NovelToon NovelToon
PEMILIK HATI TUAN MUDA MAFIA

PEMILIK HATI TUAN MUDA MAFIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Gadis nakal / Identitas Tersembunyi / CEO / Mafia / Romansa / Iblis
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: TriZa Cancer

"𝘽𝙧𝙚𝙣𝙜.. 𝙗𝙚𝙣𝙜.. 𝙗𝙚𝙣𝙜.. "
𝘼𝙙𝙪𝙝 𝙖𝙬𝙖𝙨... 𝙝𝙚𝙮𝙮𝙮... 𝙢𝙞𝙣𝙜𝙜𝙞𝙧.. 𝘼𝙡𝙖𝙢𝙖𝙠..

𝘽𝙧𝙪𝙠𝙠𝙠...

Thalia putri Dewantara gadis cantik, imut, berhidung mancung, bibir tipis dan mata hazel, harus mengalami kecelakaan tunggal menabrak gerbang, di hari pertamanya masuk sekolah.

Bagaimana kesialan dan kebarbaran Thalia di sekolah barunya, bisakah dia mendapat sahabat, atau kekasih, yuk di simak kisahnya.

karya Triza cancer.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon TriZa Cancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MASION RION DEWANTARA

Setelah rapat selesai, suasana aula mulai ramai dengan para ketua OSIS yang saling bertegur sapa, kecuali Athar dan Andrian yang cuma mengangguk saja, Guru pembimbing sekaligus ketua pelaksana kegiatan berdiri di depan podium, menutup pertemuan dengan suara mantap,

“Baiklah, sesuai kesepakatan kita akan adakan beberapa cabang lomba: dari olahraga ada basket, voli, dan memanah. Dari bidang seni ada tari dan musik, dan dari akademik kita adakan cerdas cermat serta olimpiade matematika. Peserta boleh mengikuti lebih dari satu lomba sesuai keahlian masing-masing.”

Semua peserta mengangguk, tak ada pertanyaan lagi.“Baik, meeting kali ini saya akhiri. Semoga kegiatan kita berjalan lancar, dan sampai bertemu kembali senin depan.”

Serempak, tepuk tangan ringan terdengar dan semua mulai membubarkan diri. Andrian melangkah keluar ruangan dengan gaya khasnya, tegap, elegan, dan ekspresi datar tanpa emosi. Beberapa anggota OSIS Mandala Elite segera menghampiri.

“Rian, lo balik ke sekolah lagi apa langsung ke mansion?” tanya salah satunya.

“Mansion,” jawab Andrian singkat tanpa menatap.

Yang lain hanya mengangguk paham. Mereka sudah terbiasa dengan sifat dingin ketua mereka itu, tapi anehnya, semua tahu kalau di hadapan satu cewek yang bernama Thalia, cowok ini bisa berubah total.

Saat bel sekolah Manggala high School berbunyi, Andrian melangkah menuju parkiran, Ia menunggu seseorang dengan kedua tangannya di saku celana, dan menatap jam tangannya beberapa kali. Sampai akhirnya suara riang terdengar.

“Bunny..,” gumam Andrian pelan dengan senyum samar ketika melihat Thalia berjalan bersama Cia dan Sasa.

Ia melangkah mendekat dan memanggil lembut, suaranya membuat beberapa siswi yang lewat langsung berhenti dan menatap tak percaya.

“Bunny, ayo pulang,” ucapnya lembut, nada yang sangat jarang keluar dari Andrian Pratama Dewantara sang ketua OSIS Mandala yang dikenal kaku dan dingin.

Bisik-bisik langsung berhamburan di sekitar mereka.

“Astaga... itu Andrian ngomong lembut?”

“Suara malaikat tapi wajah iblis dingin!”

“Pantes Thalia cuek sama cowok sekolah ini, cowoknya selembut itu..!”

"Gue berasa makan spons cake kalau denger suara Andrian.. "

Thalia mendengus, menatap kakaknya sebal.

“Ian, gue pulang sama mereka aja.”Ucap Thalia merangkul Sasa dan Cia.

Tapi tiba-tiba Andrian mengalihkan tatapan tajamnya ke arah Cia dan Sasa. Tatapan dingin yang seolah bisa membekukan udara.

Keduanya langsung menegakkan badan gugup.“E-eh, lia... kayaknya... gue gak jadi main, deh... lain kali aja ya?” ucap Cia cepat.

“Iya, iya, gue juga. Hehe... mendadak inget ada PR,” timpal Sasa canggung sambil mundur pelan.

Thalia menatap keduanya cengo, lalu menatap kakaknya yang bersikap seolah tak bersalah.“Lo ya... jangan suka nakutin anak orang!” seru Thalia sambil mencubit pinggang Andrian.

“Aw! Aw! Bunny, ampun, sakit!” jerit Andrian, tapi tak bisa menyembunyikan tawa kecil di sudut bibirnya.

Thalia mendengus, menatapnya malas.

“Ya udah, ayo pulang. Tapi kali ini gue yang bonceng!”

Andrian langsung melotot kaget.

“Apa?! Nggak bisa, Bunny! Lo itu..”

“Gue bonceng, atau pulang sendiri” potong Thalia dengan tatapan tajam.

Andrian mendesah berat, menatap motor sport hitamnya dengan pasrah.

“Baiklah... tapi ingat jangan ngebut, apalagi bikin jatuh"

Thalia nyengir nakal sambil memakai helm.

“Santai aja Ian paling juga kalau jatuh masuk neraka.. "

Tanpa mereka sadari, dari dua sisi sekolah ada tatapan berbeda yang mengarah ke mereka. Di sudut kiri, Sesil dan Leni menatap dengan penuh benci, rahang mereka mengeras, menahan rasa iri yang sulit dijelaskan.

“Lihat tuh, si Thalia lagi-lagi jadi pusat perhatian…,” bisik Sesil ketus.

“Dan Andrian, cowok paling susah didekati di sekolah Mandala Elit, cuma bisa dilembutin sama dia,” sambung Leni, suaranya penuh getir.

Sementara di sisi lain, Athar hanya berdiri diam di balik tiang koridor, tangan kanannya mengepal kuat. Ada sesuatu yang bergejolak di dadanya saat melihat Andrian menggandeng tangan Thalia menuju motor sport hitamnya.

“Kenapa gue gak suka lihat cowok lain menyentuhnya…?” pikir Athar lirih, napasnya berat sendiri.

Namun pemandangan berikutnya membuatnya terbelalak, Andrian memeluk erat Thalia dari belakang.Karna Thalia, dengan senyum puas, menyalakan motor dan langsung melajukan gas kencang.

Andrian yang duduk di belakangnya langsung pucat seketika.“Bunny!! Pelan-pelan! Gue tau lo pembalap dan pembunuh bayaran, tapi gue gak mau mati di tangan lo!!” teriaknya panik sambil memeluk erat tubuh Thalia.

Suara tawa Thalia pecah di atas deru angin.

“HAHAHA! Lo dulu yang ngajarin gue ngebut waktu kecil, ingat gak? Lo yang nyungseb ke got, bukan gue!”..

Andrian semakin menjerit sambil menutup mata rapat.“Aaaa! Mami! Anakmu yang tampan ini mau dibawa ke nerakaaa!!”

Thalia ngakak sampai air matanya hampir keluar.“Heh! Ketua OSIS yang disegani, datar, dan dingin... sekarang ngerengek! Hahaha! Gue gak nyangka lo bisa se..drama ini, Ian!”

Andrian hanya bisa memeluk lebih erat, pasrah di tengah teriakan angin dan tawa adiknya. Sedangkan di belakang mereka, Athar diam-diam mengikuti mereka, walaupun Thalia juga sudah tau jika ada yang mengikutinya.

Di pertigaan jalan, Athar memutar setang motornya ke arah berbeda.

“Gue ke markas,” ucapnya pendek.

Begitu sampai di depan gedung tua berlogo Golden Blood, sorot matanya langsung berubah dingin.

“Ganti baju. Latihan,” katanya tegas tanpa banyak basa-basi.

Keempat sahabatnya Raka, Rafi, Dion, dan Doni, saling pandang dengan ekspresi bingung.

“Latihan? Sekarang?” bisik Dion pelan.

“Kayaknya dia galau deh…” gumam Raka, membuat yang lain menahan tawa.

“Galau gara-gara Thalia, ya?” tambah Doni pelan.

Namun suara Athar langsung memotong keheningan.“Latihan, atau gue hukum.”

Seketika mereka serempak menjawab, “Siap, Bos!” dan segera menuju ruang latihan.

Begitu sampai, udara langsung berubah tegang. Athar berdiri di tengah arena, tangannya mengepal, matanya tajam.

“Empat lawan satu. Serang gue,” ucapnya datar.

Keempatnya saling pandang dan tanpa sempat banyak pikir, pertarungan dimulai.

Tinju, tendangan, dan gerakan cepat beradu.

Namun seperti biasa, tak ada yang bisa menandingi kecepatan dan kekuatan Athar.

Satu per satu dari mereka tumbang dengan napas ngos-ngosan.

Raka mengangkat tangan menyerah.

“Udah, Bos! Gue capek. Ini sih bukan latihan, tapi sparing barbar!” katanya sambil terengah.

Dion menimpali, “Iya, Bro. Lo kenapa sih? Tumben ngajak latihan kayak gini. Lo... cemburu ya liat Thalia tadi?”

Athar diam. Hanya suara napasnya yang berat. Ia membuka tutup botol dan meneguk air tanpa menjawab.

Doni tiba-tiba nyeletuk, “Kalau lo suka dia, bilang aja, Bos. Gak usah nunggu lama..”

PLAK!..

Dion langsung menepuk kepala kembarannya.“Heh bangsul..! Dia udah punya cowok! Ketos Mandala Elite yang namanya, Andrian!”

Raka hanya tertawa miring.“Alah, sebelum janur kuning melengkung, trabas aja, Bos. Lo tahu kan prinsip kita ‘yang penting berani.’”

Rafi yang sedari tadi bersandar ke tembok tiba-tiba bicara pelan,“Gue dukung lo, Bos. Apalagi kalau bener Thalia itu… Tata.”

Semua langsung menatap Rafi memikirkan Thalia yang memegang pistol khusus sang pembunuh bayaran no 1 di dunia bawah.

Rafi mengangkat alis, ekspresinya serius.

“Kebayang gak sih pembunuh bayaran nomor satu di dunia,dan pemimpin mafia Golden Blood generasi pertama, gue rasa mereka akan menjadi couple yang mematikan, dan kayaknya cuma lo yang pantas bersanding dengan dia"

Suasana mendadak hening.

Athar hanya menatap kosong ke lantai, jantungnya berdebar tanpa alasan yang jelas.

“Kalau bener dia Tata…” gumamnya lirih. “…maka gue udah jatuh cinta sama orang paling berbahaya di dunia.”

......

Beberapa menit kemudian, suara klakson motor sport terdengar di depan gerbang besar Masion Rion Dewantara. Penjaga yang sedang berjaga di pos langsung terlonjak kaget, buru-buru menekan tombol pembuka gerbang.

Begitu motor meluncur masuk dan berhenti di garasi, Andrian dengan cepat turun dan langsung muntah-muntah di dekat mobil sport hitam.

“Ya ampun, Andrian! Kamu kenapa? Sakit?” seru Naomi, sang ibu, yang baru keluar bersama beberapa penghuni masion.

Sebelum Andrian menjawab Thalia sudah nyeletuk santai.

“Biasa, Mi... dia mabok jalanan…” ucapnya dengan suara penuh ejekan

Suara lembut tapi tegas itu membuat Naomi spontan menoleh. Matanya melebar. “A....Astaga! Thalia?! Kapan kamu balik?!”

Ia langsung berlari kecil menghampiri gadis itu dan memeluknya erat.

“Kenapa kamu gak langsung ke rumah Mami, hah? Kenapa gak bilang mau ke sini?!” berondong Naomi bertubi-tubi, ekspresi haru bercampur heboh.

Thalia hanya bisa mendesah sambil tersenyum tipis begitulah hebohnya Naomi setiap kali melihatnya datang.

“Lia udah seminggu di Indo, Mi. Cuma sibuk sekolah, jadi belum sempat ke rumah Mami,” jawabnya tenang.

Namun Andrian yang masih memegangi perutnya tiba-tiba nyeletuk dengan nada setengah penuh hasutan“Bohong, Mi! Tadi dia malah gak mau ke sini. Katanya lebih seru main sama temennya daripada ke rumah kita ini!”

Thalia langsung melotot tajam ke arah kakaknya.“Gak, Mami! Ian Bohong jangan di percaya! Dia aja yang drama!”

Naomi menatap keduanya bergantian, satu muntah, satu melotot, lalu mendesah sambil menahan tawa.

“Sudah, sudah. Dua-duanya ikut Mami masuk sebelum kalian berantem di garasi.”

Andrian dan Thalia pun saling pandang sejenak sebelum akhirnya menuruti sang ibu.

Begitu mereka melangkah masuk, aroma harum khas rumah mewah keluarga Dewantara menyambut, lengkap dengan suara Rion dari ruang tamu,

“Siapa yang ribut di depan?!”

Naomi menjawab dengan nada riang,

“Yang ribut? Anak-anakmu, sayang. Lengkap sudah duo Dewantara pengacau balik ke rumah!”

"Papi.... " Suara cempreng, ceria, Thalia menyapa pendengaran Rion yang sedang duduk di sofa"

"Lia.. putri papi kapan kamu kembali, kenapa gak kabarin papi kalau mau kesini" cerocos Andrian

Andrian yang baru kembali dari dapur berkata"Kalau Ian gak ikut meeting ke sekolah manggala tadi, Ian juga gak tau Lia ada di indo. "

"Nyonya makanan sudah siap.. " Ucap maid menghentikan obrolan mereka, tapi ketika mereka melangkah menuju ruang makan, Tiba-tiba suara dua orang paruh baya menghentikan langkah mereka.

"Apa kalian melupakan kami...? "

1
Nagisa Furukawa
Gak sabar nih nungguin kelanjutannya, update cepat ya thor!
TriZa Cancer: siap kak di tunggu ya😍
total 1 replies
🌻🍪"Galletita"🍪🌻
Nggak sabar buat lanjut ceritanya!
TriZa Cancer: makasih kak sudah mampir di tunggu ya😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!