NovelToon NovelToon
Ketika Aku Memilih Pergi, Dia Memilih Menyelamatkan

Ketika Aku Memilih Pergi, Dia Memilih Menyelamatkan

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:20.9k
Nilai: 5
Nama Author: linda huang

Flower Florencia hidup dalam tekanan—dari keluarganya yang selalu menuntut kesempurnaan hingga lingkungan universitas yang membuatnya merasa terasing. Di ambang keputusasaan, ia memilih mengakhiri hidupnya, namun takdir berkata lain.

Kim Anderson, seorang dokter tampan dan kaya, menjadi penyelamatnya. Ia bukan hanya menyelamatkan nyawa Flower, tetapi juga perlahan menjadi tempat perlindungannya. Di saat semua orang mengabaikannya, Kim selalu ada—menghibur, mendukung, dan membantunya bangkit dari keterpurukan.

Namun, semakin Flower bergantung padanya, semakin jelas bahwa Kim menyimpan sesuatu. Ada alasan di balik perhatiannya yang begitu besar, sesuatu yang ia sembunyikan rapat-rapat. Apakah itu sekadar belas kasih, atau ada rahasia masa lalu yang mengikat mereka berdua?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

"Aku akan mengirim Flower ke luar negeri dalam waktu dekat. Jadi, ke mana pun dia pergi, aku akan menemukannya," ujar Alan dengan nada tegas. Wajahnya yang selalu terlihat dingin tak menunjukkan sedikit pun keraguan. Keputusan ini sudah ia pikirkan matang-matang, tanpa membuka ruang untuk perdebatan.

"Apakah sudah bulat keputusanmu? Flower sejak kecil hidup di kota kelahirannya. Tiba-tiba kau mengirimnya ke tempat yang asing. Apakah dia bisa terbiasa?" tanya Wilson, suaranya terdengar lebih lunak, seakan masih berharap Alan akan mengubah pikirannya.

"Wilson, Flower sudah dewasa. Dia harus bisa menyesuaikan diri. Mandiri dan bisa melindungi diri sendiri," jawab Alan dengan nada yang terdengar seperti keputusan final.

Wilson mengernyitkan dahi, tak puas dengan jawaban itu. "Lalu, apakah Cici akan dikirim ke sana juga?" tanyanya lagi, mencoba mencari celah di balik alasan Alan.

Alan tersenyum tipis, seakan menganggap pertanyaan itu terlalu naif. "Cici berbeda dengan Flower. Dia harus menuntut ilmu setinggi mungkin agar menjadi anak kebanggaan keluarga kita. Sedangkan Flower... aku harus membiarkan dia bekerja sendiri dan mencari uang sendiri," jawab Alan tanpa ragu sedikit pun. Baginya, Cici memiliki potensi besar untuk membawa nama baik keluarga, sementara Flower hanyalah beban yang harus belajar bertahan di dunia nyata.

Wilson tertawa kecil, tetapi tidak ada kehangatan di dalamnya. Ada ironi yang sulit ia sembunyikan di balik ekspresi santainya. "Adik kandung yang baru 20 tahun dikirim ke luar negeri, sedangkan adik angkat yang 22 tahun dibiarkan belajar. Sepertinya keluarga ini tidak memiliki hati," ucapnya, menyindir keputusan Alan dengan senyum yang tidak benar-benar ramah.

Tatapan Alan mengeras, tetapi ia menahan diri untuk tidak terpancing emosi. "Wilson, sejak kapan kau merasa tidak tega padanya? Bukankah kau berharap dia tidak di sini?" Alan balas bertanya, nada suaranya terdengar tajam dan menusuk. "Dia tidak akan kesulitan. Aku sudah mencarikan pekerjaan untuknya. Sisanya tergantung padanya," lanjutnya, seakan menutup pembicaraan tanpa memberikan ruang untuk protes lebih lanjut.

"Kakak, kamu adalah anak tertua, jadi semua keputusanmu tidak ada yang bisa membantah. Tapi jangan lupa, orang yang ingin kamu kirim adalah adik kandung sendiri," ujar Wilson. "Dia bukan laki-laki dan seorang gadis remaja. Mungkin saja keputusanmu akan membuatnya lebih menderita."

"Kamu meragukan keputusanku?" Alan menatap Wilson tajam, seolah tak terima dipertanyakan. Suaranya rendah, namun penuh tekanan. "Kau sudah tahu juga, sikapnya yang selalu menyakiti Cici. Di antara mereka harus ada salah satu yang kita kirim ke luar negeri. Kalau tidak, Cici akan terus menderita kalau Flower masih di sini," lanjutnya tanpa sedikit pun keraguan.

Ia menghela napas pendek sebelum melanjutkan, "Mengenai masa depan Flower, dia yang tentukan sendiri."

Wilson mengepalkan tangannya di sisi tubuhnya, berusaha menahan kemarahan yang mulai memuncak. "Aku meragukan keputusanmu! Kakak, kita sudah pernah tinggal di negara asing. Saat itu kita harus mandiri. Tapi setidaknya kita adalah laki-laki! Dan papa sering mengirim uang untuk kita melanjutkan pelajaran dan biaya hidup," ucapnya dengan nada tajam, mengingat masa-masa sulit yang pernah mereka jalani.

Ia menggeleng pelan, merasa tidak wajar dengan logika dingin Alan. "Sementara Flower hanya mendapatkan pekerjaan yang belum jelas apakah sesuai dengan keinginannya. Aku hanya ingin katakan, aku tidak setuju!" Dengan kata-kata terakhir yang sarat emosi, Wilson berbalik dan melangkah keluar dari ruangan itu tanpa menunggu balasan.

Pintu tertutup dengan keras di belakangnya, meninggalkan Alan yang masih duduk di kursinya dengan ekspresi kaku.

Hari demi hari berlalu dengan cepat. Flower menjalani rutinitas yang melelahkan—pagi hingga sore ia menghadiri kuliah, dan setelahnya bekerja tanpa lelah di sebuah kafe demi memenuhi kebutuhannya sendiri. Meski lelah, ia tetap menyempatkan waktu menemui Dokter Kim, Semangatnya yang tinggi membuatnya bertahan, meskipun waktu istirahatnya hampir tidak ada.

Sore itu, di ruangan besar, Flower duduk di sudut meja panjang, tenggelam dalam buku tebal yang baru saja dipinjam dari Dokter Kim. Mata gadis itu mulai terasa berat, dan sesekali ia menguap sambil berusaha menahan kantuk yang mendera. Jemarinya yang lentik membalik halaman demi halaman dengan lambat, menunjukkan betapa lelahnya ia.

Di kejauhan, Kim Anderson berdiri di dekat jendela besar, mengamati gadis itu dalam diam. Pandangannya tajam, namun ada sebersit kekhawatiran di sana. Selama beberapa minggu terakhir, ia memperhatikan perubahan pada Flower—wajahnya terlihat semakin pucat, dan kantong mata yang membayangi menunjukkan betapa kurang tidurnya gadis itu.

Saat suasana hening melingkupi ruangan, ponsel di saku jasnya bergetar, memecah kesunyian. Dengan gerakan tenang, Kim mengambil ponsel tersebut dan membaca pesan yang baru saja masuk. Alisnya sedikit berkerut, tanda ada sesuatu yang menarik perhatiannya.

Sementara itu, di meja sudut, Flower bergumam pelan, suaranya hampir tak terdengar. "Aku tidak bisa tidur... tugasku belum selesai..." Ia kembali menguap, dan sebelum menyadarinya, kelopak matanya menutup rapat. Kepala mungilnya perlahan terjatuh, bersandar di tangan yang terlipat di atas meja.

Kim mendesah pelan. Sebelum ia sempat melangkah mendekat, ponselnya kembali bergetar, kali ini disertai panggilan masuk. Ia mengangkatnya tanpa ekspresi, suaranya terdengar dingin dan tegas. "Halo."

Dari seberang sana, terdengar suara seorang pria melaporkan sesuatu dengan nada hormat. "Tuan, Nona Flower bekerja setiap malam di kafe. Dia baru pulang sekitar pukul 1 dini hari."

Kim terdiam sejenak, mencerna informasi itu. Dengan nada yang lebih serius, ia bertanya, "Bekerja hingga larut malam? Pantas saja setiap hari dia mengantuk. Bukankah dia tinggal di rumahnya? Kenapa bisa bekerja sampai selarut itu?"

Pria di seberang telepon segera menjawab, "Tuan, Nona Flower sudah keluar dari rumahnya dan menyewa kamar di apartemen kecil. Walaupun lingkungannya cukup tenang, tempat itu sangat sempit. Hanya saja, sewanya cukup murah."

Ucapan itu membuat dahi Kim berkerut dalam. Ia tahu keluarga Flower memiliki kehidupan yang cukup berada—lalu kenapa gadis itu harus hidup sendiri di tempat yang sederhana seperti itu? Ada sesuatu yang jelas tidak beres.

"Baiklah, kamu bekerja dengan baik," ucap Kim singkat sebelum memutuskan panggilan. Ia memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku, tetapi pikirannya terus dipenuhi dengan bayangan Flower.

Tatapannya kembali tertuju pada gadis yang kini tertidur lelap di meja. Napasnya terlihat teratur meski wajahnya tampak begitu lelah. Ada perasaan aneh yang menggelitik hati Kim—sesuatu yang lebih dari sekadar rasa peduli biasa.

Dengan langkah pelan, ia mendekati Flower. Tangan besarnya terulur, nyaris menyentuh helaian rambut gadis itu, tetapi ia menahan diri. Dalam diam, Kim menyadari satu hal—ia tidak bisa membiarkan Flower terus hidup seperti ini. Tidak saat dirinya memiliki kekuatan untuk mengubah segalanya.

"Kalau mereka menelantarkanmu, Biar aku yang menerimamu," ucap Kim.

🧡🧡🧡🧡🧡🧡🧡🧡🧡

Flower, yang diabaikan oleh keluarga sendiri, Namun dicintai oleh seorang Dokter Profesional Kim Anderson.

Kim Anderson, seorang dokter yang hebat berasal dari kalangan atas. menjatuhkan semua orang yang menyakiti wanita yang dia cintai.

Cici, Anak angkat keluarga Florencia, Disayang dan dicintai oleh mereka. Namun, hancur atas kesalahan sendiri. ia diusir oleh salah satu kakaknya.

Alan, penerus bisnis keluarganya. bersikap tegas namun tidak adil. selalu tampil meyakinkan dan berambisi.

Wilson, Seorang aktor terkenal, ia adalah putra kedua keluarga Florencia. Selalu bicara apa adanya. Namun, setiap ucapannya selalu berbeda dengan isi hatinya. memiliki sifat yang sulit ditebak

1
🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️
sabar flo... tapi keputusan ada di tangan mu .. terserah mo ma'af kan keluarga mu atau engga.. ikuti kata hati mu
Bu Kus
kejar cita cita dulu flo buat mereka kagum dan menyesal
yuning
Kim sayang sama flowers
Isnanun
kalo mau kembali lebih baik capai lah cita"mu dulu Flower jadi kan diri kamu sukses dulu
Bu Kus
udah mampir thro
Bu Kus
harus kuat dan Beran Flo dan mending pindah aja dari pada dihina
Akai Kakazain
duhhh ...kepo thooooor
🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️
Aihhh Kimmm.....
terimakasih untuk kejujuran muu 😍😍😍 ..
sally mending mundur saja.. percuma kan memaksakan kehendak...
kim gak mau jadi jangan di paksa
yuning
Kim mencintai flower juga kah?
🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️
aihhhh knp cuma satu bab sih up nya 😌😌😌😌😌😌😌
ka Lin bikin penasaran aja ihhh 😒😒😒
🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️
babb selanjutnya past si sally ngedrama dahhh.... bilang teraniaya padahal dia yg bikin ulah... huh dasar ular kadut!!!!
3sna
lantai 4 aja mati,sehalu2nya lhoo
Pikachu: Ada ditulis kalau Flower jatuh ke muatan mobil orang, bukan ke aspal ya, kak
total 1 replies
yuning
semoga rumah ini ada cctv nya, sehingga Kim tau sifat tunangan nya
hl
makanya Kim jangan jadi pria yg plin plan.ternyata tunanganmu bukan org baik
🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️
up 🤨
wiemay
benar hrs nyari tmpt tinggal sndr.
🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️
up up up up....




penasaran satu hall apakah Flower akan pergi dari Kim atau bertahan sama kim 🤨
🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️
kok gak lanjut sih sherly & kim gak jadi hem hem kah 🤣🤣🤣 kok tiba-tiba kim suda sampai rumah & makan sama flower 🤭🤭🤭
🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️
kasih waktu untuk flower kak wil... biar flower bisa berfikir jernih.. inget semua yg terjadi karena mu juga karena lebih percaya adik angkat dari pada adik kandung
🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️
ikut kim aja ehh.... ikuti kata hati kmu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!