NovelToon NovelToon
Anak Haram Kaisar

Anak Haram Kaisar

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Kutukan / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Rahael

Elena hanya seorang gadis biasa di sebuah desa yang terletak di pelosok. Namun, siapa sangka identitasnya lebih dari pada itu.

Berbekal pada ingatannya tentang masa depan dunia ini dan juga kekuatan bawaannya, ia berjuang keras mengubah nasibnya dan orang di sekitarnya.

Dapatkah Elena mengubah nasibnya dan orang tercintanya? Ataukah semuanya hanya akan berakhir lebih buruk dari yang seharusnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahael, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13: Awal Dari Segalanya

Altheon POV

Setelah mendengar kematian permaisuri, aku bergegas mendesak Count Larrens agar segera mengirimkan ke ibu kota.

"Maafkan saya pangeran, anda tidak bisa pergi ke ibu kota sekarang. Pelatihan anda disini harus dijalankan," ucapnya dengan penuh tipuan.

Jangan bercanda! Sejak aku sampai disini, tidak ada satupun pelatihan yang aku terima dari kediaman ini!

"Jadi ... Kamu tidak akan mengirimku kembali jika tidak ada yang penting, kan?"

"...? Benar, Pangeran. Ayah anda juga pasti mengharapkan kesuksesan anda disini—"

Belum selesai ia berbicara, aku berjalan ke arah pedang yang di gantung di dinding sebagai hiasan.

"Pangeran? Apa yang anda lakukan—"

SRET!

Aku menggores bahu hingga ke arah pergelangan tanganku dengan sayatan yang panjang.

"PANGERAN!!!"

Count Larrens terlihat panik dan pucat saat melihat darah menetes ke lantai. Ia berjalan cepat ke arahku dan mengambil pedang itu.

"APA ANDA GILA?!? BAGAIMANA BISA ANDA MELUKAI DIRI ANDA SENDIRI!!?"

Lenganku terasa panas akibat luka lebarnya. Namun, itu tidak membuat mataku gentar. "Bawa aku kembali atau ... Aku akan menyebarkan rumor tentang penyiksaan Pangeran Pertama di keluarga Count Larrens."

"A-apa yang anda—"

"Para bangsawan yang mendengar pasti akan berbondong-bondong menghakimi dengan sukacita, walau yang disiksa adalah pangeran terbuang. Mereka tidak peduli itu benar atau tidak, anda tahu kan?" Aku terus mengancamnya memakai statusku, dan dapat kulihat wajah Count Larrens terlihat mengeras.

Ia mengacak rambutnya dengan gusar lalu menghela napas kasar. "FENG! Cepat siapkan kereta untuk Pangeran kembali ke Ibu Kota!" perintahnya dengan lantang.

Ajudannya bernama Feng mengangguk dan pergi dengan cepat, menyelesaikan tugas yang diberikan oleh tuannya.

"Clara, obati lengan Pangeran."

"Baik, tuan."

Pelayan wanita yang sedari tadi berdiri di dekat pintu mengangguk dan membawaku pergi dari ruang kerja Count.

Dan disinilah diriku, melihat sandiwara palsu dari Selir Pertama, orang pertama yang menyebabkanku berada di tempat itu.

Aku membawa langkahku keluar dari ruang pemakaman, berjalan tanpa arah tujuan hingga sampai ke area yang terpencil. Istana Bulan tempat Permaisuri menghabiskan sisa hidupnya dengan kesepian. Taman yang berada di Istana bulan perlahan layu seakan mengiringi pemiliknya.

Aku berdiri melihat taman yang sudah tidak terawat sejak aku pergi dari sini. Bunga Lily yang permaisuri tanam sendiri akhirnya jatuh ke tanah dan mati.

Rasanya dunia berhenti berputar setelah kepergian ibu. Sekarang... Apa yang harus kulakukan tanpa ibu?

Apa aku perlu menyusulmu?

Aku menangkup wajahku, menyembunyikan kesedihanku dari orang-orang yang ingin melihatku hancur.

"Jadilah kuat di tempat yang orang tidak ketahui, dan bahagialah Theo."

Suaranya masih terngiang di kepalaku berulang kali. Tapi, bagaimana sekarang aku bahagia jika sumber kebahagiaanku menghilang?

Ibu ... Bagaimana aku bisa bahagia? Aku tidak tahu ....

Saat itulah tiba-tiba sebuah pelukan hangat datang dari belakang punggungku. Tangan kecilnya yang berusaha memeluk pinggangku seutuhnya membuatku menolehkan kepala ke belakang.

Rambut merah nya berayun ketika di terpa oleh angin dingin. Ketika ia mengangkat wajahnya, mata merah keruhnya menatapku dengan khawatir.

"Kakak, apa kamu baik-baik saja?" tanyanya. Tubuh yang lebih kecil padaku itu terus terlihat gelisah di depanku.

"Ellios ... Apa yang kau lakukan disini? Selir Pertama akan marah jika ia melihatmu bersamaku," tuturku dengan tidak minat. Aku mengalihkan pandanganku darinya dan berniat untuk pergi. Namun, tanganku di genggamnya dengan erat.

"Ka-kakak! Te-tenang saja ... Ibu sedang sibuk dengan bangsawan di ruang pemakaman. Aku kesini karena khawatir dengan Kak Theon."

Ellios adalah Pangeran Kedua, anak kandung dari Selir Pertama. Tubuh sehat, dan mata berwarna merah keruh itu sudah cukup membuktikan jika ia adalah keturunan dari Kaisar. Berbanding terbalik dengan diriku, rambut hitam dan mata biru, dan jangan lupa kutukan yang selalu menghantuiku di setiap malam bulan purnama.

Namun, kutukan yang kupikir mulai membaik akhirnya kembali parah kemarin malam ... Dan setelah itu aku mendengar kematian permaisuri ....

Tunggu ... Ada yang janggal ....

"Kakak? Wajahmu terlihat pucat. Apa kamu benar-benar baik-baik saja?"

Tidak ... Jangan bilang ... Karena aku ....

Aku tidak ingin memikirkannya, tapi .... Mungkinkah ... Mungkinkah kesehatan yang memburuk ibu terjadi karenaku?

Tidak! Tidak, tidak, tidak!!!

"Kakak! Ada apa?! Kamu berkeringat dingin!" Ellios mengulurkan tangannya ke arah pipiku dengan hati-hati, dan saat itu dapat ku rasakan sentuhan kecilnya menyadarkanku akan kenyataan pahit itu.

Kenapa aku begitu bodoh hingga baru menyadarinya? Ibu lah yang menanggung sebagian rasa sakitku selama ini... Maaf, ibu. Maafkan aku ....

Aku tidak bisa mengeluarkan air mata ataupun kata-kata yang tertahan di dadaku. Aku hanya bisa menggigit bibirku dengan kuat, menahan agar tidak mengeluarkan semua kesedihanku di tempat terkutuk ini.

"Aku tidak apa ... Ellios. Aku akan pergi sekarang," tuturku dengan nada begitu lirih. Aku menyingkirkan tangan kecilnya dari pipiku dengan hati-hati. Lalu, berjalan meninggalkannya tanpa menoleh ke belakang lagi.

Altheon end POV

...★----------------★...

Ketika pagi datang, di sebuah ruangan yang terlihat usang terdapat anak berambut merah muda sedang duduk di atas kasur sembari menatap ke arah jendela yang menampilkan hutan lebat.

Ia tenggelam dalam pikirannya akan apa yang harus ia lakukan sekarang. Ketika terjatuh ke dalam sungai, ia pikir akan mati saat itu dan memasrahkan tubuhnya tertelan arus ganas itu. Namun, takdir berkata lain.

Sekarang, ia tidak tahu harus bagaimana. Perasaan bersalah atas kematian seluruh orang yang terseret karenanya membuat ia mengurungkan niat untuk menyusul mereka. Ia tidak punya wajah untuk ia tampilkan saat bertemu dengan mereka nanti.

Delia juga pasti akan sangat memarahinya di akhirat nanti ... Dan Ralf juga ....

Kriet!

Sebuah pintu kayu terbuka dengan beberapa engselnya yang berbunyi keras, menampilkan sosok pelayan yang Elena lihat semalam.

"Ini pakaian pelayan untukmu, El."

Sejak malam itu, anak perempuan bernama Elena telah tiada dan anak laki-laki bernama El terlahir. Sekarang identitasnya telah berubah dan ia tidak memiliki hak untuk melawan.

"Sebelum kamu berganti, sebaiknya kita mengecat rambutmu terlebih dahulu."

"Rambut? Kenapa?" tanyaku dengan bingung.

"Rambut merah muda bukanlah sesuatu yang lazim di ibu kota. Itu akan mengundang perhatian banyak orang, dan mungkin saja hal itu akan membuat Selir Pertama marah dan mengakhiri nyawamu saat itu." Perkataannya tenang namun tersirat akan bahaya di setiap nada dinginnya.

Aku hanya bisa menurut pada Lyra. Rambut merah mudaku di timpa dengan pewarna rambut berwarna hitam. "Tapi, bagaimana dengan mataku? Bukankah tidak bisa ditutupi?" tanyaku lagi. Pada zaman ini tidak ada kontak lensa jadi, bagaimana mereka menyembunyikan mata merah mudaku?

"Karena itu aku membawakan ini untukmu. Pakailah." Lyra memberikan sebuah kalung leher pada Elena, dan ketika Elena memakainya manik matanya berubah menjadi hitam seperti warna rambutnya sekarang.

Mungkin, ketika warga desa Elena melihatnya mereka tidak akan menyadari bahwa itu adalah Elena dengan penampilannya sekarang.

Rambut merah muda yang mirip seperti Delia telah tertutupi dengan noda hitam, seakan menghapus seluruh keberadaannya disisiku.

"Sekarang, hiduplah seperti ini, El. Layani Pangeran Kedua dengan segenap jiwamu, dan mungkin saja suatu hari Selir Pertama akan mengabulkan satu permintaanmu ... Mungkin, seperti mendapatkan kembali identitasmu?" bisik Lyra di akhir kalimatnya.

Elena menatap manik mata coklat Lyra yang terpantul dari kaca. Mata tajamnya membuat Elena menelan ludahnya dengan kasar.

Kenapa ia mengatakan hal itu padaku? Apa ia tidak ingin aku mengabdi selamanya pada Selir Pertama?

Pertanyaan itu tiba-tiba saja menghinggapi otak Elena. Perilaku Lyra yang seakan memberi sebuah harapan pada Elena, membuatnya sulit untuk dimengerti.

Lyra, siapa kamu sebenarnya? Tokoh yang seharusnya tidak ada di novel ....

To Be Continued

1
Tachibana Daisuke
Terus menulis, jangan kapok ya thor!
Rahael: makasih semangatnya🤗
total 1 replies
khun :3
Ceritanya bikin penasaran thor, lanjutkan!
Rahael: tunggu kelanjutannya ya🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!