Dean Benicio dan Janella Winkler adalah sepasang suami istri yang saling mencintai.
Karena sebuah penyerangan, Jane yang tengah hamil besar harus berpisah dengan Dean. Tak lama kemudian sebuah kabar membuat Jane hampir kehilangan anak-anak yang dikandungnya. Dean dikabarkan meninggal, Rex sang asisten pribadi pun juga tidak kabarnya.
5 tahun berlalu, Jane bersama anak kembarnya datang kembali ke kota tempatnya dulu tinggal. Jane ingin mengenalkan kenangan Dean kepada Ethan dan Emma.
Tapi saat sedang berada di taman, Jane melihat Dean yang sang duduk di sana. Jane menggandeng kedua anak kembarnya berlari menghampiri Dean. Jane langsung memeluk Dean tapi sebuah kalimat membuat Jane tersentak.
" Kamu siapa?"
Bukan hanya itu yang membuat Jane terkejut, datangnya seorang wanita dan anak kecil yang memanggil ayah pada Dean semakin membuat Jane bingung.
" Jika itu adalah Daddy kita maka tidak ada yang boleh memanggilnya ayah," ucap Emma dan Ethan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Anak Kembar 13
Dini hari sekitar pukul 02.00, Ethan terbangun dan langsung berjibaku dengan perangkat komputernya. Dia merutuki dirinya sendiri yang semalam langsung tertidur. Padahal Ethan ingin sekali bisa segera mengetahui informasi mengenai keluarga Martinez.
Tik tak tik tak
Tangan Ethan menari indah di atas keyboard. Ia terus mencoba menerobos keamanan sistem kemanan data milik keluarga Martinez. Dapat Ethan ketahui bahwa keluarga Martinez juga memiliki sebuah usaha dagang. Nah perdagangan apa yang mereka tekuni saat ini sedang Ethan cari.
Berkali-kali menekan tombol enter setiap melakukan pencarian namun hasilnya adalah FAILED. Ethan mengeram kesal. Sudah hampir 2 jam dia tidak juga menghasilkan apapun.
" Eth, apa yang kamu lakukan?"
" Ohh kau bangun Em, sorry membuatmu bangun. Mencari data si Martinez ini. Tapi dari tadi aku mencoba tetap tidak bisa, apakah mereka sangat hebat atau kemampuanku yang kurang mumpuni?" ucap Ethan lesu.
Emma menepuk punggung sang kembaran degan lembut. Ia tahu Ethan sudah berusaha sebisa mungkin, tapi mungkin saja memang benar kemanan data keluaran Martinez terlalu kuat.
" Eth, mengapa kau tidak minta tolong kepada bias mu?"
" Maksudmu Em?"
" Mr. Sun, kau sungguh mengidolakan dia. Meskipun menurutku aneh sih karena muka saja tidak lihat tapi bisa segitunya menggilai dia. Nah minta tolong lah sama dia Eth."
Mata Etan berbinar, dia baru ingat akan hal itu. Tapi tidak lama kemudian wajahnya menjadi lesu lagi. Emma mengerutkan kedua alisnya melihat ekspresi Ethan yang berubah begitu cepat itu.
" Kenapa tiba-tiba jadi lemes begitu?"
" Kau punya berapa di tabunganmu Em, aku hanya punya beberapa dolar saja. Kamu pikir memakai jasa Mr. Sun itu murah. Dia hacker internasional, bayarannya mahal. Apa kau tahu Em, bahan dia selalu memilih kliennya. Dia tidak sembarangan memilih pekerjaan."
Emma mengerti, dia tahu kalau meminta jasa Mr. Sun maka harus mengeluarkan banyak uang dan mereka saat ini tidak memilki uang yang banyak.
" Tapi Eth, coba aja dulu. Sapa tahu dia mau memberi kita cuma-cuma."
" Nanti saja Em, aku akan berusaha lebih untuk ini. Tenang, aku yakin aku bisa melakukannya. Siapa tahu kan aku jadi Mr. Sun kedua."
" Jangan bermimpi terlalu tinggi Eth, kalau jatuh sakit."
Ethan mencembikkan bibirnya saat Emma mengatakan hal tersebut. Emma selalu berpikir realistis yang kadang-kadang membuat Ethan kesal.
Meskipun mereka kembar, tapi sifat dan sikap keduanya sangat berbeda. Namun mereka kadang memiliki sebuah telepati yang kuat. Emma akan bisa merasakan kalau Ethan sedang dalam bahaya, pun sebaliknya.
" Baiklah mari kita mulai lagi. Masih ada waktu sekitar 3 jam lagi sebelum matahari terbit."
Ethan mengangkat kedua tangannya ke udara. Semangatnya seperti muncul lagi. Emma hanya tersenyum simpul. Dia memilih untuk keluar dari kamar. Emma ingin pergi ke dapur hendak mengambilkan minum untuk Ethan. Tapi langkah Emma terhenti saat melihat sang ibu yang duduk tidur di sofa. Emma jela merasa heran, mengapa ibu nya tidur di situ dan bukan di kamar.
Tidak mau mengganggu sang ibu, Emma memilih masuk ke kamar ibu nya untuk mengambil selimut. Sekarang sudah memasuki bulan Desember. Salju mulai turun dan pasti udara dingin semakin terasa. Emma tidak ingin sang ibu masuk angin karena udara dingin yang menyeruak. Terlebih mereka belum membuat perapian di dalam rumah.
Tak tak tak
Emma kembali ke kamar dengan dengan membawakan segelas susu hangat untuk sang saudara kembar. Ethan mengucapkan terimakasih saat menerima gelas susu yang diberikan oleh Emma. Tapi Ethan sedikit merasa terganggu degan wajah Emma yang sedikit murung.
" Kamu kenapa Em?"
" Aku melihat Mommy tertidur di sofa. Sepertinya Mommy sangat kelelahan. Semenjak kembali ke negara ini Mommy begitu keras bekerja. Aku khawatir Mommy akan sakit."
Ethan terdiam sejenak, ia lalu mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang.
" Ya Uncle Jas, bisakah Uncle mengirimkan vitamin untuk Mommy? Mommy terlihat sangat kelelahan karena begitu keras bekerja."
" Oke sayang, nanti akan Uncle Jas kirimkan. Bagaimana kabar kalian?"
" Kami baik saja di sini. Salam untuk Ken ya."
Ethan menutup panggilannya. Dia lalu tersenyum ke arah sang kembaran. " See, beres kan. Semua sudah terselesaikan. kamu tidak perlu khawatir lagi soal kesehatan Mommy. Uncle Jas paling tahu soal kesehatan Mommy, maka dari itu aku meminta Uncle untuk mengirimkan vitamin bagi Mommy."
" Kamu memang yang terbaik Eth. Aku menyayangimu."
Emma langsung memeluk Ethan. Kedua bocah itu sungguh saling mencintai. Bagaimanapun mereka lahir bersama, rasa sayang antara saudara memang sangat kuat.
" Aku akan membuatkan mu kimbab, kamu mau isian apa Eth."
" Apa saja Em, aku akan melanjutkan pekerjaanku."
TBC
