Suami Kedua Pilihan Mertua (Setelah Ditalak)

Anggun datang ke rumah Adam, disana semua orang berkumpul.

“Jadi, ibumu mengetahui jika Melati dan Papa mu berkhianat?“ tanya Adam.

Anggun tampak menahan tangis, saat bersama ibunya ia menahan diri namun saat bertemu Adam ia tak tahan lagi menahan emosinya karena sang Ayah mengkhianati ibunya.

Melihat Anggun menahan air mata, Adam yang mengerti langsung menarik tubuh calon istrinya ke dalam pelukan. “Menangislah sayang... menangis bukan berarti lemah tapi itu bisa meredakan perasaan sakit dalam hatimu.“

Anggun terisak dalam dekapan hangat Adam.

“Dimana posisi nya?“

Anggun memperlihatkan foto-foto yang di dapat ibunya, “Sepertinya ini sebuah perumahan, mungkin Papa ku membelikan rumah untuk selingkuhan nya itu.“

Raja dan Embun saling melirik, lantas mereka mengangguk jika akan mengatakan rahasia tentang ayah Anggun yang disimpan lama.

“Begini, sebenarnya Mama Jasmin meminta menyelidiki Ayahmu saat Mama melihat Melati bersama Ayahmu di rumah sakit saat Papa Hendra dirawat. Kamu masih inget, kan? Kata Mama Jasmin kamu juga melihat mereka bersama...“

Anggun mengangguk, “Waktu itu aku nggak pernah curiga pada mereka, karena Papa sangat setia pada Mama.“

“Sayangnya, penyelidikan kami tentang masa lalu Ayahmu... ternyata Papa mu itu adalah laki-laki yang telah menghamili Bu Melati. Laki-laki yang tidak mau bertanggung jawab atas kehamilan Bu Melati lalu malah menjebak Papa Embun untuk menikahi Bu Melati. Jadi...“ Ucap Raja menerangkan.

"Jadi maksud nya, Elsa adalah saudara ku satu Ayah?!“ Anggun tersentak.

Bahkan Adam ikut terkejut, dia juga tidak tahu.

“Benar, saya saksinya.“ Bram yang ikut ada disana angkat bicara.

“Pak Bram yakin?“ tanya Adam.

“Saya pernah memergoki mereka berdua bertengkar, itu lah alasan saya menceraikan Melati pas dia lagi hamil Elsa. Saya masih ingat, wajah laki-laki pada waktu itu sama dengan yang di foto.“

Adam mengeluus bahu Anggun, berusaha menguatkan.

“Tapi yang saya tau, waktu itu Ayah mu tidak mau bertanggung jawab karena ia tidak mengakui anak yang dikandung Melati. Papa mu bilang, dia meragukan Elsa anaknya jadi dia menolak bertanggung jawab. Papa mu juga bilang kalau dia sudah punya istri dan anak-anak...“

“Hikksss... Papa..." Anggun tak menyangka Ayahnya sekarang malah benar-benar mengkhianati ibunya.

"Mungkin Melati mengancam Papamu, tapi akhirnya Papa mu malah tergoda. Hhhh....“ Bram menyimpulkan karena dia pernah dalam posisi tergoda oleh Melati.

“Sayang, tenang ya. Aku dan Raja akan mencari tempat dalam foto, perumahan seperti ini tak akan sulit dicari. Melati akan kami jebloskan ke dalam penjara, dengan banyak tuntutan. Kamu sendiri... akan bertindak seperti apa pada Papa mu? Ingat, tiga hari lagi kita akan menikah dan kamu membutuhkan ayahmu jadi wali nikah mu.“

“Keputusan akan aku serahkan pada Mama, aku sebagai anak sudah sakit hati... bagaimana dengan hati Mama yang pasti tercabiik-cabiik. Mama pasti sangat hancur...“

Drrrrrrttt...

Ponsel Anggun bergetar, wanita itu mengangkat panggilan. “Iya, Bang Hanif?“

“Cepat ke rumah sakit! Mama berusaha mengakhiri hidupnya! Mama minum racun!“

“Apa?!!!" Anggun bergegas berdiri, Adam pun mendengarnya.

“Mas.“ Anggun panik.

"Tidak akan terjadi apa-apa pada Tante, ayo. Berdoalah terus sayang..." Adam pun membawa Anggun pergi menuju rumah sakit.

Sementara Raja akan mulai mencari keberadaan Melati berdasarkan tempat dalam foto.

Bram ikut merasa prihatin, sebab sekali lagi Melati memporak-porandakan kehidupan dan rumah tangga orang lain.

•

Melody sedang membawa temannya ke rumah sakit, tak sengaja dia melihat Ibu kandung Anggun yang didorong di brankar dengan kondisi pucat.

“Bang Hanif, apa yang terjadi sama Tante Nayla?“

“Mama minum racun...“ Wajah Kakak laki-laki dari Anggun itu tampak panik.

“Racun?“

Akhirnya Melody menemani Hanif di luar ruangan IGD, menunggu Mama Nayla ditangani. Wanita itu melihat Hanif gemetar, ia pun mencari air putih untuk meredakan kecemasan pria yang lebih tua darinya 5 tahun itu.

“Bang, minum dulu. Kamu juga harus kuat, jangan sampai sakit nantinya...“

Hanif mengambil botol kemasan dari tangan Melody, “Makasih Mel.“

Melody duduk di samping Hanif di kursi koridor, wanita itu melihat mata Hanif memerah menahan tangis.

“Emang laki-laki dilarang nangis ya, Bang?“

“Hah?" Hanif menoleh ke arah Melody dengan tatapan tak mengerti.

“Laki-laki dilarang menangis?“

“Tentu saja boleh.“

“Truss, kenapa Abang kagak nangis? Malah ditahan-tahan sempe matanya merah gitu?“

Hanif tertegun, ia memalingkan wajahnya. “Saya ke toilet dulu, saya minta tolong jangan kemana-mana tunggu kabar dari dalam.“

Baru saja Hanif berniat mengangkat tubuhnya untuk pergi, Melody menahan bahu lebar pria itu. “Disini aja Bang nangis nya, nih pake topi aku buat nutupin air mata Bang Hanif.“

Melody membuka topinya, dia memakaikan topi bisbol itu pada kepala Hanif. Topi itu menutup setengah wajah bagian atas Hanif terutama bagian mata, tak lama terdengar suara isak pelan pria itu yang sedang menangis.

Melody menghela nafas panjang, ia tahu pasti sangat berat menunggu kabar dari Dokter sebab dia pernah mengalami saat Mama Jasmin terkena serangan jantung dadakan.

Sekitar dua puluh menit kemudian, Anggun datang bersama Adam. Hanif menghentikan tangisannya, ia mengembalikan topi itu pada Melody.

“Makasih ya, udah temenin Abang.“

"Sama-sama, Bang.“

Dokter keluar dari ruangan IGD, “Pasien bisa diselamatkan, itu adalah racun serangga. Kami sudah berhasil menguras perut pasien, sekarang pasien dalam keadaan baik-baik saja. Pasien harus dirawat inap untuk beberapa hari ke depan...“

“Terima kasih, Dokter Ali.“

“Sama-sama Dokter Anggun.“

Tak lama Mama Nayla dibawa ke ruangan rawat inap dalam kondisi lemah.

*****

Sementara di rumahnya, Melati terpojok. Raja sudah berhasil menemukan wanita iblis itu dan akhirnya membawa Melati ke kantor polisi.