Walaupun Danver menjadi pengganti kembarannya menjadi suami Faye, tapi dia sangat menikmati pernikahannya dengan Faye.
Lalu bagaimana dengan Faye kalau dia tau laki-laki yang menjadi suaminya saat ini adalah kembaran dari laki-laki yang dia inginkan menjadi suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Nath, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 : Adik Yang Penurut
Setelah selesai minum, wanita itu pun turun dari ranjang dan berjalan mendekati pakaiannya yang ada di meja depan sofa yang Danver duduki lalu memakai pakaiannya.
"Berikan aku m-banking mu. Aku akan mengirim uang transport untuk mu." ucap Danver saat wanita itu selesai memakai pakaiannya.
Wanita itu tidak menolak, mana mungkin dia menolak uang pemberian Danver disaat dirinya sudah hampir mati lemas karena cara bersenang-senang Danver diluar dugaannya. Dia pun membuka m-bankingnya lalu menyodorkan kode QR kepada Danver. Danver pun menscan barcode lalu mengirimkan uang sebesar tiga ribu dollar ke rekening wanita itu.
Mata wanita itu membulat lebar melihat uang yang Danver kirimkan. Sangat banyak untuk waktu bersenang-senang yang hanya setengah jam, tapi karena cara bersenang-senangnya lain dari pada yang lain, uang yang dikirimkan Danver bisa dikatakan sebanding.
"Apa kau tidak ingin menyimpan nomor ponsel ku? Siapa tahu saja kau ketagihan ingin bersenang-senang dengan ku." tanya Danver.
"Ti-tidak! Aku sama sekali tidak ketagihan bersenang-senang dengan mu." jawab wanita itu sambil memasukkan ponselnya kedalam tas.
"Uh... sayang sekali kalau begitu." balas Danver.
Wanita itu pun cepat-cepat keluar dari kamar Danver.
Setelah wanita itu keluar, Danver pun beranjak dari duduknya lalu berjalan menuju kamar mandi sambil membawa whisky Macallan 1926.
Sesampainya didalam kamar mandi, Danver mengisi air ke bathub lalu menuangkan sabun cair dan tak lupa menyalakan aroma terapi elektronik.
Setelah semuanya siap, Danver pun melepaskan semua pakaiannya lalu masuk kedalam bathub. Danver berendam sambil menenggak whisky-nya sedikit demi sedikit ditambah lagi dengan harum aroma terapi dan itu berhasil membuat tubuh dan pikirannya menjadi relaks.
Drt... Drt... Drt...
Saat Danver sedang menikmati tubuh dan pikirannya yang sudah mulai relaks, tiba-tiba terdengar suara getaran ponsel dari saku celana-nya.
Awalnya Danver tidak memperdulikan suara itu, tapi karena ponselnya tak berhenti bergetar mau tidak mau Danver keluar dari dalam bathub dan mengambil ponselnya dari saku celana.
"Danzel?" monolog Danver pelan saat melihat nama si penelpon.
"Pasti Danzel sudah mendengar kejadian tentang aku dan Daddy tadi siang." monolog Danver lagi.
Bukannya menjawab telepon masuk dari kembarannya, Danver malah meletakkan ponselnya diatas wastafel dan membiarkan ponselnya terus bergetar. Sedangkan Danver sendiri masuk kedalam bilik mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Setelah selesai membersihkan tubuhnya, Danver mengambil ponselnya untuk menghubungi balik sang kembaran. Tapi baru saja dirinya memegang ponsel, tiba-tiba sang kembaran sudah lebih dulu menghubunginya.
Danver pun menjawab panggilan masuk dari Danzel.
°°°
Negara A.
Kamar Danzel.
"Dimana kau ini? Kenapa lama sekali kau mengangkat telepon ku?!" Danzel langsung mengomeli saudara kembarnya.
"Kenapa masih bertanya aku dimana?! Tidak mungkin kan aku ada ruang operasi atau ditempat ibadah atau ditempat-tempat yang suci!" balas Danver.
Danzel terdiam sejenak mendengar jawaban Danver yang terdengar seperti sedang merendahkan dirinya sendiri.
"Bukan begitu maksudku. Aku ingin bertemu dengan mu sekarang, ada hal penting yang ingin aku bicarakan dengan mu." ucap Danzel merasa tidak enak hati.
"Memangnya hal penting mu itu tidak bisa dibicarakan lewat telepon, hah?" tanya Danver.
"Tidak! Karena ini hal yang sangat sensitif." jawab Danzel.
"Uuugh...! Jangan bilang kau menghamili Shenina!" balas Danver.
"Itu tidak mungkin! Aku tidak seperti itu!" balas Danzel.
"Lalu hal penting apa yang membuat mu ingin membicarakannya langsung dengan ku?" tanya Danver.
"Aku tidak bisa menceritakannya di telepon, sekarang kau dimana biar aku kesana." jawab Danzel.
"Aku sedang di club ku yang ada di Negara C, datang lah kesini kalau memang hal yang ingin kau bicarakan itu sangat penting." balas Danver dengan nada sombong.
"Sialan kau! Kenapa tidak bilang daritadi kau ada di Negara C! Tahu begitu aku tidak akan menghubungi mu berkali-kali!" kesal Danzel.
"Hahahaha..." Danver malah tertawa terbahak-bahak mendengar saudara kembarnya mengomel.
"Pulanglah besok dan temui aku di Shine Cafe. Kita harus segera bertemu." ucap Danzel dengan nada suara yang sangat serius.
"Kedengarannya sangat serius. Baiklah aku akan pulang besok pagi. Akan ku hubungi kau jika aku sudah berada di Shine Cafe besok." balas Danver.
"Baiklah, ku tunggu kabar mu besok." balas Danzel lalu menutup teleponnya.
°°°
Bersambung...
