Menyukai seseorang adalah hal yang pribadi. Zea yang berumur 18 jatuh cinta pada Saga, seorang tentara yang tampan.
Terlepas dari perbedaan usia di antara keduanya, Zea adalah gadis yang paling berani dalam mengejar cinta, dia berharap usahanya dibalas.
Namun urusan cinta bukanlah bisa diputuskan personal. Saat Zea menyadari dia tidak dapat meluluhkan hati Saga, dia sudah bersiap untuk mengakhiri perasaan yang tak terbalaskan ini, namun Saga baru menyadari dirinya sudah lama jatuh cinta pada Zea.
Apakah sekarang terlambat untuk mengatakan "iya" ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MANUVER CINTA~PART 13
Mau tak mau Zea maju ke arah depan, "ngapain?" alisnya mengernyit dan bergumam lirih pada Dean.
"Minta dukungan sama yang lain," jawab Dean. Panggilan Dean memang membuat Zea kaya orang be go sejenak, namun membuat senang beberapa siswa yang spill-spill dirinya sejak tadi di acara, "oh namanya Zea Arumi..." termasuk Izan dan Luki.
"Ngapain ngafalin nama bocah?!" senggol letda Gita. Sagara terkekeh melihat teman satu litting mereka yang sering bertengkar itu.
"Kepo!" jawab Luki.
"Cemburu Git?" tanya Izan. Luki bergidik kompak dengan Gita, wanita berambut pendek modelan bob itu, "amit-amit bang!"
"Kompaknya..." goda Izan. Sagara memperhatikan Zea lekat dari atas sampai bawah, anak menteri---jago dance---pintar---olimpiade---ceria---cantik----absurd---hmmm.
"Kita mau minta dukungannya dari semuanya yang ada disini, yang insyaAllah kurang lebih 3 minggu ke depan, dengan membawa nama dan budaya ibu pertiwi, kita berangkat mengikuti ajang kompetisi dance di negri Three lion..." imbuh Zea.
"Wow!" beberapanya sempat menaikan alis berdecak kagum.
"Edyannn, three lion bang!"
"Perlu pengawalan ngga nih?" kekeh Luki.
"Jangan lupa dukung kita, kirim do'a, support lewat sosmed kita di Dance SMA Kartika X. Bisa nonton juga acaranya di channel youkub kita nanti tanggal----" jelas Zea diangguki Dean.
"Oh." mulut Saga beroh singkat.
Terakhir acara ditutup dengan penampilan alutsista yang membuat para peserta bela negara berdecak kagum. Mereka digiring untuk melingkar di pinggiran lapangan untuk menyaksikan peragaan kendaraan perang termasuk pesawa milik kesatuan tentara negri.
"Diminta ke pinggiran lapang ya!"
Sagara dan yang lain sudah bersiap di landasan udara dengan suit penerbangnya. Gaya andalan yang bikin emak-emak susah move on.
"Cle, bang Saga pasti mau mengudara! Liat yuk!" ajak Zea menarik-narik tangan Clemira.
"Ya udah sii, ntar aja tunggu disini! Ngapain kesana, yang ada dimarahin!" jawab Clemira tak cukup berani mencari masalah.
"Aahhhhh, mau liat bang Saga, Cle." rengeknya mengguncang-guncang tangan Clemira setara dengn guncangan gempa di serambi mek kah taun 2004.
Baru saja berkata seperti itu, bahkan mulutnya masih basah...mobil-mobil amfibi milik kesatuan dan alutsista lain memasuki lapangan acara hingga memantik riuh tinggi dan sorakan kagum semua yang hadir terutama para siswa SMA se-ibukota.
Tank baja loreng, mobil 4×4 yang biasa dipakai untuk bertempur atau sebagai kendaraan mengawal pemimpin negara dipertontonkan. Masih banyak kendaraan gagah yang selama ini menjadi pelengkap teman bertempur para prajurit gagah di medan tempur.
Masih diantara kekaguman dan binar mata memuji, Komandan resimen meminta para siswa mendongak ke arah langit.
"Dari batalyon tempur, kesatuan negri....inilah pesawat siluman dan pesawat tempur yang senantiasa mendampingi para elang khatulistiwa di langit ibu pertiwi!!! Beri sambutannya untuk Lettu Pratama Adiyudha dari batalyon tempur bersama kawan-kawan!"
Sebuah pesawat hijau army melintas melesat tanpa kebisingan di atas mereka membelah langit, sorak sorai dan tepukan tangan tak terhindarkan. Begitu riuh nan meriah, suara berat dan ciri khas tegas komandan menyebutkan satu persatu para kapten penerbang yang kini sedang menerbangkan pesawat.
"Hooooowwooo! Kerennnn!"
Clemira menatap pesawat itu biasa saja, ada lengu han berat menatapnya, lebih tepatnya menatap seseorang yang sedang mengemudikan pesawat itu. Ia pernah bertemu! Yeahhh, nama Lettu Pratama Adiyudha, seperti tak asing.
"Dia temen bang Saga, pernah ke rumah juga ketemu abi sama umi..." gumamnya pada Zea yang mengernyitkan dahi, menghalau sinar mentari.
"Pasti udah tua. Jelek pula!" tawa Zea. Karena dimatanya, prajurit tampan cuma Sagara seorang.
Clemira menatap sinis temannya itu, "engga juga. Ya kalo disebut tua lebih tuaan abba gue lah!"
Zea menyemburkan tawanya, "kan si alan emang! Masa iya di bandingin sama kakek lo! Gila aja!" dorong Zea di bahu Clemira.
Sesaat kemudian komandan kembali bersuara.
"Jet tempur loreng, yang waktu lalu mendampingi para prajurit di daerah Barat khatulistiwa membebaskan beberapa warga negara yang disandera, bersama letda penerbang Teuku Bumi Sagara Ananta...."
Sebuah pesawat jet tempur loreng melintas membelah langit biru nusantara, di atas markas besar kesatuan Saga membawa jet itu mengudara.
Seruan Zea jelas lebih lirih, lebih kencang dan heboh dari siapapun yang ada disini, "Bang Sagaraaaa! I love youuuu!" jeritnya, teman-temannya tidak terkejut, mereka justru tertawa menganggap jika gadis ini tengah bercanda dan menggoda prajurit tampan.
Tak mau kalah Iyang ikut bersuara, "Bang Sagara i love you jugaaaa!" serunya yang sontak mendapat tinjuan keras dari Zea, "langkahi dulu mayat Zea!"
Iyang tertawa, "nih ya, gue langkahi." Iyang merangkul Zea dan mengangkat tubuhnya ke samping membuat Zea menjerit.
"Iyang ihhh!"
Dean melepaskan kasar tangan Iyang, "lo tuh ya ih!" geram Dean, "becanda terus!"
Iyang tertawa bersama Clemira, "kenapa jadi pada rebutan abang gue sih," ujar Clemira.
Zea menarik Clemira untuk menembus keramaian ke arah belakang, gedung yang dituju adalah landasan dan tempat berkumpulnya armada tempur.
"Biasanya dimana Cle?" tanya Zea.
"Ck, Ze! Lo nekat ih sumpah! Mau lo, kita di marahin? Ini bukan ranah kita masuk Ze! Cle ngga mau cari masalah, abi udah wanti-wanti." Meski dengan misuh-misuh Clemira menuruti kemauan temannya itu.
"Cuma mau bilang selamat sama keren, emang salah ya keluarga prajurit datang kesini?" tanya Zea ngotot.
Clemira menthesah panjang, "oke fine! Just a second!" ujar Clemira mengacungkan telunjuk diangguki cepat.
Clemira lantas merogoh ponselnya dan mencoba menghubungi terlebih dahulu Saga, berharap abangnya itu mengangkat panggilannya karena tadi ia melihat jika Saga sudah kembali mendarat.
Masih bernada sambung, Clemira melirik penuh warning pada Zea, "gue cuma saranin, lo jangan macem-macem yang bakal bikin hati lo sendiri sakit Ze... Gue temen lo, lo temen gue, gue adek bang Saga, bang Saga abang gue...jadi disini gue ngga mau mihak manapun..."
"Iya ah, bawel!" tukas Zea berjalan cepat melewati beberapa ruangan dan gedung bersama para tentara yang berseliweran aneh melihat kedua gadis ini masuk lebih dalam, sesekali mereka disapa namun Clemira menyebutkan nama Sagara.
Sagara mengangkat panggilan ketika ia sudah turun dan bercengkrama dengan prajurit lain di sebuah gudang dekat landasan.
Abang di gedung B, kamu kesini aja.
Saga duduk masih dengan suitnya, Clemira bilang ada hal penting yang harus disampaikan.
"Siapa Ga?" tanya Tama, ia cukup terlambat untuk mengikuti acara ini dari awal karena keterlambatan surat tugasnya, untung saja ia masih sempat menjalankan tugasnya untuk memeragakan alutsista pada para siswa di acara kali ini.
"Clemira..." jawabnya singkat, Tama menaikan kedua alisnya, ada hati yang berdegup kencang mendengar nama Clemira.
"Adek lo yang di SMA Kartika itu Ga?" tanya Izan antusias. Sagara mengangguk, "suruh bawa temennya, Ga," sahut Luki menimpali.
Setelah beberapa menit berlalu, kedatangan kedua gadis itu terlihat dari mata yang menyipit, Clemira cukup familiar dengan sosok-sosok terdekat yang ada disana, seperti Izan, Luki, dan....Tama. Lelaki itu tersenyum melihat putri dari letnan kolonel itu.
"Abang!" seru Clemira memanggil. Yang dipanggil abang Saga yang menoleh kesemuanya.
"Eh, itu adek lo, bang?" beberapa kawan yang ada disana termasuk senior Sagara ikut menoleh.
"Adek kau itu, Ga?!" tanya bang Uday.
"Iya bang." Sagara beranjak dan berjalan mendekat, "kenapa Cle?"
Zea sudah mengu lum bibirnya kencang, ngga kuat! Gemas sama si abang ganteng, apalagi pake suit gitu, gantengnya tuh bikin apotek pada tutup, alias ngga ada obat!
"Bang Saga, Zea suka sama abang!" tanpa mukadimah ataupun gelar karpet dan cangkir teh terlebih dahulu sambil nyemil gorengan, kalimat itu lolos begitu saja dari mulut Zea dalam jarak yang masih bisa terdengar oleh rekan-rekan Sagara.
"Hem?" Clemira bahkan membeliakan matanya dan menoleh cepat ke samping, "Cle ngga ikut-ikutan bang, sumpah!" ia menunjukan kedua jarinya nyengir.
"Sejak awal ketemu, Zea udah suka berat sama abang..." akuinya tak malu-malu.
"Hahaha, terima Ga! Terima!" seru Bang Uday berseloroh, "bocah..."
"Badasss, bang Saga! Banyak pengagumnya uyy! Yang ini lebih unyu dari yang ada di kesatuan bang," Gita menggigit bibirnya, sementara Izan menepuk jidat Luki, "makan tuh! Bocil sukanya sama Saga!"
Tama menggelengkan kepalanya geli sekaligus gemas dengan sikap terang-terangan setengah nekat Zea, ia acungi jempol dengan keberanian Zea atau justru ke bo dohannya?
Sagara menggertakan gigi, apakah otak gadis ini selengket dodol? Di depan manusia ramai, dengan beraninya Zea menyatakan cinta ala-ala remajanya pada Sagara yang notabenenya adalah lelaki dewasa.
"Kamu berani atau justru tak tau malu?" hardik Sagara, jujur saja ia bukan tipe manusia senekat dan terang-terangan seperti Zea. Oke! Ia tau mungkin menurut Zea si remaja, cara begini adalah cara lumrah untuk menyatakan cinta biar dikata romantis, memantik atensi orang agar semua tau jika ia menyayangi seseorang.
Tapi tidak untuk seorang Sagara, hal ini membuatnya malu. Terlebih Zea adalah perempuan, tidak seharusnya membuat diri sendiri malu dengan mengejar-ngejarnya.
Clemira sudah menduga jika hal ini akan terjadi. Ia merasa tak nyaman dan lebih memilih menarik-narik Zea untuk undur diri, "Ze udah yuk, balik..." ia takut dengan wajah keruh Sagara. Ia begitu hafal dengan Sagara, jarang sekali ia marah, namun sekali meledak maka semua luluh lantah.
"Bang----" Clemira menggigir bibir bawahnya khawatir, ia bahkan menahan lengan abangnya itu.
Zea menatap mata kelam lelaki gagah itu tak gentar, lelaki dengan segudang prestasi di kesatuannya, "terserah abang mau anggap apa, yang jelas hari ini Zea udah bisa tidur nyenyak....karena Ze udah kasih tau perasaan Zea sama abang, kalo Zea----suka abang sejak pertama ketemu..." Zea menjeda ucapannya demi memantapkan hatinya.
Ia menghirup udara rakus dan menatap Sagara dengan senyuman semanis mungkin, "bang Sagara i love you....!"
"Zea! Lo apa-apaan?!" seorang pemuda nyatanya menyusul Zea dan Clemira.
"Kamu dicariin malah disini?!" Dean menatap Saga dengan sorot mata kurang suka.
"Apa sih?! Ganggu!" sewot Zea.
"Kamu ngapain?!"
"Bukan urusan lo!" sarkas Zea.
"Jadi urusan gue Ze, karena gue suka lo!" balas Dean cepat.
"Ooo...apa-apaan nih," Luki, Izan dan Tama berdiri sedikit tertarik dengan drama anak SMA di depan mereka. Sementara Saga menatap Zea dan Dean bergantian dengan sorot mata datar nan dingin.
.
.
.
.
.