NovelToon NovelToon
My Fantasy Came True

My Fantasy Came True

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Time Travel / Identitas Tersembunyi / Dunia Lain / Kaya Raya / Romansa
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Leticia Arawinda

aku sangat terkejut saat terbangun dari tidurku, semuanya tampak asing. Ruangan yang besar, kasur yang sangat luas serta perabotan yang mewah terlihat tampak nyata.
aku mengira semua ini adalah mimpi yang selalu aku bayangkan sehingga aku pun tertawa dengan khayalanku yang semakin gila sampai bermimpi sangat indah.
namun setelah beberapa saat aku merasa aneh karena semua itu benar-benar tampak nyata.
aku pun bergegas bangun dari kasur yang luas itu.
"kyaa!!" teriakku sangat kencang saat aku menatap cermin yang besar di kamar itu.
wajah yang tampak asing namun bukan diriku tapi aku sadar bahwa itu adalah aku.
semuanya sangat membingungkan.
aku pun mencubit pipiku dan terasa sakit sehingga aku tahu itu bukanlah mimpi.
"wajah siapa ini? bukankah ini sangat cantik seperti putri kerajaan" gumamku merasa kagum.

apakah semua ini benar nyata atau memang hanya sebuah mimpi indah?

🌸🌸🌸
nantikan kisah selanjutnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leticia Arawinda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

Raut wajah antara kedua pria yang menolongku ini tampak sangat khawatir.

Namun aku pun bersikap tetap tenang meski aku sangat terkejut setelah melihat wajah putra mahkota.

“Hah? Bukannya dia pria itu?” dalam benakku. Aku tidak tahu harus berbuat apa saat itu dan terdiam.

“Sayang, kamu baik-baik saja kan?” tanya Ivander merasa cemas. Dia menyentuh tanganku dengan lembut.

“Casandra” panggilnya dengan tersenyum kepadaku.

Aku menoleh ke arah putra mahkota dengan canggung setelah pertemuan pertama yang sangat mengejutkan malam itu. Aku bahkan tidak sampai berekspektasi bahwa pria yang mengunjungi balkon di rumah seorang wanita yang sudah memiliki istri adalah seorang pria hebat dan calon penguasa di kekaisaran ini.

Aku menatapnya lekat-lekat dan bingung karena mungkin saja aku salah mengira dan hanya kebetulan ada kemiripan saja.

Mereka berdua tampak bingung melihat aku terdiam dengan tatapan kebingungan.

“Sayang.. kamu pasti tidak ingat putra mahkota kan?” Ivander menyentuh bahuku ketika mengatakannya.

Terlihat Ivander sangat mempercayai putra mahkota sebesar mempercayai Casandra.

“Casandra.. tidak apa-apa, aku sudah mendengar semuanya” Dia menyentuh tanganku lalu mendekatkan ke bibirnya.

Aku sangat bingung dengan sikapnya hingga aku pun menoleh kearah Ivander namun dia hanya mengangguk dan memejamkan matanya sejenak, menyetujui tindakan yang di lakukan putra mahkota.

“Cup” Dia mengecup punggung tanganku dan melirikku dengan tatapan nakal. “Perkenalkan namaku Arlo Parwiz Vernon. Kamu biasa memanggilku Vernon, sahabat terbaikmu” katanya dengan ekspresi yang hangat namun dia menyelipkan sorot mata yang menggoda.

“Benar. Dia memang Vernon yang malam itu datang. Hah! Apa-apaan dengan tatapannya dan juga kenapa Ivander bersikap biasa saja? Bukannya dia tipe yang cemburuan” dalam benakku sambil melirik kembali ke arah Ivander.

Meski dia mengernyitkan keningnya namun ia masih bisa tersenyum kepada Vernon. Mungkin dia melakukannya karena dia tidak mungkin melarang putra mahkota melakukan salam yang sudah biasa di lakukan di kalangan para bangsawan.

Namun tetap saja aku merasa tidak terbiasa dengan salam yang seperti ini.

Dia pun melepaskan tangannya dan mengedipkan mata dengan tatapan menggoda kemudian ia pergi dan berjalan ke tempat yang sudah di siapkan untuknya.

Dia tersenyum kepada kami lalu berjalan dengan tegap dan berwibawa. Semua mata tertuju kepadanya, dia sangat tampan dan terlihat bercahaya.

Setelah Vernon pergi, genggaman tangan Ivander menjadi semakin kencang hingga aku pun merasa sedikit sakit.

“Akh!” aku merasa dia menggenggam ku semakin kencang.

“Ma, maaf istriku. Aku tidak sengaja” ucapnya merasa bersalah. Ivander melepaskan genggamannya dan bersikap seperti orang yang gelisah.

Aku tidak mengerti penyebab dari tindakannya yang tidak biasa namun pandanganku tertuju kearah putra mahkota yang sedang duduk di atas sana namun melihat ke arah kami.

Entah kenapa aku dengan refleks mengalihkan pandanganku dan kembali fokus ke Ivander.

“Iya tidak apa-apa suamiku” ucapku merasa tidak tenang.

Ivander mengelus tanganku yang sebelumnya ia genggam lalu meraih tangan yang lain dan juga mengelusnya namun anehnya ia seolah sedang mengusap punggung tangan yang telah terkena bibir putra mahkota.

Sepertinya aku bisa menarik kesimpulan bahwa Ivander memang cemburu terhadap putra mahkota namun dia bersikap seolah tidak masalah.

“Haha.. lihat pria ini, dia benar-benar cemburuan” dalam benakku.

Aku tertawa kecil melihat tingkahnya yang seperti anak kecil dimana ia sangat takut jika sesuatu yang menjadi miliknya di sentuh oleh orang lain.

“Istriku, apa kamu tertawa? Kamu senang melihatku seperti ini, hm?” katanya. Dia menghentikan sentuhan tangannya.

“Mana mungkin aku senang melihat suamiku tampak khawatir. Tapi kamu bukannya tadi bersikap biasa saja? Hmph!” ucapku sambil menggodanya. Aku memejamkan satu mataku sejenak lalu meliriknya.

Sret!

Drap.. Drap.. Drap..

Ivander tampak memburu dengan menarik tanganku menuju ke balkon di tempat itu. Dia terlihat sangat kesal sehingga aku merasa takut dengan sikapnya yang tiba-tiba berubah.

Brak!

Dia menutup pintu balkon itu dengan kencang.

Grep!

Dia memelukku dengan erat dan terasa tangannya gemetar. “Siapa yang bilang aku biasa saja? Kamu.. hah! Kamu sendiri yang pernah bilang bahwa aku harus bersikap sopan kepada temanmu itu bukan? Kamu.. kamu bahkan tidak tahu seperti apa perasaanku saat dia memperlakukanmu dengan tatapan seperti itu. Hah! Sial! Aku benar-benar kesal bahkan sangat ingin menamparnya” Ivander meluapkan amarahnya yang sebelumnya ia tahan.

Aku sangat tidak mengerti dengan ucapannya namun aku sangat memahami perasaannya. Dia yang sangat mencintai Casandra, mana mungkin membiarkan pria lain mencium punggung tangan dan menatapnya dengan tatapan kasih sayang.

“Tenang suamiku. Aku tidak tahu maksudmu apa tapi kamu yang sebagai suamiku seharusnya tidak perlu takut. Sejak kamu adalah suamiku, aku tidak akan berpaling. Kamu bisa percaya dengan perkataanku yang ini. Meskipun aku tidak mengingat apapun tapi aku akan tetap menjadi istrimu asal kamu tidak meninggalkanku atau mengkhianati ku” ucapku sambil menepuk-nepuk punggungnya.

Ivander mengeratkan pelukannya.

Di balkon yang hanya tertutupi satu sisinya saja serta hembusan angin luar yang terasa menusuk, ia seolah sangat takut aku berpaling darinya.

Di dalam sana masih terdengar riuh suara alunan musik bahkan banyaknya orang yang lalu lalang seolah terhenti di saat dia memelukku dengan erat dan putus asa.

Pria tangguh dan terlihat kejam ini bersikap lembut dan penakut jika berhubungan dengan istrinya. Dia membenamkan wajahnya ke pundakku. “Istriku, bagaimana bisa kamu mengatakan hal seperti itu. Aku bukan pria murah yang membagi cinta. Hanya kamu yang aku mau. Kamu milikku dan selamanya milikku. Aku tidak mau orang lain, tolong jangan mengatakan hal remeh seperti itu” katanya dengan nada posesif.

“Hmph! Baiklah.. apa suamiku sudah lebih tenang? Karena ada hal yang ingin aku tanyakan” Aku tersenyum dan puas dengan jawabannya namun aku masih merasa ada yang janggal mengenai putra mahkota.

“Iya sayang” katanya dengan suara yang lembut. Ivander melepaskan pelukannya lalu menatapku lekat-lekat. Dia mendekat lalu meraih tanganku.

“Cup” Dia mencium punggung tanganku yang sebelumnya di cium oleh putra mahkota. “Aku tidak suka tangan ini tersentuh oleh bibir pria lain. Istriku, kamu hanya milikku” Ivander mengatakannya dengan sedikit kesal.

“Iya suamiku. Aku benar milikmu jadi tidak perlu khawatir” jawabku membuatnya lebih tenang.

Wajahnya memerah dan tersenyum cerah ketika mendengarkan jawaban yang memiliki arti kepemilikan. Meski terkadang aku terheran dengan sikapnya namun aku sangat senang karena Ivander bersikap seperti suami yang sangat mencintai istrinya.

Jika itu aku pasti aku sudah menandainya bahkan mengurungnya dalam kamar agar tidak ada seorang pun yang bisa melihatnya. Namun aku tidak bisa bersikap seperti itu karena meski jiwa ini adalah diriku tapi kembali lagi aku ingat bahwa tubuh ini milik Casandra.

“Terima kasih sudah mengatakannya sayang, cup” Ivander mencium keningku. “Jadi, apa yang mau kamu tanyakan, istriku” tanyanya penasaran.

Kami beralih ke sudut balkon dan berdiri menatap ke arah depan lalu aku pun memulai pembicaraan yang sangat membuatku penasaran.

“Sebenarnya apa hubunganku dengan putra mahkota? Dan apa benar, boleh memanggilnya dengan namanya? Bukankah beliau adalah orang yang harus di hormati?” tanyaku sambil menoleh ke arahnya.

Pandangan Ivander yang awalnya menatapku dengan tatapan yang hangat berubah. Matanya terbelalak namun dia terlihat menyimpan kekesalan di balik sorot matanya saat aku menanyakan perihal putra mahkota.

1
Riss Si Author
semangat ya
Riss Si Author
ini keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!