Dikhianati pacar, siapa yang tidak sakit hati? Apalagi mau menikah dua hari lagi, tapi malah menemukan sebuah fakta jika pacarnya telah berkhianat.
Alexia yang buntu, dengan bodohnya meminta tukang kurir untuk menikah dengannya. Bagaimana jalan ceritanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9
Alex mengusap tengkuknya karena melupakan istrinya.
"Ah, maafkan Alex, Oma. Kenalkan, ini Alexia, istri Alex. Dan,-"
Menyadari istrinya tidak menatap kearahnya, Alex mendekatkan kepalanya dengan telinga istrinya dan berbicara dengan sedikit berbisik. "Sayang, jangan takut. Ayo kenalan dulu sana Oma."
Alexia hanya mengangguk.
"Sayang, kenalkan ini Oma Ayunda, neneknya Mas."
Mendengar itu Alexia mau tidak mau mendongakkan kepalanya dan menoleh menatap nenek Alex.
Alexia langsung nyengir saat bertatapan dengan Ayunda.
"Loh, kamu, gadis bandel!"
Alexia terkekeh. "Hai Oma, ketemu lagi sama aku."
"Kalian sudah saling kenal?" Heran Alex.
"Em, anu Mas." Alexia menggaruk kepalanya, bingung bagaimana cara menjelaskannya.
Alex mengerutkan keningnya. "Anu, apa?"
"Kita memang sudah saling kenal, Alex. Oma salah satu pelanggan di toko kuenya. Dan, dia gadis yang sangat menjengkelkan."
Alexia berdecak kesal, Ia mengerucutkan bibirnya mendengar umpatan Ayunda.
"Menjengkelkan bagaimana, Oma? Masak sih istriku begitu?"
"Nanti kamu juga tahu."
Semakin manyun sajalah bibir Alexia.
"Jadi, dia istri kamu? Kamu sedang tidak bercanda kan?"
"Alex tidak sedang bercanda, Oma. Alexia memang istri Alex. Kita menikah dua hari yang lalu."
Bagaimana cucunya menikah tapi, tidak memberitahunya? Tapi, disini Ayunda bersyukur karena Alex menikah dengan wanita yang sudah Ia kenal dan tahu baik buruknya.
Ayunda menatap Alexia, lalu melangkah mendekatinya dan menarik Alexia agar sedikit menjauh dari Alex.
"Kenapa kamu gak bilang sama, Oma?" Ayunda sedikit berbisik kepada Alexia agar Alex tidak mendengar apa yang sedang Ia tanyakan.
"Ya mau bilang bagaimana, Oma. Kalau ternyata cucu yang sering Oma bicarakan itu Mas Alex."
Pukk!
Ayunda menepuk Alexia. "Jangan keras-keras. Nanti dia dengar."
Alexia terkekeh. "Iya iya, maaf. Jadi, gimana ini Oma?"
"Gimana apanya? Sudah kamu diam dan anteng saja. Oma yakin sekarang kalau cucu Oma itu normal."
Alexia teringat akan perkataan Ayunda yang mengatakan, "Oma mempunyai cucu, dia gagah dan tampan tapi, sepertinya dia tidak normal, karena sampai saat ini dia belum juga menikah. Jangankan menikah, dekat dengan wanita saja tidak.", dan sekarang malah dirinya yang menikah dengan cucunya itu. Sungguh tidak ada yang mengetahui takdir.
"Kalian sedang membicarakan apa? Kenapa berbisik-bisik?"
Ayunda dan Alexia menoleh kearah Alex.
"Ah, tidak kok, Mas. Bukan masalah apa-apa. Benar kan Oma?" Jawab Alexia nyengir menunjukkan deretan giginya yang putih bersih. Sedang Ayunda hanya mengangguk dengan wajah yang sulit ditebak.
"Nanti ada yang ingin Oma bicarakan tapi, jangan ada suamimu itu." Bisiknya ke Alexia.
"Sepertinya makanan sudah siap, lebih baik kita makan siang terlebih dahulu. Perut Oma sudah sangat lapar."
Ayunda menarik tangan Alexia agar mengikutinya.
Alex menatap keduanya bingung. Dia pun mengedikkan bahunya dan mengikuti mereka.
*****
Seperti yang Ayunda inginkan, kini Ia sedang bersama Alexia di taman samping rumah. Selama ini dirinya merasa penasaran dengan Alexia. Dan, mungkin saat ini waktu yang tepat untuk menanyakan hal yang sudah sejak awal mengganjal dihatinya.
"Oma, sebenarnya apa yang ingin Oma bicarakan denganku?" Alexia begitu penasaran. Ia tadi harus membuat alasan agar suaminya tidak mengikutinya.
"Lexi, orang tuamu ada dimana?"
"Em, mereka sudah meninggal, Oma." Jawabnya sedikit sendu.
"Ah, maaf, bukan maksud Oma ingin membuatmu sedih."
"Tidak apa, Oma."
"Jadi, kamu selama ini tinggal sendiri?"
"Tidak Oma. Aku tinggal dengan mama dan kakak tiriku, Oma. Hanya saja hubungan kami tidaklah baik."
Ayunda hanya menganggukkan kepalanya. Sebenarnya Ia ingin tahu lebih jauh tentang kehidupan Alexia, apalagi mengetahui jika Alexia memiliki mama dan saudara tiri, namun bukan itu yang ingin Ayunda ketahui saat ini.
"Lexi, kalau Oma boleh tahu, nama ibu kamu siapa?"
Alexia terlihat bingung karena Ayunda tiba-tiba menanyakan nama ibunya.
"Nama mamaku Ajeng, Oma. Ajeng Hutauruk."
Deg!
Seketika Ayunda membekap mulutnya dengan kedua tangannya, mata Ayunda pun berkaca-kaca. Dengan sedikit gemetar, Ayunda menangkup wajah Alexia.
'Ya Allah, apakah ini memang sudah Engkau atur? Sehingga cucu-cucuku kini bisa berjodoh!' Batin Ayunda.
Alexia semakin bingung dengan sikap Ayunda.
"Apa Oma mengenal mama? Kenapa sikap Oma seolah-olah mengenal mama?"
Ayunda menatap Alexia, Ia tersenyum lalu meraih tangan dan menggenggamnya.
"Dulu, Aluna dan Ajeng bersahabat. Aluna itu mamanya Alex. Mereka seperti sandal yang tak terpisahkan, kemana-mana selalu berdua. Ajeng orangnya kalem dan penyabar. Berbanding terbalik dengan Aluna yang centil dan bar-bar. Ajeng sudah Oma anggap seperti anak sendiri."
Ayunda menghela nafas.
"Hingga dia menikah dengan Achmad, laki-laki yang Ia cinta dan mencintainya. Sejak saat itu Ajeng tidak ada kabar lagi, karena suaminya mengajaknya pindah ke luar kota."
Alexia mendengar cerita singkat Ayunda tersenyum haru.
"Ah iya, apakah kamu tahu, Lex? Nama kamu dan Alex itu memang sudah direncanakan oleh mereka berdua."
"Benarkah, Oma? Bagaimana bisa?"
Ayunda menggeleng. "Oma juga kurang begitu tahu. Yang jelas mereka ingin nama anak mereka sama. Nama kalian sama-sama Alex kan? Ternyata kalian sekarang malah berjodoh. Oma senang, karena Alex akhirnya menikah juga. Semoga keluarga kalian selalu diselimuti dengan kebahagiaan, Lex."
"Aamiin, Oma. Terima kasih untuk do'anya."
Ayunda mengangguk. Ayunda menggenggam tangan Alexia semakin erat. "Tapi, coba sekarang ceritakan. Bagaimana kalian berdua bisa bertemu dan menikah?"
Alexia sedikit ragu untuk bercerita. Namun, mau tidak mau dia pun menceritakan bagaimana Ia dan Alex bertemu dan menikah. Ia menceritakan semuanya tanpa ada yang ditutupi.
"Jadi, kalian baru bertemu sekali dan langsung menikah? Dan apa tadi? Alex bekerja sebagai kurir?" Ayunda tercengang saat mengetahui Alex bekerja sebagai kurir.
"Iya, Oma. Maaf, Oma. Bukan maksud Alexia ingin mempermainkan sebuah pernikahan, Alexia juga tidak ada niat untuk memanfaatkan Mas Alex. Apalagi tahu jika Mas Alex ini sebenarnya orang kaya."
"Oma mengerti. Alex mau menikah denganmu saja sudah menunjukkan kalau Alex itu percaya denganmu yang mau menerimanya apa adanya. Mau miskin atau kaya pastilah itu bukan menjadi alasan. Ia mau terbuka dan jujur setelah menikah denganmu, itu tandanya Alex benar-benar mau menerima kamu dan membuka hati untukmu. Banyak wanita yang mengejarnya tapi, tak ada satupun yang Alex suka. Kebanyakan dari mereka bermuka dua, mereka hanya mengincar harta Alex. Nanti, suatu saat kamu pasti tahu siapa saja yang akan mendekati Alex ketika tahu Alex sudah kembali."
Ayunda tersenyum simpul. "Apa Alex sudah mengatakan kalau dia masih memiliki ayah?"
Alexia menggelengkan kepalanya pelan.
Ayunda menarik nafas. Bukan hal yang penting sebenarnya tapi, mungkin bagi Alexia penting jadi Ayunda menceritakan tentang ayah Alex juga.
"Bersiap-siaplah, Lex. Kamu harus menjadi wanita yang kuat dan tegas. Apalagi nanti kalau mereka tahu Alex sudah menikah. Disitulah cobaan pernikahan kalian dimulai. Pesan Oma, tetaplah berada di samping Alex apapun yang terjadi, percayalah dengannya."
"Baik, Oma. Alexia akan berusaha dan mengingat pesan Oma." Alexia langsung memeluk Ayunda.
Alexia tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya nanti, yang jelas Ia harus siap untuk menghadapinya.
*****
Sukma baru saja menjual cincinnya. Cincin yang Ia rebut dari tangan Alexia. Ia terpaksa menjualnya agar dirinya bisa makan. Padahal Ia suka sekali dengan cincin tersebut.
Cincin dengan satu mata berwarna merah. Dengan bentuk menyerupai sebuah api.
"Tak apalah cincinnya aku jual, asal aku bisa makan."
Sukma merogoh tasnya ingin menghubungi Aris kembali. Namun, jawabannya masih tetap sama. Aris tetap tidak bisa dihubungi. Lalu Ia menghubungi sahabatnya Amanda.
[Ha-lo, emhh. Iya, Ma. Ada apa?]
Sukma mengerutkan keningnya mendengar suara Amanda.
"Kamu dimana? Ketemuan yuk. Aku lagi Be-Te nih."
[Aduh, maaf ya, Ma. Aku, shhh, tidak bisa.]
"Man, kamu sedang apa sih? Halo, Man."
Tut!
Sambungan telepon dimatikan secara sepihak oleh Amanda. Membuat Sukma menjadi kesal.
"Dia kenapa sih? Apa aku ke kontrakannya aja ya?" Sukma sedikit berpikir dan menimbang-nimbang.
"Iya aja deh, aku ke kontrakan Amanda aja." Imbuhnya.
Sukma memesan taksi untuk pergi ke kontrakan Amanda. Dengan menempuh jarak yang tidak begitu jauh, karena hanya memakan waktu 10 menit, akhirnya Sukma sampai.
Sukma mengetuk pintu namun tak ada sahutan sama sekali, hingga Ia mendengar suara. Suara yang begitu tidak asing lagi baginya.
"Amanda sama siapa?"
Sukma membuka pintu dan masuk ke dalam, Ia melihat beberapa pakaian tercecer di lantai. Semakin masuk semakin jelas suara orang yang berada di dalam.
Sukma berjalan masuk ke kamar Amanda dan Ia langsung membekap mulutnya dengan kedua tangannya.