel ngomel lah sama kayak ibumu. Sudahlah aku capek aku mau tidur", ucap Tasya.
Memang benar apa yang dikatakan Tasya, ibu dan adiknya memang pemalas. Dan kenapa salah satu alasan Tasya dibwa kerumah ini karena Tika sebentar lagi akan menikah, minggu depan akan ada acara lamaran. Itulah sebabnya Tasya dibawa kerumah ini lagi, untuk membersihkan rumah dan memasak karena mereka tahu masakan Tasya sangat enak. Jika menyuruh tetangga pasti akan mengeluarkan uang lagi.
Setelah shalat subuh Tasya bergegas mencuci baju dan meberaihkan dapur telebih dahulu. "kenapa gak dari dulu beli mesin cuci. Kan pekerjaanku bisa lebih cepat dasar laki laki pelit".
Saat membersihkan kamar mandi, Tasya dikejutkan dengan sesuatu, "astaghfirullah, apa ini? Benar benar jorok, huek huek", melihat benda tersebut seketika Tasya mual dan muntah.
"benar benar menjijikkan mereka, gak ibu gak anak sama saja".
...****************...