NovelToon NovelToon
Ketika Rahim Di Hakimi : Aku Di Ceraikan Suami Ku Karena Aku Di Tuduh Mandul

Ketika Rahim Di Hakimi : Aku Di Ceraikan Suami Ku Karena Aku Di Tuduh Mandul

Status: sedang berlangsung
Genre:Janda / Konflik etika / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:57.5k
Nilai: 5
Nama Author: korokoro

Amaya (Maya) , adalah seorang wanita paruh baya berusia 34 tahun.
Usia pernikahan yang hampir menginjak 10 Tahun, Maya dan Suaminya Andi, dan belum juga di karuniai seorang anak inilah yang menjadi Kehidupan rumah tangganya tidak lagi harmonis.
Maya juga selalu di perlakukan seperti orang asing, oleh suaminya.
Sampai akhirnya, Andi menggugat cerai Maya.
Maya yang selalu di cap sebagai Perempuan Mandul, harus memulai babak baru di kehidupannya setelah Andi menceraikannya.
Apa yang akan di alami maya setelah perceraian nya? Apakah Maya bisa bertahan dengan kesenderiannya? Bagaimana maya bisa menyikapi hujatan dan cacian orang-orang di sekitarnya setelah bercerai dari Andi?
***
Ini adalah novel pertama aku di genre wanita kuat-Drama Rumah Tangga.
Mohon dukungannya dengan selalu memberikan like dan komentar membangun. Happy Reading... 😍

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon korokoro, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Izin Makan Malam

"Aku minta izin untuk makan malam dengan Devina dan ibu." Ucap Andi sambil menghabiskan sarapannya pagi ini.

Maya dan Aisya yang duduk bersebelahan, menatap mata Andi bersamaan.

"Aku gak akan macam-macam. Aku cuma mau menepati janji ku saja." Andi meyakinkan.

Maya mengembuskan nafasnya pelan. Ia mencoba menerima kenyataan kalau Andi melakukan ini hanya demi ibu nya.

"Ya sudah mas. Aku dan Aisya tunggu kamu di rumah." Jawab Maya sambil menundukkan wajahnya.

Andi tidak bergeming, wajahnya yang hangat semalam saat makan malam, pagi ini berubah dingin. Entahlah apa yang di pikirkan Andi, yang jelas Maya merasa Andi menyimpan banyak sekali cerita di kepalanya yang belum bisa di ceritakannya.

Sarapan yang begitu dingin, sepi dan tanpa obrolan. Andi bahkan tidak menyapa Aisya saat ia berangkat. Padahal, Aisya dan Maya mengantar andi sampai di pintu depan.

...****************...

Hari itu berjalan lambat bagi Maya dan Aisya. Setelah Andi pergi, Maya mencoba menjalani rutinitasnya dengan Aisya, berharap bisa memberikan sedikit normalitas bagi putrinya. Namun, bayangan Bu Ratna dan Devina selalu menghantui pikirannya.

Sore nya, tiba-tiba Maya mendengar Ketukan keras di pintu depan rumahnya yang membuat jantung Maya berdetak lebih cepat. Dia tahu siapa yang datang sebelum dia membuka pintu. Dengan tangan gemetar, dia membuka pintu dan melihat Bu Ratna berdiri di sana, wajahnya penuh kemarahan.

"Kamu! Aku ingin bicara denganmu sekarang," kata Bu Ratna dengan nada memerintah.

Maya mengangguk pelan dan mempersilakan Bu Ratna masuk. Aisya, yang sedang bermain di ruang tamu, langsung merapat ke samping ibu angkatnya, merasa ketakutan dengan kehadiran nenek baru nya.

Bu Ratna duduk dengan angkuh di sofa, tatapannya tajam mengarah ke Maya. "Kamu tahu kenapa aku di sini, bukan?"

Maya menelan ludahnya, mencoba menenangkan diri. "Apa yang bisa saya bantu, Bu?"

Bu Ratna mengejek. "Jangan berpura-pura tidak tahu, Maya. Andi sudah memutuskan untuk menikahi Devina. Dan kamu? Kamu harus pergi dari rumah ini secepatnya. Andi tidak butuh perempuan lemah seperti dirimu lagi."

Maya menundukkan wajahnya, menahan air mata yang hampir keluar. "Bu, saya mohon. Saya dan Aisya... Kami tidak punya tempat lain."

"Masalahmu sendiri," kata Bu Ratna dingin. "Kamu harus pergi. Andi sudah muak denganmu. Devina adalah perempuan yang lebih baik untuknya. Lebih baik kau terima kenyataan ini."

Aisya yang mendengar ancaman itu, menggenggam tangan Maya erat-erat. "Ibu Maya. " bisiknya dengan suara pelan.

Maya memeluk Aisya, berusaha memberikan kekuatan pada anak yang sudah ia anggap sebagai putrinya sendiri.

Bu Ratna berdiri, siap untuk pergi. "Ingat, Maya. Kamu harus pergi sebelum Andi pulang malam ini. Aku tidak peduli ke mana kamu pergi, asalkan kamu tidak ada di sini lagi."

Maya terdiam, ia tidak menjawab apapun sampai ibu mertuanya kembali pergi meninggalkan rumahnya. Meskipun hatinya hancur. Setelah Bu Ratna pergi, Maya tahu dia tidak bisa menunggu lebih lama. Dia harus mencari bantuan.

"Bu, kita pulang ke pondok aja yuk, aku takut nenek datang lagi." bisik Aisya pelan.

Maya tersenyum menenangkan. "Sabar ya nak. Aisya harus kuat. Nenek itu asli nya baik, cuma mungkin sedang banyak pikiran jadi dia marah-marah."

Aisya mengangguk pelan seraya menuntun tangan Maya untuk masuk ke dalam kamarnya.

Ancaman dari ibu mertuanya barusan, setidaknya membuat Maya terpukul. apa yang harus dilakukannya sekarang? Ia ingin memperbaiki rumah tangganya dengan membawa Aisya ke kehidupan mereka. Tapi, Bu Ratna yang menentang, ditambah lagi Andi yang seperti nya belum begitu yakin dengan keputusan ini, membuat dirinya menjadi bimbang untuk ke sekian kali nya.

Setelah menutup pintu kamar Aisya, Maya kembali ke kamarnya, ia mencari ponsel nya, entahlah tiba-tiba hatinya ingin menelepon.

Dengan hati-hati, Maya menelepon Raga, pemuda pondok yang selalu menenangkannya selama ini.

"Assalamualaikum mas Raga." Sapa Maya saat teleponnya diangkat.

"Wa'Alaikum Salam. Ada apa mbak?" Tanya Raga santun.

Maya terlihat gelisah. Hatinya berkecamuk, antara ingin menceritakan semuanya atau mengurungkan niatnya.

"Maaf mengganggu mas. Aku ..." Maya menarik nafas nya pelan. "sepertinya aku harus mengembalikan Aisya ke pondok." Ucap Maya ragu.

"Loh kenapa mbak?" Tanya Raga pelan.

"Kondisi dirumah, tidak memungkinkan, aku takut Aisya malah tambah sedih kalau setiap hari ia harus menerima cacian dari ibu mertuaku."

Raga yang saat itu sedang mengerjakan sesuatu di depan laptop nya, memutuskan untuk meninggalkan meja kerja dan laptopnya. "Begini saja mbak, bagaimana kalau di pikirkan dulu, di bicarakan lagi dengan suami mbak. Nanti InshaAllah saya akan kesana untuk membantu mbak Maya bicara dengan suami nya." Jawab Raga pelan.

Maya terdiam sebentar. Ia tidak ingin membebani pemuda ini sebenarnya. Tapi, saran dari Raga, bisa jadi adalah jalan keluar bagi Maya saat ini.

"Baik mas, nanti saya coba bicarakan dulu dengan suami saya. Sebelumnya terimakasih atas bantuan mas Raga selama ini."

Raga menyandarkan tubuhnya di tiang kayu di depan ruangan kantor di pondok pesantren yang sudah jadi rumah kedua nya selama ini. "Tidak perlu berterima kasih mbak, saya yang harusnya terimakasih sama mbak Maya dan keluarga karena mau mengadopsi dan merawat Aisya."

Maya tersenyum, sampai menganggukkan kepala, seolah raga bisa melihat apa yang sedang di lakukannya. "Sama-sama mas, ya sudah sekali lagi maaf mengganggu waktunya. Assalamualaikum"

...****************...

Bu Ratna turun dari bangku penumpang mobilnya. Supirnya sudah membukakan pintu belakang dan berdiri menyambut tuannya keluar dari mobil.

Dengan langkah yang angkuh, wajah mendongak tanpa rasa empati, ia melewati beberapa orang yang duduk meminta-minta di pinggiran trotoar di sebuah jalan utama di pusat kota.

Kaki nya membawa Bu Ratna ke sebuah cafe elit yang belum begitu ramai sore ini.

Setelah sebelumnya ia melabrak menantu nya karena menganggap Maya sebagai penghalang rencana hubungan antara Andi dan Devina, Saat ini Bu Ratna menyempatkan diri untuk bertemu Devina di sebuah cafe.

Padahal, malam nanti mereka akan makan malam bersama di rumah Devina.

"Tante ..." Teriakan suara dari gadis yang di harapkan akan menjadi istri dari anaknya itu, sontak membuat wajah angkuhnya berubah. Senyum mulai merekah dari bibir merah yang sengaja di pulas oleh gincu mahal yang selalu di beli nya di luar negeri. Entahlah kenapa Bu Ratna ini selalu membeli produk dari luar negeri.

Kekayaan suami nya memang memungkinkan dirinya menjadi seorang wanita sosialita yang akhirnya membawa Bu Ratna ke sebuah pergaulan Hedon yang mengharuskan dirinya selalu tampil sempurna. Terbukti dari wajah nya, walaupun usianya sudah menginjak enam puluh tahunan, tapi penampilan dan wajahnya masih terlihat segar dan glamor.

"Devina ..." Bu Ratna balas menyapa Devina sambil menghampiri gadis cantik yang tingginya sekitar 178 cm dengan kaki jenjang dan kulit yang putih bak salju.

Setelah mereka berpelukan dan memberikan salam dengan cium pipi kiri dan kanan, mereka berdua duduk tanpa basa-basi langsung memulai pokok pembicaraan.

"Papa mama ku sudah ok tan, pesawat mereka datang malam jam tujuh mungkin, jadi mereka bisa ikut makan malam bareng dirumah." ucap Devina sambil memasang wajah ramah.

Begitu juga dengan Bu Ratna. Senyum nya merekah, berbeda sekali dengan tampangnya saat menghadapi menantunya sendiri.

"Syukurlah. Tante sudah gak sabar ketemu orang tua kamu." ucapnya. "Eh, saran Tante sudah di kerjain belum?" tanyanya.

Devina tersenyum sambil mengangkat ibu jari nya. "udah dong tan, kemarin aku udah kirimin makan siang ke kantor mas Andi." jawab Devina.

"Andi itu suka banget di perhatiin. Tante yakin, dia pasti sudah jatuh cinta sama kamu."

"Aku sampai di antar pulang ke rumah loh tan. Padahal aku bawa mobil, jadi mobil aku tinggal di kantor nya mas Andi." Devina terlihat akrab sekali. "Sore nya baru aku balik lagi buat ambil mobil."

"Owalah, effort sekali ya." Bu Ratna mengusap punggung tangan Devina. "Malam ini jangan lupa, gaun yang Tante beliin, kamu pakai. Andi pasti melongo liat kamu pakai gaun itu. Andi itu paling suka liat perempuan pakai gaun warna merah."

"Pasti dong tan..." Devina tersenyum kecil.

Obrolan mereka benar-benar menyatu. Mereka seperti seorang ibu dan anak yang akrab dan saling bercerita satu sama lain. Berkali-kali Bu Ratna memberi tahukan kesukaan anaknya, dan apa saja yang harus di lakukan Devina untuk menarik perhatian Andi.

Devina pun merasa sangat dekat dengan Bu Ratna ini. Keduanya sama-sama punya harapan yang sama. Devina, ingin memiliki Andi, dan Bu Ratna ingin anaknya menikahi Devina. Tapi masalahnya Andi masih sebagai suami sah dari Maya.

"Jadi kalau nanti mas Andi sudah tertarik sama aku, pernikahannya harus menunggu surat cerai mas Andi dulu ya tan?" Tanya Devina.

"Gampang itu. Andi sudah urus perceraiannya. kamu tenang aja." jawab Bu Ratna, wajahnya tertunduk, jelas sekali Bu Ratna menyembunyikan sesuatu.

Devina hanya tahu, kalau rumah tangga Andi sudah tidak harmonis dan Andi sedang mengurus perceraian. Itulah yang diceritakan oleh Bu Ratna.

Padahal faktanya, Maya dan Andi sedang mencoba memulai kembali rumah tangga nya dari awal, dengan kehadiran Aisya. Itulah kenapa Bu Ratna ingin sekali mengusir Maya dan Aisya.

...****************...

1
Sunaryati
Jangan sampai Usaha Andi berhasil Thoor, kapan Maya bahagianya
Lee Mba Young
Ealah orang kaya tp gmpang di bodohi, kan tinggal kasih duit trus suruh satpamnya anterin cari kosan, emang pesawat lngsung bisa beli tiket dadakan, iya kl ada yg cancel kl enggak aneh.
baik sm orang boleh tp ya jng bodoh gk ada mawas dirinya jd mlh cenderung oon.

tinggal kasih uang sewa kontrak an beres.
aneh raga dan maya ini mudah di begoin orang pdhl orang bisnis pasti otak encer
Retno Harningsih
up
Soraya
lanjut lagi thor
Retno Harningsih
up
Riaaimutt
typo 🙏🏾
Riaaimutt
lah.. ternyata
Sunaryati
Devina keguguran jadi cepat bisa cerai, Andi
Sunaryati
Lha berarti Andi mulai korupsi
Lee Mba Young
keguguran tu davina, lagian bkn anak andi
Retno Harningsih
up
Soraya
hadiah buat Maya selamat ya atas kehamilannya
Soraya
Andi korupsi rupanya
Sunaryati
Nah kan Maya akhirnya hamil, terimakasih Thoor,Raya dan Raga serta klh kecilnya otw bahagia. Mudah-mudahan Maya dan bayinya sehat, sempurna sampai lahiran
Retno Harningsih
lanjut
Retno Harningsih
up
Sunaryati
Lanjuut, jangan lama - lama upnya Thoor
Black Moon
Ditunggu up selanjutnya, Thor 🤗
Dimas Yudhistira
aura antagonisnya sudah tercium
Black Moon
Karma dibayar kontan 🤭
korokoro: sedang menikmati hasil perbuatannya 😚
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!