Pernikahan yang terjadi karena hamil duluan saat masih SMA, membuat usia pernikahan Ara dan Semeru tidak berjalan lama. Usia yang belum matang dan ego yang masih sama-sama tinggi di tambah kesalah pahaman, membuat Semeru menjatuhkan talak.
Setelah 7 tahun berpisah, Ara kembali bertemu dengan Semeru dan anaknya. Namun karena kesalah fahaman di masa lalu yang membuat ia diceraikan, Semeru tak mengizinkan Ara mengaku di depan Lala jika ia adalah ibu kandungnya. Namun hal itu tak membuat Ara putus asa, ia terus berusaha untuk dekat dengan Lala, bahkan secara terang-terangan, mengajak Semeru rujuk, meski hal itu terkesan memalukan dan mudahan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TITIP ARA
"Baik-baik disini," Ridho berpesan pada Ara sebelum ia meninggalkan rumah itu. "Jaga diri dan sikap. Kalau ada apa-apa, jangan sungkan cerita sama Abang," mengusap kepala Ara. "Abang sadar, belum menjadi Abang yang baik buat kamu, Ra," ia kembali mewek. Sumpah, hari ini ia benar-benar capek nangis. "Maafin Abang," memeluk Ara, mengecup puncak kepalanya beberapa kali.
Ara menggeleng. "Bagi Ara, Abang adalah abang yang terbaik. Terimakasih hari ini sudah mau menggantikan ayah, menikahkan Ara. Cuma Abang satu-satunya keluarga Ara di dunia ini. Ara sayang Abang."
Ridho melepas pelukannya, tersenyum sambil memegang kedua pundaknya. "Kamu sudah punya banyak keluarga sekarang. Punya suami, mertua, ipar, semua keluarga kamu. Semoga saja setelah punya keluarga kaya, kamu gak akan lupa sama Abang."
Ara tersenyum sambil menangis. "Mana mungkin Ara bisa melupakan Abang, kita sedarah, lahir dari rahim yang sama."
"Kalau ada apa-apa, jangan ragu untuk cerita ke Abang." Ridho kembali mengulang kalimat tersebut. Ingin Ara merasa, jika ia tak sendirian, masih punya Abang.
Ara mengangguk sambil tersenyum.
Setelah memberikan beberapa pesan pada Ara, Ridho berpamitan pada keluarga Meru. "Saya titip Ara," ujarnya pada Pak Jovan dan Bu Rara. "Adik saya masih belum terlalu dewasa, mohon maaf jika nanti dia belum bisa menjadi menantu yang baik di rumah ini."
"Tidak usah risau akan hal itu," Papi Jovan tersenyum, menepuk lengan bagian atas Ridho. "Harusnya keluarga kami yang sungkan disini. Meru masih sekolah, belum dewasa, belum bekerja juga. Dia belum bisa menjadi kepala keluarga seperti yang diharapkan. Sekarang yang kita bisa, hanya mendampingi dan membimbing mereka. Mereka sudah tahu apa kesalahan mereka, sudah menyesali juga. Semoga setelah dinikahkan, mereka bisa lebih dewasa, lebih bertanggung jawab, dan menjadi pribadi yang lebih baik."
"Aamiin," sahut semua yang ada disana, termasuk Ara dan Meru.
Ridho dan keluarga dari pihak Ara menyalami semua orang sebelum pulang.
"Jagain Ara," pesan Ridho saat bersalaman dengan Meru. Rasa marah pada pria itu ada, merasa dia telah merusak adiknya. Namun melihat kebaikan kedua orang tua Meru, serta kemauan pria itu untuk bertanggung jawab, ia mau tak mau menekan egonya.
"InsyaAllah," sahut Meru.
Meru dan kedua orang tuanya beserta Ara, mengantarkan keluarga Ridho sampai teras.
"Kirain bakal dapat mahar banyak, ternyata cuma 5 juta. Kaya tapi pelit," gerutu Imel saat memakai helm.
"Bisa diem gak kamu!" bentak Ridho tertahan. Ia sedang tak ingin marah-marah hari ini, tapi Imel terlalu menyebalkan, tak bisa membaca situasi apalagi perasaannya.
"Kalian berdua istirahat, Ara pasti capek." Meru mengajak Ara ke kamarnya, sementara Mami dan Papi, ikut gabung dengan Juno dan Jani yang ada di sofa ruang keluarga, ngobrol dengan Om Ryu dan Tante Lovely.
"Jani, Juno, yang terjadi malam ini, bukan sesuatu yang bisa dicontoh," ujar Mami Rara, menjatuhkan bobot rubuhnya ke atas sofa, sebelah Jani.
"Mereka udah ngerti kok, Ra," ujar Om Ryu, kakak Mami Rara satu-satunya. "Tadi aku sama Love, udah sempat ngobrol sama mereka."
Mami menitikkan air mata. Masalah yang terjadi pada Meru, sungguh menguras emosi juga tenaga, ia benar-benar lelah sekarang.
"Udahlah Mi, InsyaAllah semua akan baik-baik saja," Papi yang duduk di sebelah Om Ryu, tak ingin melihat istrinya terus-terusan sedih dan menangis.
"Jani sayang Mami," Rinjani yang matanya berkaca-baca, memeluk maminya.
Arjuno mendekat, memeluk maminya dari sisi yang lain. "Juno juga sayang Mami."
"Gak ada yang sayang Papi nih?" protes Papi.
Rinjani melepas pelukan pada Maminya, ganti memeluk sang Papi. "Jani juga sayang Papi," selain memeluk, ia juga mengecup pipi Papinya. "Pi, Jani pengen ganti HP. "
"Astaga!" Papi langsung tepok jidat, sementara yang lain tertawa. "Ternyata peluk dan cium tadi, ada maunya," ia sampai geleng-geleng, sementara Rinjani terkekeh. Kedua lengannya masih memeluk pinggang Papi.
"Udah Van, turutin aja, anak cewek satu-satunya," Tante Lovely malah mengompori.
"Jangan terlalu diturutin semua permintaan anak, Van," Om Ryu malah kasih saran yang bertolak belakang dengan istrinya. "Jangan terlalu dimanja meski anak cewek satu-satunya. Takut nantinya jadi kayak dia," nyenggol lengan sang istri. "The real princess. Gak bisa apa-apa, masak, ngepel, nyapu, cuci piring. Nama bumbu dapur sama sekali gak tahu, tapi jangan tanya soal brand sepatu, tas atau baju. Hafal diluar kepala semua."
"Ngeluh kamu, Bang?" tanya Tante Lovely.
"Enggak, ngomong doang. Udah terlambat juga mau ngeluh."
Tawa yang lain langsung meledak.
"Sepertinya kamu butuh healing, Ra," saran Tante Lovely. "Gimana kalau besok kita shoping sekaligus perawatan."
"Setuju!" Bukan Rara yang jawab, melainkan Jani yang bersemangat. "Jani ikut."
"Gimana kulau bulan depan, kita ke Swiss bareng yuk," ajak Tante Lovely yang memang hobi travelling, mengedarkan pandangan ke semua orang.
"Bawa istri kamu pulang, Bang," Papi Jovan mulai garuk-garuk kepala, pusing. "Racun dia."
nenjadi satu keluarga yg saling menghargai...
thor...
masih ngikut..
ngakak jgaa gara2 rujak .
masih ngikut..
eh akhirnya senyum2..
teeerharu...
bisa diambil pelajarannya
berat deh klau punya ipar kyak imel
semeru.....
semangat terus thor...
aq berusaha mbaca maraton ini cerita?