Leona tiba-tiba diculik dan dibunuh oleh orang yang tidak ia kenal. Namun ketika berada di pintu kematian, seorang anak kecil datang dan mengatakan bahwa ia dapat membantu Leona kembali. Akan tetapi ada syarat yang harus Leona lakukan, yaitu menyelamatkan ibu dari sang anak tersebut.
Leona kembali hidup, namun ia harus bersembunyi dari orang-orang yang membunuhnya. Ia menyamarkan diri menjadi seorang pria dan harus berhubungan dengan pria bernama Louis Anderson, pria berbahaya yang terobsesi dengan kemampuan Leona.
Akan tetapi siapa sangka, takdir membawa Leona ke sebuah kenyataan tidak pernah ia sangka. Dimana Leona merupakan puteri asli dari keluarga kaya raya, namun posisinya diambil alih oleh yang palsu. Terlebih Leona menemukan fakta bahwa yang membunuhnya ada hubungan dengan si puteri palsu tersebut.
Bagaimana cara Leona dapat masuk ke dalam keluarganya dan mengambil kembali posisinya sebagai putri asli? Bagaimana jika Louis justru ada hubungannya dengan pembunuhan Leona?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yhunie Arthi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13. BERKUMPUL
Suara dua orang yang sedang sibuk di dapur memenuhi ruangan, membuat sarapan sebelum semua orang memulai kegiatan masing-masing. Aroma yang memanjakan penciuman membuat satu demi satu penghuni rumah bermunculan dan memenuhi area dapur.
"Noah, rajin sekali kau sejak kemarin membuat makanan," kata William yang telah duduk di kursi meja bar, menonton Noah memasak bersama Leona.
"Karena Leon ahli memasak, jadi menyenangkan saja untuk masak. Lagipula aku lebih suka masakan rumah dibandingkan makan di luar," sahut Noah tanpa menghentikan kegiatan memasaknya.
"Leon, jangan paksakan dirimu untuk masak jika memang tidak mau. Noah terkadang suka membuat orang lain ikut mengerjakan pekerjaannya," canda William.
"Kau membuatku terdengar seperti orang jahat, Will," protes Noah.
Suara langkah yang memasuki dapur membuat tiga orang di sana menoleh untuk melihat siapa yang datang.
"Morning, Babe. Kau pulang terlalu larut semalam, bukankah akan lebih baik kalau kau tidur lebih lama," kata William, menyambut sang istri yang datang dan merangkulnya. Melingkarkan tangan di pinggang wanita berambut pirang tersebut sehingga membuat sang istri lebih dekat dengannya.
"Aku lapar dan ada pertemuan dengan klien hari siang ini," jawab wanita berambut pirang tersebut. "Ehmm ... apa kita ada tamu?" sambungnya ketika melihat Leona yang sedang sibuk memasak.
"Dia anak laki-laki kenalan Noah yang kuberitahu semalam. Dia anak yang sopan dan juga pintar memasak. Leon, kenalkan ini istriku Kanna, dan Kanna itu Leon yang akan tinggal di rumah ini untuk sementara waktu," ucap William memerkenalkan mereka berdua.
Leona memutar tubuhnya secara sempurna menghadap ke Kanna, terkejut melihat betapa cantiknya wanita tersebut di balik usia yang tidak lagi muda. Tidak ada yang percaya kalau wanita itu berumur empat puluhan ke atas. Dan Leona sekarang paham dengan ucapan Noah serta Louis yang mengatakan kalau Leona benar-benar mirip dengan Kanna, ibu kandung gadis itu. Benar saja, baik rambut pirang dan mata hijau milik Leona benar-benar turun dari Kanna.
"Hai," sapa Kanna dengan senyum terbaiknya.
"Nice to meet you, Ma'am," balas Leona yang ikut juga tersenyum. Ada perasaan aneh yang sulit Leona ungkapkan ketika ia bertemu langsung dengan ibu kandungnya. Tak menyangka akan melihat kedua orang tuanya dalam satu waktu bersamaan seperti ini, walau mereka berdua tidak tahu kalau Leona adalah anak kandung mereka.
Kanna menatap Leona beberapa saat, seolah mematri wajah baru di rumahnya itu dalam ingatan. Sebelum akhirnya ia duduk di kursi meja bar samping William.
Leona menyajikan sarapan yang ia buat kepada Kanna dan William, sebelum menoleh ke arah pintu saat dua pria datang dengan wajah masih setengah mengantuk.
"Leon, barikan aku satu juga," pinta Raymond yang duduk di samping sang ayah seraya menguap.
"Siapa dia?" tanya pria yang baru pertama kali Leona lihat namun ia dengan pasti kalau pria itu adalah Herry, anak pertama dari keluarga ini yang dibicarakan oleh William kemarin.
"Dia Leon, adik dari teman Noah. Karena satu dua hal dia akan tinggal di rumah ini untuk sementara. Tenang saja dia anak baik, Herry," jawab William memerkenalkan Leona kepada Herry.
"Halo," sapa Leona kepada Herry yang memiliki perawakan mirip sekali dengan William. Terutama mata tajamnya.
"Hai, pastikan tidak membuat masalah, oke," kata Herry tanpa terdengar buruk.
"Baik," jawab Leona dengan rekahan senyum di wajah.
Keadaan pagi tersebut benar-benar menyenangkan untuk mereka. Terutama Noah yang begitu bahagia ketika melihat keluarganya berkumpul dan makan bersama seraya mengobrol dengan santai. Terlebih lagi Noah merasa keluarganya telah utuh dengannya Leona sekarang. Tidak menyangka kalau hanya dengan kehadiran gadis itu walau dalam identitas yang disembunyikan, dapat membuat keluarga yang sudah hampir satu tahun seperti orang asing setelah banyaknya insiden justru kembali duduk bersama hanya karena gadis itu memasak untuk mereka semua.
Sampai tawa dan senyum Leona pudar seketika saat ia melihat Luna berdiri di ambang pintu dapur, menatap semua orang di sana dengan pandangan dingin dan tidak senang. Tidak ada dari mereka yang menyadari kehadiran dari Luna karena mereka semua sibuk mengobrol sambil menikmati sarapan, tapi Leona yang berdiri menghadap ke pintu dapat melihat tingkah tidak biasa Luna.
Dan lagi, Leona lagi-lagi mendapati kepulan asap hitam di sekitaran tubuh Luna. Semakin pekat, semakin hitam, dan semakin membesar seiring Luna terus menatapi William dan keluarganya di ruangan tersebut. Leona tahu kalau Luna pastilah sedang memikirkan hal yang tidak baik.
Leona menyenggol Noah, memberi isyarat kepada pria tersebut untuk melihat ke arah pintu ketika Noah menatap Leona untuk mencari tahu kenapa gadis tersebut memanggilnya secara tidak langsung.
"Luna?" panggil Noah ketika ia melihat ke arah pintu sesuai arahan dari Leona, tak senang dengan kehadiran Luna di tengah kebahagiaan pagi ini. Terutama ketika Noah juga melihat tatapan tidak senang Luna ketika menatap semua orang di ruangan ini.
Sontak semua orang menoleh ke arah pintu, dan herannya semua tawa dan obrolan tadi seketika terhenti. Raymond dan Herry lebih fokus dengan sarapan mereka.
"Hai, Sweety. Kau sudah bangun, kau ada kelas hari ini?" tanya William kepada Luna, tersenyum ke gadis tersebut. "Ayo, sarapan dulu," sambungnya.
"Morning," sapa Luna berjalan masuk mendekati yang lain, dan duduk di kursi meja bar yang kosong di samping Raymond. "Kalian terlihat senang sekali hari ini, apakah ada sesuatu?" tanyanya.
"Hanya mengobrol. Leon dan Noah membuatkan sarapan yang enak juga," jawab Kanna, merekahkan senyum untuk Luna. "Leon ternyata pandai memasak. Sudah lama kita tidak makan bersama seperti ini dengan masakan rumah," sambungnya.
"Hmm ... aneh rasanya melihat laki-laki pandai memasak seperti perempuan," celetuk Luna, kemudian merekahkan senyum dan kembali berkata, "Mungkin akan lebih baik jika berurusan dengan sesuatu yang lebih keren seperti olahraga atau setidaknya yang berbau pria seperti otomotif dan pengusaha."
Seketika semua orang menatap Luna, tidak senang dengan nada ucapan serta kalimat yang dilontarkan oleh gadis itu barusan. Dengan jelas kalau Luna sedang menyindir Leona.
"Luna, tidak sopan bicara seperti itu. Kau masih belum mengubah kebiasaanmu yang suka sekali merendahkan orang lain," tegur Kanna dengan wajah dan nada tegas.
"Memang aku bicara apa? Aku hanya bicara sesuai fakta saja kalau akan lebih keren jika pria itu bersikap seperti pria bukannya seperti perempuan, seperti waria saja," tukas Luna.
"Luna?!" tegur Kanna tidak senang sekarang.
Noah menatap Luna dengan padangan luar biasa dingin dan tida senang. Beginilah setiap saat setiap kali semua berkumpul dan bersuka cita, pasti selalu Luna akan menghancurkan suasana dan merusak kedekatan antar keluarga karena tingkahnya. Bahkan tidak jarang sampai membuat antar keluarga bertengkar karena ucapannya. Padahal Noah sudah begitu senang dengan susana yang menyenangkan sebelum Luna datang.
"Ah, kebetulan aku juga suka olahraga dan aktif di bidang otomotif. Kebetulan sekali, bukankah hari ini aku akan mulai bekerja di bengkel showroom, Sir?" Leona memutus keadaan buruk tersebut dengan membuka suara dan mengalihkan aliran suasana ke William.
William yang melihat antusias Leona langsung tersenyum dan mengangguk, melupakan emosi negatif yang mulai merayapinya beberapa saat sebelum ini.
"Kau bekerja di tempat ayah?" tanya Raymond terkejut, karena ia aru saja mendengar tentang hal ini.
"Benar, Mr. William menawarkanku bekerja di bengkel miliknya kemarin ketika mendengar kalau aku pernah bekerja cukup lama di bidang otomotif ketika membantu ayahku dulu," jawab Leona.
"Kau tahu bengkel seperti apa yang akan kau datangi, Leon?" tanya Herry, tertarik dengan Leona dan pekerjaan barunya di tempat William.
"Bengkel mobil dan motor pada umumnya, kan?" Leona bingung sesaat ketika melihat Herry yang menatap Leona dengan sedikit senyum remeh.
Herry dan Raymond saling berpandangan, lalu tersenyum penuh arti.
"Kenapa?" tanya Leona semakin bingung ketika melihat gelagat Raymond dan Herry.
"Aku jadi ingin melihat reaksinya ketika tahu bengkel seperti apa milik ayah kita," kata Raymond tertawa kecil.
"Aku bertaruh pasti seperti Antony," ucap Herry yang ikut tersenyum lebar. "Bagaimana kalau kita ikut mengantarnya?" sambungnya.
"Ide bagus," sahut Raymond.
Luna kembali memasang wajah tidak senang ketika suasana seketika kembali berubah ramai dan hangat seperti sebelumnya. Terutama ketika Leon menjadi hal utama dalam obrolan mereka semua.
"Mau kemana? Kita belum selesai bicara, Little Girl," tanya Kanna ketika mendapati Luna justru beranjak pergi dari dapur tanpa mengatakan apa-apa.
"Biarkan saja." William menahan Kanna ketika istrinya itu hendak mengejar Luna. Menggelengkan kepala untuk memberitahu agar Kanna tidak perlu membuat keributan dengan Luna di pagi seperti ini.
Kanna hanya menghela napas panjang, berusaha menenangkan diri dan tidak tersulut emosi yang nantinya akan berdampak pada kegiatannya seharian.
Mereka melanjutkan acara sarapan dan mengobrol mereka. Beruntung karena Leona orang yang ceria sehingga ia mampu membuat suasana kembali santai.
Walau hati gadis itu benar-benar tidak merasa seperti itu. Entah kenapa ia memiliki firasat buruk, benar-benar buruk. Hingga Leona berdoa kalau itu hanya perasaannya saja. Namun sayang, kalau doanya tidak terkabul. Dimana Leona masuk dalam perangkap gadis bernama Luna itu.