Dinda ayu pratista adalah seorang gadis cantik,yang harus menelan kekecewaan saat tahu jika dirinya sedang berbadan dua.
Hidupnya berubah setelah laki-laki yang menjadi temannya, tanpa sadar merenggut kesuciannya.
Saat mengetahui jika temannya itu akan menikah,dinda pun memutuskan untuk pergi menjauh dari kehidupannya sekarang.
Dia pun berharap dapat melupakan kejadian malam itu dan memulai hidup baru.
Kini dinda pun di karuniai seorang putra tampan yang memiliki wajah sama persis dengan teman laki-lakinya itu.
Sampai di suatu saat,takdir pun mempertemukan mereka kembali dengan keadaan yang sedikit berbeda.
Akankah dinda jujur pada temannya itu, jika sudah dia memiliki anak darinya?
Dan apakah dinda akan memberitahu putranya,jika temannya itu adalah ayah biologisnya?
Ikuti kisah selanjutnya sampai selesai!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAMM 13
Dinda pun akhirnya pergi ke proyek, untuk mengantarkan catering yang sudah di pesan oleh raffael.
Sepanjang jalan dinda berharap, supaya di pertemukan dengan raffael maupun roy.
Sesampainya di proyek, dinda perlahan menarik nafas untuk membuang rasa takutnya.
Perlahan dia berjalan, memasuki kawasan proyek.
"Neng dinda." panggil seorang pegawai paruh baya, menghampirinya. "Nganter catering, ya? Sini biar bapak bantu." Mengulurkan tangan dan tersenyum.
Dinda pun tersenyum dan mengangguk pelan. "Terima kasih, pak. Kalau begitu, kemana harus saya bawa catering nya?" tanyanya memastikan.
"Seperti biasa, yang lainnya ke tenda itu dan yang dua, ke tenda tempat pak bos." jawab pria paruh baya, menunjuk satu per satu tenda, yang berada sedikit jauh dari sana.
Dinda pun mengangguk pelan, walaupun tidak dapat dia sembunyikan jika saat ini hatinya merasa takut, bertemu dengan kedua temannya.
Dinda pun mengikuti langkah pria itu, dengan sesekali melihat ke sekeliling proyek, untuk membuang rasa takutnya.
"Nah... di sini saja, neng." Pria paruh baya, menunjuk sebuah meja. "Terima kasih ya, neng." ucapnya tulus.
Dinda tersenyum tipis. "Sama-sama Pak. Seharusnya saya yang berterima kasih, karena bapak sudah mau membantu saya membawakan catering nya." balasnya ramah.
"Iya sama-sama juga, neng."
Mereka pun pada akhirnya saling tertawa. tanpa dinda sadari, jika dari kejauhan ada seseorang yang sedang memperhatikannya.
"Kalau begitu, saya mau antar ini ke tenda yang satunya lagi ya, pak?" Dinda pamit pergi dari hadapan pria itu, untuk menuju ke tenda milik raffael.
Pria paruh baya itu pun mempersilahkannya, dan segera pergi untuk melanjutkan pekerjaannya lagi.
Tubuh dinda sedikit bergetar, saat hendak akan masuk ke dalam tenda. hatinya berdebar, takut jika sampai berjumpa kembali dengan raffael dan roy.
Di depan tenda, dinda terlihat diam mematung dengan pikiran yang sedang berkecamuk. perlahan dia pun menarik nafas lagi, untuk membuang rasa takutnya.
"Permisi." ucap dinda, dengan nada yang sedikit bergetar. "Saya mau mengantar catering." sambungnya lagi.
Tidak ada balasan dari dalam tenda, membuat dinda sedikit kebingungan.
Dinda pun mengulang lagi ucapannya, berharap ada balasan karena sebenarnya dia ingin cepat-cepat pergi dari sana.
"Maaf neng, ada apa?" tanya pegawai lain, menghampiri dinda.
"Eh... pak. Ini saya mau mengantarkan ini." Menunjukan dua buah catering di tangannya. "Tapi saya panggil, tidak ada jawaban dari dalam." lanjut dinda menjelaskan.
Pegawai itu pun mengangguk paham. "Pak bos memang sedang tidak ada di dalam, neng. Sini biar saya saja l, yang menyimpannya."
Dinda tersenyum tipis merasa senang, saat mendengar kabar jika kedua temannya itu sedang tidak ada di sana.
Dia pun segera memberikan catering, pada pegawai itu. setelah itu pun, dia cepat-cepat pergi dari sana.
Raffael yang sebenarnya mengawasi dari kejauhan tersenyum miring, melihat kepergian dinda yang terlihat terburu-buru.
"Yah, kan pergi lagi, raf ! Lo gimana sih?" Roy yang ikut mengawasi dinda, terdengar menggerutu karena raffael melarangnya untuk menemui dinda.
Raffael hanya melirik sekilas, pada temannya itu. sebenarnya, dia juga sangat ingin menghampiri dinda.
Namun dia tahan, sebab raffael ingin memastikan jika perempuan itu benar-benar dinda temannya.
"Sekarang panggil, pak deni. Gue tunggu di tenda." titah raffael tegas, pada Roy yang masih terlihat kesal.
Roy pun menautkan kedua alisnya, merasa heran dengan permintaan raffael.
"Mau apa lo manggil pak deni?" tanya Roy ketus.
Raffael menatap tajam Roy, yang menurutnya banyak sekali bicara. "Panggil saja. Sekarang." jawab raffael, kemudian meninggalkan Roy yang masih kebingungan.
"Cckk! Begini kalau punya bos irit bicara. Sebel, lama-lama gue sama dia?" gerutu Roy, yang masih terdengar oleh raffael, yang belum jauh pergi dari sana.
"Apa lo, mau gue pecat?"
Roy seketika terdiam, setelah mendengar perkataan raffael dengan nada berat dan dinginnya.
Roy tersenyum kikuk. "Eh... lo masih di sana. Jangan pecat gue raf. Sorry... gue cuma lagi kesel aja."
Raffael mendelik, mendengar alasan temannya itu. tanpa menyahut lagi, dia pun segera pergi dari sana.
Roy merutuki ucapannya yang terdengar oleh raffael. bahkan dia memukul bibirnya sendiri, dan kesal pada dirinya sendiri.
Sesuai perintah raffael, Roy pun memanggil pak deni. pegawai paruh baya, yang suka menolong dinda untuk membawakan catering nya.
"Maaf Pak bos. Ada apa, saya di suruh kesini?" Pak deni yang baru sampai pun, terlihat khawatir sebab baru kali ini dia, di panggil oleh bos besarnya.
Raffael menatap tajam pak deni, yang terlihat khawatir. Bahkan roy sendiri juga tidak mengerti, kenapa Raffael memanggil pak deni.
"Duduk, pak deni." titah raffael tegas.
Pak deni menelan salivanya kasar, saat melihat sikap raffael yang terlihat berbeda dari sebelumnya.
Dia pun menuruti perintah raffael, dan duduk berhadapan dengannya.
"Apa bapak mengenal dinda?" tanya raffael , langsung pada intinya.
Pak deni dan Roy seketika terdiam, saat mendengar pertanyaan raffael yang ternyata bukan membahas tentang pekerjaan.
"Dinda? Maksud pak bos, neng dinda yang suka nganterin catering?" tanya pak deni, memastikan.
Raffael mengangguk pelan, sebagai jawabannya. Roy yang mulai mengerti pun memilih diam mendengar apa, yang akan di katakan pak deni selanjutnya.
"Ya...saya kenal, pak bos." seru pak deni tersenyum. " Kebetulan kosannya, dekat dengan rumah saya, pak." lanjut pak deni memberitahu.
"Kosan?" sela Roy, bingung.
Raffael menatap tajam Roy, yang bersuara. hal itu membuat Roy, yang di tatapnya seketika menutup mulutnya.
Pak deni tersenyum tipis, melihat Roy yang ketakutan pada raffael. dia pun melanjutkan kembali perkataannya.
"Iya Pak bos. Neng dinda itu, tinggal di sebuah kosan. Dia juga bekerja di rumah makan." ujar pak deni,menatap raffael.
Raffael masih menyimak cerita pak deni dengan seksama. dia ingin mengetahui informasi tentang dinda, dari Pak deni ini.
"Apa, dia bekerja di rumah makan yang dekat, dengan tempat wisata itu?" tanya raffael memastikan.
"Benar pak bos. Neng dinda, bekerja di sana dari sejak pertama kali datang kesini. Bahkan sedang hamil.... " Perkataan pak deni terpotong, saat raffael dan Roy yang terkejut menyelanya.
"HAMIL...!" sahut raffael dan Roy bersamaan.
Pak deni tersenyum tipis, melihat kekompakan bos dan asistennya itu.
"Iya hamil. Pertama kali datang ke sini, kondisi neng dinda memang sedang dalam keadaan hamil." ujar pak deni, memberikan keterangan.
Raffael dan Roy merasa tidak percaya dengan kenyataan, yang mereka dengar langsung dari pak deni.
Selama ini yang mereka tahu jika dinda belum menikah, jadi mana mungkin dirinya bisa hamil.
"Apa, bapak tahu siapa suaminya?" tanya raffael, menatap tajam pak deni.
Pak deni kembali menelan salivanya kasar, berpikir sejenak apakah dia salah bicara.
"Kalau soal siapa suaminya, saya tidak tahu pak bos. Yang saya tahu, kalau neng dinda di tinggal, saat hamil sebab laki-lakinya menikah lagi."
Raffael mengepalkan tangan, mendengar teman kesayangannya di perlakukan seperti itu, oleh laki-laki yang tidak bertanggung jawab.
Andai saja raffael tahu cerita yang sebenarnya, mungkin dia akan merutuki dirinya sendiri.
"Kalau boleh saya tahu, anaknya dinda laki-laki atau perempuan?" tanya raffael yang semakin penasaran tentang dinda.
lanjut Thor 🥰