Empat orang perempuan sebaya, bisa melihat makhluk tak kasat mata yang ada di sekitarnya. Walaupun mereka takut tapi itu tidak menghalangi mereka untuk membicarakan makhluk yang mereka lihat.
Sampai dimana, salah satu diantara mereka mengetahui suatu fakta yang membuatnya takut apa yang akan terjadi padanya.
Teman-temannya yang mengetahui hal itu tidak tinggal diam, mereka membantu untuk menyelesaikannya walaupun nyawa mereka taruhannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xzava, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Anak yang tadi di tunjuk dan di tegur oleh mahluk yang merasuki tubuh Bulan, segera membersihkan pohon tersebut, dia tadi membuang sampah botol plastik disana hanya satu botol dan plastik tapi berakibat fatal.
"Lah kalian masih kesurupan," ucap Chika
"Kirain udah keluar soalnya diam-diam aja," ucap Delis
Karena hanya guru agama mereka yang ada di aula, pak ustadz memantau anak-anak lain membersihkan sekitar pohon tadi sesuai janjinya dengan si mahluk.
Adel, Chika, Delis dan beberapa siswa lainnya serta panitia membantu pak guru memegang siswa yang kesurupan dan mengeluarkan mahluk yang merasuki siswa tersebut.
Disaat sudah selesai mengeluarkan mahluk ternyata ada satu sosok lagi yang masuk ke tubuh salah satu siswa perempuan, dan langsung berkata "Heeey kalian semua, jangan keluarkan aku dulu, anak-anak ini masih ada yang jorok, aku harus kasih mereka pelajaran," ucapnya smbil berjalan ke arah kerumunan anak perempuan.
"Mereka ini ada yang gak bersihin WC kalau sudah dipakai, KALIAN PIKIR ITU HUTAN?" suaranya tiba-tiba meninggi.
Sosok perempuan itu menunjuk semua siswa yang sering melakukan hal itu, dia meminta siswa tersebut membersihkan WC denga sangat bersih.
"Cepat lakukan sebelum yang lain kesurupan lagi," ancamnya.
Siswa yang di tunjuk tadi segera berlari ke WC perempuan, malu bercampur takut membuat mereka membersihkan dengan sangat-sangat bersih.
Diam diam pak ustadz mengeluarkan sosok perempuan itu dengan menepuk pundak siswa perempuan tersebut.
Telat pukul 10 lewat, semua baru tenang, sisa yang kesurupan pun mulai membaik, mereka semua di arahkan ke tenda untuk istirahat, karena tepat jam 12 malam nanti, mereka akan menyalakan api unggun.
Bulan yang sudah sadar juga kembali ke tenda di bantu dengan teman-temannya. Raffi yang melihat Bulan kesusahan jalan berinsiatif untuk menggendong Bulan kembali ke tenda.
Tapi sebelum itu dia masih mengawasi dari belakang, kak Kirana yang melihat itu mensejajarkan langkahnya dengan kak Raffi, "Raff tumbenan kamu perhatian sama perempuan biasanya mah cuek poll," ucap kak Kirana,
"Merasa bersalah aja, tuh bocah tadi jatuh di sungai gara-gara aku terus sakit, mana tadi bocah ngomong harus tanggung jawab sampai dia bener bener sembuh, aku juga gak enak," ucap Raffi.
"Bantuin noh turun," ucap kak Kirana meminta bantuan ke kak Raffi, karena melihat siswa dampingannya kesusahan menuntun Bulan turun ke lokasi perkemahan.
Kak Raffi langsung menggendong Bulan di pundaknya, sontak panitia dan siswa yang melihat berteriak, Bulan yang kaget pun minta di turunkan karena dia merasa masih kuat untuk jalan, dan tentunya dia malu dilihat yang lain.
Setelah sampai di bawah, kak Raffi bukannya menurunkan Bulan tapi tetap menggendong Bulan ke depan tendanya.
"Kenapa sih kak, aku bisa jalan juga," ucap Bulan protes.
"Katanya aku harus tanggung jawab, ini bentuk tanggung jawab aku," ucap kak Raffi beranjak pergi "Sakit tapi tetap kuat ngomel, dasar betina," sambung kak Raffi yang masih bisa di dengar oleh telinga Bulan, sontak Bulan mengambil batu kecil dan lempar punggung laki-laki itu.
"Mampus," ucap Bulan saat lemparannya mengenai sasaran.
Tepat pukul 12 malam, semua dibangunkan kembali dan diperintahkan untuk berkumpul di lapangan.
Siswa laki-laki di perintahkan untuk membantu panitia menyusun kayu-kayu yang akan mereka gunakan nantinya.
Setelah semua selesai, siswa pun sudah berbaris mengelilingi tumpukan kayu tersebut. Mereka menyalakan api unggun serta bernyanyi dan bermain game.
Bulan yang sudah semakin membaik, merasa bosan yang berfikir untuk mengusili teman-temannya. Belum sempat dia melaksanakan aksinya, tampa di sengaja dia melihat sosok yang sangat besar, sedang berdiri di dekat wc.
Bulan yang melihat, langsung mengalihkan wajahnya, memberikan kode ke Delis yang duduk di belakangnya untuk melihat ke arah makhluk itu berdiri.
Sontak Delis kaget, "Astaghfirullah, besar kali," ucapnya tanpa memalingkan wajahnya dari makhluk itu.
Teman-temannya yang penasaran juga melihat ke arah sana tapi tidak melihat apa-apa.
"Apa yang besar Lis?" Tanya Tara.
"Aah sosok ntah tuh apa, hitam leg," belum sempat Delis menyelesaikan ucapannya.
"Diam." Delis mendengar suara yang berat tepat di telinganya, sontak Delis mematung.
"Astaghfirullah, jangan di bahas bahaya," ucapnya ke Tara dan langsung memalingkan wajahnya.
Bulan yang masih penasaran sesekali melihat ke arah makhluk besar hitam legam dan memiliki mata yang merah menyala, Bulan yang melihat itu mengidik ngeri ketakutan.
Makhluk hitam itu yang Bulan fikir adalah genderuwo, tetap berada disana tidak beranjak. Tatapan yang menyeramkan itu tidak menunjukkan kemarahan, mahkluk itu hanya memantau.
Tiba-tiba saja kak Raffi lewat di depan Bulan, dan membuat Bulan berhenti melihat ke arah makhluk itu, justru melihat ke arah kak Raffi.
"Kalau di pikir-pikir kak Raffi ganteng juga ya," ucap Bulan dalam hati yang membuat dirinya senyum tanpa sadar.
"Woy ngapain lu senyum-senyum, kesambet ntar yang repot kami," ucap Adel sambil menepuk pundak Bulan, yang membuat Bulan sontak kaget.
"Apaan sih Del, lagi menikmati ciptaan tuhan juga," ucapnya ke Adel.
"Ciptaan tuhan?" Tanya Adel yang melihat sekeliling tapi tidak tau siapa yang di maksud oleh Bulan.
Bulan yang berfikir gak mungkin menjawab itu kak Raffi langsung mengatakan, "Noh ada di dekat wc," ucapnya yang langsung membuat Adel melihat ke arah sana.
"Astaghfirullah, bener bener lu ye," ucapnya kaget dan langsung memalingkan wajahnya.
"Jangan ada yang melamun ya," ucap Delis mengingat temannya, "Ajak ngobrol ringan yang lain," sambungnya.
Tepat pukul 2 subuh, acaranya sudah selesai. Mereka diarahkan kembali ke tenda untuk istirahat karena nantinya akan dibangunkan lagi melaksanakan sholat subuh berjamaah.
Pada saat Bulan dkk berjalan ke tenda, tiba-tiba saja kak Raffi lagi-lagi datang ke mereka, "Udah sembuh kan?" Tanya langsung ke Bulan.
"Belum," jawab Bulan karena merasa masih belum terlalu sehat.
"Oke." Setelah mengatakan itu kak Raffi langsung beranjak pergi.
Teman-teman Bulan yang melihat tingkah kak Raffi langsung heran, "Gitu doang?" Tanya Mora.
"Ucapin selamat istirahat kek apa kek langsung cuss," ucap Zia menimpali.
"Manusia kaku emang gitu," ucap kak Kirana yang tiba-tiba muncul di belakang mereka.
Sontak mereka kaget melihat kakak pendampingnya sudah berada di belakang mereka. "Astaghfirullah," ucap mereka kompak, dan langsung masuk ke dalam tenda.
"Tiba-tiba banget kakak ada di belakang kami," ucap Mora.
"Saya mah bareng Raffi tadi kalian aja yang gak liat kakak," ucap kak Kirana yang membuat mereka mengangguk-angguk.
"Udah istirahat, kalau kalian gak mau tidur, udah diam aja matiin lampunya biar keamanan gak denger." Ucap kak Kirana, semua langsung istirahat.