Penyesalan memang selalu datang terlambat, itulah yang dialami gadis cantik bernama Clara.
Efek mabuk dan ketampanan seorang pria bernama Dean, ia sampai kehilangan kesuciannya di malam itu dan mengandung.
Ia tak punya pilihan lain selain harus menikah kontrak dengan Dean.
Saat Clara berharap akan cinta Dean, masa lalu Dean terus mengganggunya.
Apakah ia bisa menggantikan posisi wanita pengisi hati Dean pada akhirnya?
Atau semuanya akan berakhir sesuai tanggal batas akhir kontrak pernikahan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xoxo_lloovvee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13
Clara terbangun dari tidurnya setelah mendengar suara pintu terbuka. Ia mengecek jam di handphonenya ternyata sudah jam 12 malam.
"Apa itu Dean?"
Clara memberanikan diri mengintip dari pintu. Ia melihat bayangan pria yang mengunci pintu.
"Dean, kok baru pulang sekarang?" Clara keluar kamar setelah yakin pria itu memang Dean.
"Dari tempat Abad."
Sebenarnya Clara penasaran kenapa Dean selalu ke tempat Abad. Ia memiliki banyak teman tapi kenapa hanya Abad yang ia terus datangi.
"Kau bawa mobil padahal mabuk?"
Bau miras terasa menyengat dari Dean. Ia juga terlihat sempoyongan. Kenapa Dean seceroboh ini?
"Aku nggak terlalu mabuk kok," ucap Dean.
Ucapannya langsung terbukti bohong saat ia terjatuh. Keadaannya sungguh kacau.
"Nggak mabuk gimana?" Clara langsung menghampiri Dean yang terduduk di depan pintu rumah. "Ayo kita ke kamar."
Meski tak punya tenaga besar, Clara membopong Dean ke kamar tempat Dean tidur. Ia merapikan selimut tempat Dean tidur dan mencoba menidurkan Dean di sana.
Clara mencoba membaringkan Dean tapi malah terjatuh karena berat badan Dean. Parahnya ia malah jatuh ke pelukan suaminya itu.
"Maaf," ucap Clara membebaskan diri.
Tangan Dean melingkar di pinggang Clara menahannya. Mereka saling menatap untuk waktu yang singkat.
"Dean, jangan," Clara mengingatkan. Ia tak ingin semakin terikat dengan Dean.
Dean melepaskan Clara dari pelukannya. Sedikit sadar dengan ulahnya. "Maaf."
"Tidurlah."
Tangan Dean kembali menahan Clara yang mencoba bangun. "Bella..."
Dean menarik Clara sampai jatuh menimpanya. Tanpa aba-aba Dean menyatukan bibir mereka. Ia mencumbu Clara dengan lembut sampai-sampai Clara dibuat mabuk karenanya.
"I miss you," bisik Dean saat bibir mereka terpisah.
Clara mendorong tubuh Dean dan melarikan diri dari kamar itu. Ia bukan Bella.
"Bodoh, mengapa kau berharap Dean akan mencintaimu?"
Kejadian sesaat itu membuat hatinya perih. Selama ini ia selalu menahan dirinya untuk tak berharap lebih dari Dean. Ia sadar, di hati Dean saat ini masih ada perempuan bernama Bella.
Clara ingin pernikahan ini layaknya pernikahan pada umumnya di mana mereka saling mencintai satu sama lain, berbagi suka duka bersama. Apa daya, semuanya hanya sandiwara di atas kertas.
Clara juga sadar, Dean sudah mengalami banyak hal karena ulahnya dan ia tak ingin menambah masalah Dean. Ia hanya ingin menghabiskan waktu dua tahun ini dengan keadaan tenang. Setelahnya, Dean bisa bebas darinya.
...****************...
Clara memasak seadanya untuk sarapan mereka. Sayur dalam kulkas tinggal sedikit dan ia bingung memasak apa. Jadilah kini di atas meja telur dadar andalan Clara.
Dean yang sudah selesai mandi dan berpakaian bergabung dengan Clara di meja makan. Ia masih terlihat mabuk.
"Lain kali kalau mabuk, mending nginap di tempat Abad daripada harus nyetir," Clara mengingatkan.
"Iya." Dean mengangguk.
Dean berangkat kerja setelah sarapan. Ia sama sekali tak menyebutkan hal tadi malam dan Clara pun tak ingin mengungkitnya. Tampaknya Dean tidak sadar akan hal itu karena ia terlihat tidak canggung saat bersama Clara. Atau memang sifatnya yang tidak bisa ditebak.
Gina datang siang hari membawa cemilan untuk mereka berdua. Sudah jadi rutinitas Gina untuk datang setiap hari ke rumah Clara. Dean yang bekerja seharian tak akan pulang ke rumah sampai malam jadi Gina diminta untuk menemani Clara.
"Nindy sama Zira mana?" tanya Clara.
"Kencan."
"Kamu nggak kencan?" ujar Clara menggoda Gina.
"Nggak usah ngeledek," sahut Gina kesal.
Clara tertawa mendengar bentakan Gina yang selalu sensitif tentang teman kencannya. "Nggak mau coba pdkt sama Abad, nanti ku bantu."
"Apa sih, Ra. Emangnya nggak ada cowok lain apa?"
"Kamu kenapa sih sensitif banget sama Abad? Wajahnya nggak buruk-buruk amat kok."
"Wajahnya sih nggak masalah Ra, sifatnya yang masalah. Tiap ketemu selalu aja bikin kesal."
Clara terkekeh mendengar pengakuan Gina. Sifat jahil Abad selalu membuat Gina yang mudah emosi kesal. Padahal dipikir-pikir Abad orangnya baik. Mungkin itu juga alasan Dean bersahabat dengannya.
"Oh iya Gin," Clara mengganti topik, "Kamu kenal Bella nggak?"
"Bella?" Gina mencoba mengingat. "Entah Ra, kayanya aku nggak punya teman namanya Bella. Emang kenapa?"
Clara ragu mengatakannya tapi ia sungguh ingin tahu siapa Bella. Ia sudah menstalking akun Dean dan tak menemukan perempuan bernama Bella itu.
"Umm... Mantannya Dean."
"Kenapa? Dia ganggu kalian?"
"Enggak Gin, enggak gitu. Aku cuman penasaran aja sama Bella itu," ucap Clara mengklarifikasi sebelum Gina menarik kesimpulan lain.
"Cie, cemburu ya," ledek Gina.
"Memangnya aku boleh cemburu? Aku, ya, cuman penasaran aja sama cewek itu."
"Kenapa nggak boleh cemburu? Kamu kan istrinya."
Clara menghela napas. Ia tidak bisa memberikan pernyataan apapun pada Gina.
"Maaf, Ra."
Clara mengangguk.
"Kamu nggak berani nanya ke Dean siapa Bella?" selidik Gina.
"Dia nggak pernah bercerita tentang Bella. Aku nggak berani nanya juga."
Gina paham. Posisi Clara memang tidak memungkinkannya untuk menanyakan masa lalu Dean.
"Apa aku tanya Abad aja ya?" Clara menimbang-nimbang.
"Abad? Tapi gimana kalo dia bilang ke Dean kamu nanya tentang Bella?"
Clara tahu akan hal itu. Ia hanya tak punya ide lain untuk mengetahui siapa Bella. Seberapa sesempurnanya sih Bella sampai membuat Clara sebegitu tak pantas untuk Dean.
"Terus, menurutmu aku harus gimana?"
Gina berpikir keras. "Entah Ra. Aku nggak tahu."
"Atau... Gimana kalo kita nyari cara buat Abad tetap tutup mulut?"
"Caranya?"
"Enggak tahu Gin, otak aku buntu."
Gina hanya bisa geleng-geleng melihat tingkah temannya. Sudah jelas ia sedang cemburu meski menyangkalnya.
"Kamu udah stalking akun teman Dean yang lain? Siapa tahu ada yang temenan sama si Bella ini."
"Udah Gin, aku udah cek satu-satu, tapi nggak nemu. Kayanya dia nggak punya sosmed."
Gina tampak berpikir. "Atau... Kita bisa nyari tahu dari teman kuliah Dean yang nggak dekat sama dia, siapa tahu si Bella ini teman kampusnya."
Clara menganga. Ia tidak berpikiran kesitu. "Kamu benar Gin. Kita harus nyari tahu di kampusnya dulu."
Gina tersenyum puas karena idenya lumayan juga.
"Bantuin aku ya Gin," ucap Clara setengah merengek. Ia memasang wajah kasihan agar Gina mau membantunya.
"Aku?"
Clara mengangguk, mengedip-ngedipkan matanya seperti anak kucing. "Plis Gin bantuin aku."
pengen gue krues 😡😡😡
istriku ? sejak kapan Dean manggil Clara kaya gitu
kasihan Clara yg udah nungguin Dean
positif thinking aja Clara gak mungkin Dean melakukan hal seperti itu di belakang mu
1 cinta masa lalu 1 lagi cinta nya sekarang
oops salah Dean kan belum tau perasannya ke Clara 😁😁
perempuan kan masih pakai make up in itu beda jauh sama cowo
semangat author... /Rose//Rose//Rose//Rose/