NovelToon NovelToon
Mahligai Cinta (Cinta Setelah Menikah)

Mahligai Cinta (Cinta Setelah Menikah)

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Romansa / Pernikahan rahasia
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: bucin fi sabilillah

Hanum Salsabila, seorang dosen cantik harus menerima kenyataan jika ia harus dijodohkan dengan seorang CEO. Ia hanya bisa pasrah dengan ketegasan Halim sang ayah yang membuatnya tidak berdaya.
Ravindra Aditama, CEO yang begitu membenci perjodohan. Ia bersumpah akan mengerjai Hanum sampai ia puas dan pergi meninggalkan negeri ini setelahnya.
Kisah cinta mereka baru saja dimulai, namun Tama harus menerima kenyataan jika Hanum lebih memilih untuk berpisah darinya.
Akankah mereka bisa mempertahankan rumah tangga atau memilih untuk berpisah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bucin fi sabilillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

sandiwara

"Menyelesaikan pekerjaan kecil seperti ini saja, kau tidak becus! Saya sudah menggaji kau dengan nominal yang tinggi, tapi hanya seperti ini hasil pekerjaan yang bisa kau berikan kepada perusahaan?" bentak Tama kepada seorang manager yang sedang memberikan laporan.

Kejadian di kampus tadi, memang membuat perasaannya bercampur aduk. Ia kesal karena banyak hal kali ini.

"Maafkan saya, Pak. Nanti akan saya perbaiki lagi!" ucap Manager itu takut.

"Itu saja terus yang kau ucapkan! Sudah berapa kali kau memperbaiki ini, masih saja salah!" bentak Tama kembali.

Manager itu hanya menunduk mendengar kemarahan Tama. Ia hanya tidak ingin salah bicara dan kehilangan pekerjaan. Apa lagi posisinya saat ini sudah sangat bagus.

"Kerjakan itu sampai nanti sore, atau kau, saya pecat!" ucap Tama tegas.

"Baik, Pak. Terima kasih atas kesempatannya!" ucap manager lega.

Ia segera mengambil map itu dan keluar dari ruangan Tama. Ia bergegas untuk memperbaiki semua itu dengan baik, karena waktu yang sangat terbatas.

Tama melonggarkan dasi dan membuka jas hitam miliknya. Ia merasa begitu heran, kenapa ia bisa sangat kesal seperti ini. Padahal, proposal dan perencanaan kerja itu sudah ia beri perbaikannya dan mereka juga sudah bekerja dengan baik.

Sial! Gadis itu sangat kurang ajar, beraninya dia memprovokasi sampai membuat emosiku tidak stabil seperti ini. Batin Tama.

Ia berdiri di tepi dinding dan menatap hamparan kota yang penuh polusi dengan kesal. Mencoba menenangkan diri tanpa mengingat apa yang dilakukan oleh sang istri.

Namun lagi-lagi, mengingat Hanum memegang tangan Alfizi ia merasa kesal.

Ah, kenapa harus aku yang kesal? Bukankah mereka pasangan serasi, pantas saja Ibu membela pacarnya. Cih, sepertinya ibu memang menjalankan perjanjian itu. Batin Tama.

"Permisi, Pak. Sepuluh menit lagi, kita akan meeting!" ucap Redo, Asisten Tama.

"Apa semuanya sudah selesai?" tanya Tama.

"Sudah, Pak!" ucap Redo.

Mereka segera pergi menuju ruang meeting, karena semuanya sudah berada di sana. Meeting membahas tentang proyek yang akan bekerja sama dengan perusahaan HS Grub.

Sementara itu di kampus, Hanum masih melakukan bimbingan kepada mahasiswanya. Wajah ibu dosen cantik itu terlihat sangat lelah dan juga mengantuk.

"Ini penjelasan ananda masih rancu, nanti perbaiki lagi ya!" ucap Hanum.

Alfizi datang sambil membawa beberapa makanan dan minuman untuk mereka. Ia penasaran, kenapa Hanum terlihat begitu lelah hari ini.

"Minum dulu, Bu!" ucap Alfizi tersenyum.

"Terima kasih, Pak," ucap Hanum tersenyum dan meneguk air yang diberikan oleh Alfizi.

Setelah mahasiswa selesai bimbingan, ia membuka makanan itu. Namun, panggilan dari sang ayah membuat perhatiannya teralihkan.

"Ke mana kalian? Kenapa rumah ini kosong dan baju kalian terpisah seperti ini?" tanya Halim terdengar marah.

"Hmm, Hanum lagi di kampus, Yah. Se-semalam Hanum sudah cape banget. Makanya, semua barang-barang Hanum letak sembarangan dulu," ucap Dosen cantik itu gelagapan.

"Tapi kalian tidur bersama, kan?" tanya Halim mengernyit.

"Iya, Yah," ucap Hanum.

Tidur bersama di dalam rumah, Yah. Bukan di dalam kamar yang sama. Batinnya meringis.

"Pulanglah sekarang, ayah tunggu! Tama juga sudah ayah hubungi," ucap Halim.

Hanum hanya bisa pasrah mendengar ucapan sang ayah. Ia pasti akan mendapat kejutan yang diluar nalar lagi setelah ini. Apa lagi para orang tua sudah begitu ingin memiliki cucu.

Ia langsung membereskan peralatannya dan keluar dari ruangan. Tepat sekali, Tama tengah menelfonnya.

"Saya diparkiran!" ucap Tama dan langsung mematikan panggilan tanpa mendengar jawaban dari Hanum.

Gadis cantik itu hanya bisa menghela napas sambil menahan kesal kepada sang suami. Ia segera pergi dan mencari keberadaan Tama yang sudah menunggu.

"Lama banget!" ucap Tama ketus ketika Hanum baru saja menutup pintu mobil.

Ia langsung pergi meninggalkan kampus dan pulang ke rumah mereka.

"Apa tadi ayah menghubungi Ibu?" tanya Tama.

"Iya," ucap Hanum singkat.

"Apa kata ayah?" tanya Tama merasa kesal.

"Kenapa barang saya ada di bawah. Saya bilang, semalam itu terlalu lelah untuk memindahkan barang-barang ke dalam kamar. Dan, kita tidur bersama dalam satu rumah!" ucap Hanum ketus.

"Bagus! Nanti ketika di rumah, kita harus terlihat mesra dan panggil aku dengan panggilan Sayang, begitu juga sebaliknya!" ucap Tama tersenyum tipis.

"Iya. Saya merasa ada sesuatu yang tidak beres nanti," ucap Hanum.

"Sayang, apa kamu bisa berbicara sedikit lebih santai? Gak usah formal seperti itu!" ucap Tama. "Lagian kalau ada yang aneh nanti, masih bisa kita akali!" sambungnya mendelik.

Hanum hanya terdiam dan tidak berbicara lagi. Hingga mobil berhenti di halaman rumah mewah mereka. Ada dua buah mobil yang terparkir di sana, mereka sudah menerka jika para orang tua sudah berkumpul di rumah itu.

"Tunggu sebentar, biar aku yang membukakan pintu," ucap Tama.

Hanum mengangguk, situasi ini terasa begitu canggung dan asing baginya. Hingga Tama membuka pintu mobil dan mengulurkan tangan agar bisa membantunya untuk keluar dari sana.

Hal itu tidak lepas dari pengawasan dari para orang tua yang sedang mengintip lewat jendela.

"Terima kasih," ucap Hanum canggung.

Tama mengangguk dan tersenyum manis. Hanum terdiam dan tersentak ketika melihat Tama yang sangat tampan ketika tersenyum.

Ia langsung mengalihkan pandangan dengan jantung yang berdetak kencang. Apa lagi ketika Tama menggenggam tangannya dengan lembut. Jika ini bukan sandiwara, mungkin Hanum sudah merasa senang karena sikap pria tampan itu.

Hingga mereka masuk ke dalam rumah dengan saling bergandeng tangan. Para orang tua hanya menggeleng, karena mereka yakin jika Tama dan Hanum hanya melakukan sandiwara yang terasa sangat kaku.

"Apa kalian tidak mengajukan cuti?" tanya Pasya ketus tanpa berbasa basi.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!