Di sebuah kota di negara maju, hiduplah seorang play boy stadium akhir yang menikahi empat wanita dalam kurun waktu satu tahun. Dalam hidupnya hanya ada slogan hidup empat sehat lima sempurna dan wanita.
Kebiasaan buruk ini justru mendapatkan dukungan penuh dari kedua orang tuanya dan keluar besarnya, hingga suatu saat ia berencana untuk menikahi seorang gadis barbar dari kota tetangga, kebiasaan buruknya itu pun mendapatkan banyak cekaman dari gadis tersebut.
Akankah gadis itu berhasil dinikahi oleh play boy tingkat dewa ini? Ayo.... baca kelanjutan ceritanya.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Askararia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32
Satu postingan dari ibu jari anak remaja ini melesat cepat hingga keluar daerah, ramai orang mengomentari bagaimana kelucuan wajah Andre yang diberi sedikit polesan tajam pemikat mata.
"Huammmm!" Gumam Andre yang baru saja bangun, menggeliat menggaruk-garuk belakang punggungnya yang gatal digigit serangga kecil yang bernama nyamuk itu.
"Lariiii!"
"Heummm? Kenapa mereka?" Tanya Andre setengah sadar saat Ardi dan Arda berlari kedalam rumah.
"HAH, TUTUP PINTUNYA!" Bentak Rina.
"Andre masih diluar Mah!" Teriak Arda yang baru sama masuk kedalam kamar.
"ANDRE, MASUKKKK, BARU JUGA KELUAR DARI RUMAH SAKIT, UDAH TIDUR DILUAR AJA. NANTI ORANG PIKIR KAMU NGGAK PUNYA RUMAH!" Teriak Rina lagi.
Andre membuang nafas panjang sambil menyusun kursi didepannya ke posisi semula lalu bergegas melangkah kedalam rumah.
"Memang nggak punya!"
"APAAAAA?"
"Ahhkkk, bukan apa-apa, bukan apa-apa!" Ucap Andre ketakutan sebab Rina mempelototinya dengan tajam.
Saat Andre hendak melangkahkan kakinya kembali, Mario mencubit pelan lengan Rina sambil terus menatap wajah Andre yang tampak tak biasa.
"Tunggu!" Ucap Rina lagi, Andre berbalik dengan wajah tegang penuh takut.
"YAAAAAA AMPUNNNNNN, APA YANG SUDAH TERJADI DENGAN WAJAHMU? MAKE UP SIAPA YANG KAMU PAKAI ITUUUUUU?"
Semua orang didalam rumah beringsut takut, terutama Arda dan Ardi sebagai pelaku utama kekacauan itu.
"Apa? Apa yang terjadi dengan wajahku, Tante?" Tanya Andre panik sembari meraih ponsel dari dalam sakunya.
"Huaaaaa, bencong mana ini? Ya Tuhannnn!"
Rumah penuh dengan suara teriakan yang menggelegar telinga, para tetangga hanya bisa mengelus dadanya pelan sambil membuang nafas panjang setelah mendengar suara ribut itu, bahkan korek kuping dengan kapas bersih itu pun tak lagi berguna untuk mengeluarkan kotoran dari dalam telinga mereka sebab suara teriakan Rina dan Andre saja sudah membuat telinga mereka bersih hingga kedalam-dalam.
"ARDI...... ARDA...... " Teriak Andre sekali lagi, kedua saudara kembar itu segera menutup pintu dengan rapat namun ternyata Andre mendorong lebih kuat dari luar.
"Buka pintunya...... "
"Owhhh!"
"Hai cantik!" Sapa Ardi yang masih sempat bercanda di tengah-tengah kepanikannya menahan pintu agar Andre tak menerobos masuk kedalam kamar.
"Hah? Cantikkk? Tidakkkk!"
Andre terus berteriak sembari mendorong pintu kamar saudara kembar itu terus menerus sebelum akhirnya pintu terbuka dan ketiganya bertindih didepan pintu kamar.
Gedebugggg
Bunyi tubuh mereka keatas lantai, Rina kembali menghela nafas panjang, berbeda dengan Mario, ia duduk manis meneguk kopi di cangkirnya.
Thing
Sebuah pesan dilayar bernada ponselnya. Mario meraih benda pipih diatas meja, di beranda pertemanan Facebooknya terdapat sebuah akun wanita cantik yang sedang menunggu konfirmasi pertemanannya, lelaki ini melirik istrinya sesaat dan membandingkan keduanya.
"Kenapa, Pa?"
"Owhhh bukan apa-apa, dari telkomsel!" Jawabnya berdalih.
Sementara dibelahan kota yang lain saat ini Mayasari sedang tersenyum dibalik tabletnya, suami dan anak-anaknya sibuk bermain dibawah kasur, matanya liar melirik sangat suami yang tak menyimpan curiga padanya sejak tahun-tahun lalu.
"Sayang, ayo turun bermain bersama anak-anak!"
"Eum? Papa nemanin anak-anak dulu yah, aku ada kerjaan!" Ucapnya.
Suaminya hanya mengangguk, tak sedikitpun menunjukkan kekesalannya saat istrinya terlalu sibuk bermain dengan ponselnya dan tabnya.
Diluar ada Ranisa yang baru saja pulang dari rumah sakit tempat dia bekerja, ia membuka pintu rumahnya perlahan dan mendapati rumah berantakan sedangkan kedua orangtuanya berada dirumah namun tak ingin merapikan barang mainan milik adiknya yang berantakan.
"Rani, apa kamu sudah pulang, sayang?" Tanya Maya dari kamarnya yang terbuka.
"Kakakkkkkk, kakak pulangggg!" Teriak kedua adiknya yang masih berumur dua dan empat tahun itu.
Rani memutar bola matanya malas, namun dihadapan kedua adiknya ia berpura-pura tersenyum dan bersemangat, dengan ramah menggendong dan mengecup pelan pipi kedua adiknya.
"Sudah makan?" Tanyanya setengah menunduk.
"Syudah, Papa yang kasih!" Jawab keduanya bersamaan.
"Yasudah, kalau kayak gitu kembali ke kamar dan tidur, Kakak mau beresin mainan kalian dulu yah!" Ucapnya dijawab anggukan oleh kedua balita itu.
Kedua bayi itu berlari kecil kedalam kamar mereka, Ranisa menghela nafas panjang, pekerjaan ibunya sebagai aktris dan selebriti ternyata tak mengubah kebiasaan buruknya yang hidup berantakan, terlebih lagi saat papanya (Damian) tak pernah menegur Maya, atau tak ikut serta merapikan rumah.
Tas dipunggung meluncur begitu saja keatas lantai, seharian bekerja di rumah sakit hingga lelah, namun saat pulang kerumah ia tetap tak dapat beristirahat sebab seluruh sudut rumahnya sangat berantakan. Gadis yang mengidap penyakit OCD itu memang tidak sanggup melewatkan barang atau benda yang berantakan.
Satu persatu barang-batang diatas lantai dan karpet lantai itu ia rapikan dengan cekatan, tak lama gadis itu masuk kedalam kamar, membersihkan diri dan siap untuk makan malam, namun begitu membuka tudung saji, tak ada makanan apapun disana yang membuatnya semakin kesal. Dengan kasar ia menutup tudung saji, membuat Maya terkejut dan segera keluar dari kamarnya.
"Ada apa, Rani?" Tanyanya.
"Kalau Mama sama Papa terlalu sibuk bekerja dan tidak sempat membersihkan rumah atau memasak, sebaiknya pekerjaan saja pembantu. Ma, aku pulang kerumah hanya tiga kali dalam sebulan, niatnya mau istirahat, tapi nyatanya? Aku bahkan nggak bisa makan, nggak bisa tidur nyenyak, lagian ngapain sih pake pindah segala? Heran deh!" Kesal Rani memilih untuk pergi keluar mecari makan.
Rani membanting pintu dengan kasar, penghuni apartment sebelah hanya dapat mengelus dada saat mendengar suara ribut barusan, saat yang bersamaan Harry keluar dari apartmentnya bersama Nadia, rencananya mereka akan pergi ke supermarket untuk membeli cemilan, bahan-bahan makan yang perlu mereka siapkan di dapur juga beberapa alat yang Nadia perlukan untuk membuat kerajinan tangan berupa gelang dan kalung seperti yang biasa ia lakukan.
Pasangan pengantin baru ini berjalan beriringan bersama Rani yang berada di barisan pertama, mereka menyebrangi jalan didepan secara bergiliran hingga ke sebuah supermarket yang tak jauh dari apartment.
"Sayang, ayo kita beli ini!" Ucap Nadia pada Harry, mereka sedang memilah-milah buah apel yang akan mereka beli nantinya.
Rani menoleh pada pasangan suami istri itu, beberapa kali ia mengusap matanya, ia yakin kalau kedua orang itu pernah ia lihat di suatu tempat selain di supermarket itu.
Thing
Pesan chat dari Arda, Rani membuka kotak pesannya dan mendapati remaja itu mengirim sebuah foto yang menunjukkan bibirnya yang bengkak.
"Kakak cantik, bibirku bengkak, Andre mendorong ku hingga terjatuh!" Pesan Arda.
"Apa perlu aku memarahinya? Hahahaha, tapi kurasa tidak perlu, bibir bengkak mu membuat mu semakin seksi!'' Balas Rani.
Gadis ini memasukkan kembali ponselnya kedalam kantong, baru beberapa langkah ia teringat kembali dimana ia pernah melihat sepasang kekasih dibelakangnya kini.
"Bukannya dia Kakaknya Arda ya?" Tanyanya berbalik memperhatikan Nadia dari ujung ke ujung.
"Ohhh tunggu, kenapa laki-laki itu agak mirip dengan ku ya? Apa perasaanku saja? Tidak.... tidak.... tidak...., aku pasti salah lihat, astaga.... ini pasti karena aku terlalu kelelahan dan terlalu lapar!" Ucap Rani yang tak begitu yakin dengan penilaian dan tebakannya sendiri.
Harry mendorong troli belanjaan sedangkan Nadia terus berjalan mencari bahan makanan yang mereka perlukan nanti, sejak tadi Harry tak berhenti bersyukur dalam hatinya sebab ia bisa merasakan berjalan bersama di sebuah supermarket dengan kualitas terbaik di kotanya bersama dengan istri tercintanya, terlebih lagi untuk membeli belanja bulanan yang tak dapat dilakukan semua orang didunia.
Nadia berhenti di barisan sayur, tangannya memilah-milah kembali sayur mana ia akan bisa, tak ingin ketinggalan maka Harry memutuskan untuk membantu Nadia dengan memilih beberapa ikat sayur, namun begitu ia memberikannya pada Nadia, gadis itu dengan tegas menolak pilihan Harry, mengembalikannya ketempat semula dan memilih sayur yang lebih bagus. Harry cemberut, saat ia memilih apel tadi, pilihannya juga ditolak mentah-mentah oleh istrinya.
"Sayang, kenapa kau selalu menolak pilihanku?" Tanyanya.
"Semua pilihanmu tidak bagus, Harry. Kecuali aku!" Jawab Nadia datar.
"Lihat apel tadi, warna pucat dan mulai lembek, sayur tadi banyak lubang di daunnya, mungkin dimakan ulat. Apartment kita, kedatangan tamu tak diundang, kacau lahhhhh!" Kesal Nadia menerangkan.
Harry memanyunkan bibirnya dan Nadia segera menarik bibir kemerah-merahan itu karena gemas, dibelakang mereka ada Rani yang tersenyum melihat keduanya.
"Kapan aku bisa seperti mereka?" Batinnya, ia lalu meraih beberapa cup mi instan beberapa sosis matang siap saji, setelah membayar untuk makanannya, diseduhnya mie instan itu disana dan memakannya di teras supermarket sambil menikmati malam berbintang dan angin yang berhembus pelan mengayun beberapa ranting pohon disana.
Rani mulai menyeruput makanannya, namun tampaknya pemandangan disekitar membuatnya sedikit tidak nyamannya, disebelah kanan ada sepasang kekasih muda yang sedang melakukan lamaran dengan cincin berlian mengkilap, disebelah kanan ada pasangan tua yang bergandengan tangan menyusuri jalan dan di depan ada ibu, ayah dan anak yang berjalan bersama menikmati es krim dimalam hari sambil bercanda riang mengisi waktu kosong.
"Tidak apa-apa, aku jomblo, jomblo memang tidak perlu pasangan. Aku juga yatim piatu, siapa yang akan mengira kalau aku ini anak dari seorang artis dan pengusaha kaya? Siapa yang akan mengira?"