Balas Dendam Dahlia Dan Putranya

"Aku akan melakukan rencananya hari ini. Kita akan bertemu di persimpangan Dedalion, jam 12 siang!" Sebuah pesan dari Tiara membuat jantung Dahlia berdegup kencang. 

Deg!

"Jadi hari ini?" Ucap Dahlia segera membereskan barang-barangnya untuk langsung bergegas ke alamat yang telah dikirimkan oleh Tiara. 

Meski masih ada beberapa jam lagi, tapi perempuan itu ingin berada di sana lebih awal dan memantau situasi. 

Sementara di tempat lain, Tiara baru saja menaiki mobil untuk pergi ke kediaman Galang. 

Sambil duduk dalam mobil, Tiara ngambil ponselnya lalu menghubungi seseorang. 

Drrt... Drrrtttt....

"Halo," jawab seorang pria dari seberang telepon. 

"Kau sudah menyiapkan orang-orang yang aku minta itu kan?" Tanya Tiara. 

"Jangan khawatir, mereka baru saja berangkat ke alamat yang kau kirimkan padaku," kata Sang pria dari seberang telepon. 

"Bagus! Jangan lupa menyiapkan obatnya," ucap Tiara sebelum menutup panggilan telepon itu lalu dia beralih menelpon tunangannya. 

Drrtt... Drrtt... 

"Ya?" Ucap Galang dari seberang telpon. 

"Kau dimana?" Tanya Tiara. 

"Aku di kantor," jawab Galang dari seberang telepon dengan nada suara acuh tak acuh. 

Hal itu membuat Kirana merasa kesal, tetapi karena hari ini dia punya rencana, maka perempuan itu berkata, "semangat bekerjanya, nanti aku akan mengantarkan makanan untukmu."

"Ya," jawab Galang dengan singkat membuat Kirana segera menekan tombol merah pada layar ponselnya hingga mengakhiri panggilan telepon mereka. 

"Kenapa sih dia begitu dingin padaku?" Gerutu Kirana sambil melihat keluar jendela. Mereka hampir tiba di apartemen. 

Tetapi kemudian perempuan itu melototkan matanya saat melihat sebuah mobil yang melambung mereka merupakan mobil khas milik sekretaris Galang hingga perempuan itu dengan cepat mengambil ponselnya. 

Tiara menelpon sekretaris Galang. 

Drrt... Drrtt... Drrrtt...

"Ya?" Jawab sang sekretaris dari seberang telepon. 

"Kau ada di mana?" Tanya Tiara. 

"Di apartemen tuan Galang ," kata pria dari seberang telepon dengan singkat.  

"Baiklah, Apa kau lama di situ?" Tanya Tiara. 

"Kenapa Anda bertanya?" Tanya sang Sekretaris dengan curiga. 

"Tidak apa-apa," jawab Tiara mematikan panggilan telepon itu. 

"Tahan dulu mobilnya, kita masuk setelah sekretaris itu keluar," ucap Tiara yang tidak mau bertemu dengan sang sekretaris. 

Sementara sekretaris yang tiba di apartemen, pria itu telah menaruh tiga buah lukisan di depan Alan. 

Lalu dia menyalahkan kamera sambil berkata pada Alan, "ada 3 lukisan di sini, Yang manakah dari ketiga lukisan ini yang asli?" Tanya sang Sekretaris membuat Alan menatap sekretaris dengan tatapan tidak senang. 

"Kau berjanji mengizinkanku mengirim pesan Pada ibuku, tapi kenapa kau menundanya sampai sekarang?" Tanya Alan dengan suara yang dingin. 

"Hah,," sang sekretaris menghela nafas, 'kenapa aku merasa menghadapi Galang saat menghadapi pria kecil ini? Pembawaan mereka sangat mirip, bahkan aku lihat mata mereka juga mirip, tapi mana mungkin mereka anak dan ayah? Tuan Galang hanya pernah tidur dengan satu perempuan saja karena kecelakaan, dan perempuan itu adalah Tiara jadi tidak mungkin anak ini adalah,,, tunggu, Tidak ada salahnya kalau aku melakukan tes DNA 'kan?' ucap sang sekretaris dalam hati. 

"Kenapa diam saja? Bagaimana dengan mengirim pesannya?" Tanya Alan yang kini tidak sabar menghadapi pria di hadapannya. 

"Tentu saja! Tapi aku tidak punya nomor ponsel ibu mu, jadi--"

"Aku menghafal nomornya," ucap Alan kini mengulurkan tangannya ke arah sang sekretaris untuk meminta ponsel. 

"Hah,," sang sekretaris menghela nafas, dia tidak bisa mengalahkan anak kecil! 

Maka sekretaris itu memberikan ponsel pada alan tetapi dia tetap memantau Apa yang dilakukan Alan di ponselnya. 

"Setelah ini kau harus memberitahuku mana lukisan yang asli dari ketiga lukisan ini," ucap sang sekretaris. 

"Hm,," jawab Alan. 

Sekretaris pun tidak mengatakan apa-apa lagi, dia membaca satu persatu kata yang diketik Alan di ponselnya. 

"Ibu, ini aku Alan. Bagaimana kabar ibu? Aku harap kabar Ibu baik-baik saja seperti kabarku sekarang. Aku makan dengan baik dan tidur dengan nyenyak di malam hari, aku juga belajar dengan baik di sini Jadi Ibu tidak perlu mengkhawatirkanku. Aku sangat merindukan ibu, kita akan segera bertemu. Love u Bu," tulis Alan pada pesan singkat itu sebelum mengirimkannya pada nomor ponsel ibunya. 

Setelah selesai, alan mengembalikan ponsel itu pada sang sekretaris, "Terima kasih banyak," kata Alan. 

"Sama-sama, sekarang lihat lukisannya," ucap sang sekretaris membuat Alan memperhatikan ketiga lukisan di hadapannya. 

Dia tahu kalau lukisan paling kanan adalah lukisan yang asli, tapi entah kenapa Karena rasa kesalnya maka pria itu menunjuk lukisan yang ada di tengah, "ini asli," ucap Alan. 

"Apa? Kau yakin yang asli adalah yang di tengah?" Tanya sang sekretaris yang tak percaya kalau alan kembali gagal menebak mana lukisan asli di antara lukisan palsu. 

Alan mengangguk pelan, "itu asli, sekarang aku mau tidur," ucap Alan berbohong sambil berjalan ke kamarnya. 

Sekretaris memandangi kepergian alan sambil menggigit bibir bawahnya, 'apa dia memang tidak jenius dan yang kemarin itu terjadi hanya karena kebetulan?' ucap sang sekretaris dalam hati yang merasa sedikit kecewa.

Maka pria itu segera membereskan barang-barangnya dan meninggalkan apartemen untuk melaporkan kejadian tersebut pada Galang . 

Begitu mobil sang sekretaris meninggalkan apartemen, sebuah mobil yang merupakan mobil Tiara langsung memasuki tempat parkir. 

Tiara memasuki lift dan langsung naik ke unit apartemen milik Galang . 

'Hari ini pria kecil itu akan berakhir!' ucap Tiara dalam hati sambil mengepal kuat tangannya. 

Pokoknya rencana ini harus berjalan dengan lancar!