JANDA PERAWAN CEO

Yara akhirnya kembali ke rumahnya bersama Farrel. Dimana Naldo? Bukankah Naldo ingin tinggal serumah dengan mereka. Selidik punya selidik ternyata Farrel mengancam akan membatalkan perjanjian kerja sama dengan perusahaan Naldo jika Naldo memaksa untuk tinggal bersama mereka.

Farrel tidak ingin rencananya untuk berduaan dengan Yara terganggu orang ketiga. Farrel ingin Yara sedikit demi sedikit menyukainya. Yara kaget melihat isi rumahnya. Semua perabotan rumah diganti yang baru.

"Farrell, kita salah rumah," kata Yara.

"Maaf Yara, semua perabotan aku ganti tanpa persetujuan mu. Tapi aku sudah minta ijin sama Om Anas dan Tante Diana," ujar Farrel.

"Iya, terima kasih Farrel. Aku mau istirahat sebentar." Yara masuk ke dalam kamarnya.

Setelah mandi dan berganti pakaian, Yara duduk di depan meja rias. Yara merasa ada seseorang yang sedari tadi mengawasi. Yara menatap pantulan bayangan dirinya di balik kaca rias yang terbuat dari kayu jati. Semakin lama Yara semakin takut melihat bayangan dirinya.

Tiba-tiba saja, bayangan dirinya berubah menjadi seorang gadis yang cantik rupawan. Rambutnya lurus panjang dan mempunyai poni. Gadis itu tersenyum menatap Yara, lama kelamaan senyumannya berubah menjadi senyuman kemarahan. Matanya yang bersinar berubah menjadi merah penuh tetesan darah.

Gadis cantik itu wajahnya berubah menyeramkan. Dan gadis itu perlahan merangkak keluar dari cermin rias. Yara histeris berteriak keluar dari kamarnya. Farrel yang mendengar teriakkan Yara berlari dengan handuk yang terlilit di pinggang. Yara masuk dalam pelukan Farrel.

"Yara, ada apa?"

Yara tertegun memandangi roti sobek yang terukir indah di perut Farrel. Tanpa sadar tangannya menyentuh perut Farrel. Aroma tubuh Farrel juga seolah menghipnotis dirinya.

"Yara!" Farrel menyadarkan Yara dari pesona roti sobek.

"Hmm ... hmm a ... da setan!" Yara kembali memasukkan tubuhnya ke dalam pelukan Farrel.

Farrel tersenyum, Farrel pikir ini hanya akal-akalan Yarra untuk lebih dekat dengannya. Farrel ikut dalam permainan Yara. Farrel berpura-pura ketakutan.

"Benarkah? Dimana?" Farrel semakin erat memeluk Yara.

"Disana." Yara masih dalam pelukan Farrel mengangkat telunjuknya mengarah ke belakang.

Tepat di saat Yara menunjuk ke arah belakang, Farrel melihat seorang gadis cantik melangkah keluar dari kamar Yara. Awalnya Farrel mengagumi kecantikan gadis itu. Tapi tak lama kemudian gadis itu melotot ke arah Farrel. Wajahnya berubah menjadi sangat menyeramkan. Gadis itu mengarah ke arah Farrel.

Farrel berteriak histeris, Farrel berlari dan menarik Yara ke luar rumah. Farrel menyuruh Yara masuk ke dalam mobilnya. Secepat kilat Farrel melajukan mobilnya ke jalan raya yang padat merayap.

"Hmm, Farrel. Kita mau kemana? Kamu gak pakai baju." Yara bertanya tanpa menoleh ke arah Farrel.

"Untuk sementara kita tinggal di rumah ku. Aku jamin, di sana aman dari makhluk astral." Farrel menutup bagian bawahnya dengan jas yang ada di kursi belakang.

'Si junior' hari ini kenapa? Malah mengintip ke arah Yara. Sabar 'junior' aku lagi berusaha mengejar janda perwan ku, batin Farrel.

Akhirnya mereka memasuki halaman rumah yang besar. Mata Yara tertuju ke depan pintu gerbang yang bertuliskan inisial 'FY'. Di tengah-tengah halaman rumah terdapat kolam kecil dan ada simbol love terbuat dari batu juga ada inisial 'FY'.

"Farrel ini rumah siapa?" pandangan Yara terus tertuju ke rumah besar yang berinisal 'FY'.

"Ini rumah mu. Hadiah pernikahan kita. Tapi--."

"Maksudmu?" mata Yara terbuka lebar.

"Sudah ku bilang. Aku sungguh-sungguh menikahi mu. Perjanjian kontrak sudah aku hancurkan. Aku mencintaimu Yara. Aku ingin rujuk." Farrel menatap ke arah Yara.

"Tapi ...."

"Yara, untuk terakhir kalinya. Mau kah kamu menikah dengan ku?" Farrel meraih jemari Yara dan memasangkan cincin berlian ke jari manis Yara yang selalu dibawanya dalam dashboard mobilnya.

"Farrel, a ... ku ...." Yara membalas tatapan Farrel dengan lesu.

"Iya, aku sudah menduganya. Memang perasaan tidak bisa dipaksa. Aku mengerti." Farrel melepaskan pegangannya.

Farrel membuka sabuk pengaman bersiap untuk keluar dari mobil.

"Farrel, aku juga mencintaimu."

Mata Farrel terbelalak, Farrel menoleh ke arah Yara.

"Maaf, selama ini aku masih meragukan perasaan mu padaku. Kamu telah menyakiti hati dan perasaan ku kala itu. Kata-kata yang kamu lontarkan membuat ku sakit hati," kata Yara.

"Kalimat yang mana?" tanya Farrel.

"Ingat selama pernikahan wajah kamu akan ditutup. Setelah kita bercerai, tidak akan ada yang tahu kamu janda saya." Yara mengulang kalimat sakti Farrel.

"Maaf, itu sebelum aku jatuh cinta padamu. Apa karena itu kamu selalu menolakku?" wajah Farrel berubah sendu.

"Iya," jawab Yara.

"Maaf, maafkan aku. Dan apakah kamu mau rujuk dengan ku?" tanya Farrel.

"Iya."

"Serius?" mata Farrel berbinar

"Iya." Yara meyakinkan Farrel.

"Terima kasih." Farrel mendekatkan diri ke arah Yara.

Deg, deg, Yara merasakan jantungnya akan meledak ketika Farrel mengecup manis bibirnya. Dan Yara serasa melayang ketika Farrel menarik tengkuknya dan melahap bibir mungilnya. Ini pengalaman pertama bagi Yara. Yara hanya diam merasakan bibirnya ditarik dan dihisap Farrel.

Farrel tersenyum, Farrel yakin ini pengalaman pertama Yara. Ternyata Yara masih perawan. Dan ini juga pengalaman pertama bagi Farrel. Karena selama bersama Wanda, Farrel tidak pernah menyentuhnya.

BEEP!

BEEP!

Farrel melepaskan pagutan bibirnya. Kaca mobil Farrel diketuk beberapa kali. Farrel terkejut bukan main, ternyata Papahnya sudah berdiri di samping mobil.

"Papah." Farrel keluar dari mobil.

"Farrel, apa kamu menceraikan istri mu!" Papah Hadi menghentakkan tongkat yang ada di tangannya.

"Pah, maafin Farrel. Itu diluar kendali Farrel. Tapi Yara bersedia rujuk sama Farrel." Farrel menunduk.

"Apa yang kamu lakukan, handukmu melorot!" tunjuk Papah Hadi.

Farrel segera menaikkan handuk yang dipakainya. Yara pun menghampiri Papah Farrel dan mencium punggung tangannya.

"Apa yang kalian lakukan!" Papah Hadi menatap mereka berdua.

"Pah, Yara bersedia rujuk dengan Farrel," jawab Farrel.

"Benarkah?" Papah Hadi menatap Yara.

"I ... ya, saya bersedia. Kami sedang menyelesaikan masalah kami." Yara tidak berani menatap Papah Hadi.

"Kalian berdua, sudah melakukan hal-hal yang memalukan di dalam mobil!" Papah Hadi marah.

"Pah, Farrel bisa jelasin. Ini tidak seperti Papah lihat. Ada hantu Pah di rumah Yara. Farrel panik menyelamatkan diri." Farrel terlihat berkeringat dingin.

"Iya Pah, ini tidak seperti yang Papah lihat. Saya jamin, Farrel tidak melakukan hal-hal yang aneh," kata Yara.

"Farrel, apa yang kamu lakukan!" kali ini Papah Hadi menatap tajam ke arah Farrel.

"Farrel senang Yara mau rujuk dengan Farrel. Farrel cuman mengecup bibir Yara, se ... di ... kit." Farrel tersenyum nakal ke arah Papah Hadi.

"Farrel," Yara tersipu dan menundukkan wajahnya.

"Kalian berdua, Papah kecewa sama kalian! Anas, Diana bagaimana ini!"

"Bunda, Ayah ada di sini?" Yara kaget dan takut kedua orang tuanya tiba-tiba ada di belakang mereka.

"Om, Tante, maaf ini bukan salah Yara." Farrel mengatupkan kedua tangannya.

"Farrel kamu harus bertanggung jawab!" Anas penuh kemarahan melotot ke arah Farrel.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...