Gea Arunika tidak menyangka pernikahannya yang semula baik-baik saja tiba-tiba jadi rusak setelah kehadiran seorang wanita yang katanya adik dari suaminya bernama Selena.
Namun, setelah diamati tiap harinya, tingkah David dan Selena tidak seperti adik dan kakak melainkan seperti pasangan suami istri.
Hingga pada akhirnya Gea tahu, kalau dirinya adalah istri kedua dan Selena adalah istri pertama suaminya.
Rasa sakit itu semakin bertambah ketika tak sengaja mendengar obrolan mereka yang akan membawa pergi anak yang dikandungnya setelah ia melahirkan.
Lalu bagaimana kisah mereka selanjutnya?
ikuti ceritanya terus ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yoyota, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 - Jadilah Kuat
Sesampainya di rumah Bu Endah, Gea dipersilahkan untuk duduk dan diberikan segelas air minum oleh Bu Endah.
"Minum dulu Ge."
Gea pun menurut dan meminum segelas air itu.
"Sudah bisa cerita?" tanya Bu Endah.
Sebenarnya Gea tidak ingin cerita ini pada siapapun. Tapi jika ia pendam sendirian, tentunya hatinya akan terus merasakan sakit karena tidak bisa melepaskan rasa sakitnya.
Gea pun perlahan-lahan menceritakan semua masalah yang terjadi padanya. Di mulai dari ia dinikahi David hingga akhirnya diceraikan hari ini.
Bu Endah yang mendengarnya sejak tadi terus-menerus mengucapkan istighfar. Ia tidak menyangka ada orang sejahat itu pada wanita sebaik Gea. Benar-benar tidak punya hati. Bahkan Bu Endah pun jadi ikut-ikutan kesal juga. Namun, apa yang bisa ia lakukan untuk Gea? Ia hanya bisa mendengarkan cerita Gea saja untuk sekarang dan menyemangati Gea.
"Yang sabar ya Gea. Ibu yakin, pasti suatu hari nanti mereka akan mendapatkan ganjaran yang setimpal dengan rasa sakit yang kamu rasakan. Pokoknya kamu harus berjuang untuk mendapatkan anak kamu kembali," ucap Bu Endah memberikan semangat untuk Gea.
"Masalahnya, aku tidak tahu kemana Mas David dan Selena membawa Alwin pergi Bu, hu hu. Bagaimana ini? Hatiku rasanya sesak sekali Bu. Belum sehari tidak melihat Alwin, aku sudah rindu Bu."
Padahal Gea sudah berniat untuk tidak menangis saat cerita, tapi nyatanya Gea tidak kuat menahannya lagi. Hingga tangisnya lagi-lagi pecah. Gea menutup wajahnya yang menangis. Bu Endah mengelus pundak Gea untuk menenangkannya.
"Ini memang berat Ge. Tapi, ibu yakin kamu bisa melewatinya. Jadilah kuat, agar kamu bisa membawa Alwin bersamamu," ucap Bu Endah lagi.
"Bahkan sekarang aku bingung mau kemana Bu. Mau pulang ke rumah orang tua pun, rasanya tidak enak. Aku merasa bersalah pada orang tuaku. Aku bingung Bu."
"Kenapa harus bingung? Kamu bisa tinggal disini sama ibu. Lagipula, suami ibu pun lagi dinas ke luar kota. Anak-anak ibu juga tidak tinggal di rumah karena sudah pada merantau."
Gea menggeleng. Ia tidak mau merepotkan Bu Endah jika harus tinggal di rumah wanita yang sudah seperti ibunya sendiri.
"Kenapa Ge?"
"Aku tidak bisa menerima tawaran dari ibu. Aku tidak mau merepotkan ibu. Kalau ibu punya kenalan orang yang punya kos-kosan atau kontrakan itu lebih baik. Aku mau sewa saja."
"Ada sih, ibu punya kenalan. Tapi untuk hari ini kamu menginap dulu disini. Besok baru ibu kenalkan pada kenalan ibu. Bagaimana?"
Akhirnya Gea pun mengangguk. Bu Endah membantu Gea membawa koper ke dalam kamar. Ia merasa kasihan pada Gea. Betapa bodohnya laki-laki yang sudah mencampakkan Gea. Bu Endah bahkan tidak menyangka Selena juga ikut andil dalam penderitaan Gea ini.
*
*
Hari telah berganti, Gea sudah menemukan tempat tinggal sementara untuknya. Ia jadi menyewa sebuah kontrakan sederhana dari kenalan Bu Endah. Hanya dua petak, satu petak untuk tempat tidur dan satu petak lagi untuk dapur plus ruang tamu dengan kamar mandi dalam. Meski memiliki uang banyak, Gea tidak ingin menghamburkan uang itu. Ia memilih untuk mempergunakannya dengan baik.
Gea duduk di tepian ranjangnya yang tanpa dipan, ia memandangi rumah sederhana yang ia tinggali sekarang. Terasa sepi tanpa ada seorang pun yang menemani. Gea menangis lagi. Ia bahkan tidak punya satu pun foto Alwin. Sedih sekali rasanya. Gea menangis sampai memeluk lututnya.
Sampai waktu pun berlalu, Gea sudah tak lagi menangis. Ia berniat pergi ke toko ponsel untuk membeli ponsel yang baru. Meski tidak ingat nomor ponsel kedua orangtuanya, ia masih ingat username dan password akun media sosialnya. Ia akan meminta bantuan lagi pada Gaza. Hanya dialah satu-satunya laki-laki yang ia percayai sekarang selain ayahnya.
Gea berganti pakaian kemudian membawa 5 bandel uang 100 ribuan. Satu bandelnya berisi 10 lembar uang 100 ribuan. Itu artinya Gea membawa uang 5 juta rupiah.
Selesai memilih ponsel dengan harga standar, Gea pergi ke toko elektronik lainnya untuk melengkapi isi rumahnya yang benar-benar kosong tanpa adanya barang apapun.
Setibanya di rumah, dengan beberapa perabot yang ia beli, Gea langsung membongkarnya dan ia bereskan ke tempat sesuai keinginannya. Setelah semuanya sudah beres. Gea memasukkan nomor barunya ke dalam ponsel. Ia mulai mengatur ponsel itu dan membuka akun sosial medianya.
Ada banyak pesan yang masuk dari Gaza. Kebanyakan isinya menanyakan tentang Gea yang meminta tolong di waktu itu. Juga menanyakan Gea yang tiba-tiba tidak bisa dihubungi. Bahkan Gaza juga cerita kalau orang tua Gea malah menanyakan Gea padanya. Padahal dia hanya seorang sahabat Gea bukan suami Gea.
Gea hanya bisa menarik napasnya pelan. Ia mulai mengetikan pesan disana.
Ga, aku tidak tahu harus mulai cerita darimana. Intinya, aku dibohongi oleh mantan suamiku sendiri. Aku minta tolong padamu, untuk mencari tahu keberadaan mantan suamiku karena dia membawa anakku bersamanya dan istri pertamanya.
Bisa dipastikan Gaza akan terkejut ketika membaca pesan darinya. Tapi, Itulah kenyataannya. Kalau ia tidak jujur pada Gaza. Lalu bagaimana laki-laki itu bisa membantunya?
Gea kemudian meletakkan ponselnya di samping tubuhnya. Awalnya ia menghubungi Gaza ingin meminta tolong untuk membawanya dan Alwin keluar dari rumah itu. Namun, kini tujuannya berubah. Ia ingin meminta Gaza mencari keberadaan David.
Ucapan Bu Endah benar. Ia harus menjadi kuat agar bisa membawa Alwin bersamanya. Meski semua terasa berat, Gea akan coba melewatinya.
Hingga waktu pun terus berlalu, belum ada balasan pesan dari Gaza. Laki-laki itu bahkan tidak online.
"Apa aku boleh mengandalkan Gaza? Ya Allah, kenapa aku selalu merepotkan orang sih? Pasti Gaza juga sangat sibuk," pikir Gea.
Gea kemudian mengirimkan pesan lagi pada Gaza.
Ga, maaf, aku selalu merepotkan mu. Tapi kalau kamu memang sibuk, kamu tidak perlu membantuku pun tidak apa-apa. Setidaknya aku bisa sedikit lega bisa cerita masalah hidupku pada sahabatku satu-satunya.
Gea meletakkan ponselnya di atas meja kecil di kamarnya. Ia kemudian keluar dari kamar dan menyiapkan makanan untuk ia makan.
Tak berselang lama, Gea mendapatkan balasan dari Gaza. Namun, karena Gea tak memegang ponselnya, ia tidak tahu kalau pesannya sudah dibalas.
*
*
TBC