"Berapa uang yang harus saya keluarkan untuk membeli satu malam mu?"
Erick Davidson, pria tajir dengan sejuta pesona, hendak menjebak seorang gadis yang bekerja sebagai personal assistan nya, untuk jatuh ke dalam pelukannya.
Elena cempaka, gadis biasa yang memiliki kehidupan flat tiba-tiba seperti di ajak ke roler coster yang membuat hidupnya jungkir balik setelah tuan Erick Davidson yang berkuasa ingin membayar satu malam bersama dirinya dengan alasan pria itu ingin memiliki anak tanpa pernikahan.
Bagaimana kisah cinta mereka? ikuti bersama!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Park alra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GCTE | Bab 13
"Apa kau mencintai bos mu itu, Elena?"
Perempuan berpipi chubby itu terhenyak, lalu ia terdiam. Otaknya mendadak blank seketika, seharusnya ia bisa menjawab 'tidak' dengan mudah, tapi ada kehendak hatinya yang menahan, hingga yang dapat dilakukan nya hanya menunduk sambil menekuri ponsel yang berada di tangan.
Marvin menatapnya lekat, lantas pria itu terkekeh. "Jangan tegang begitu, aku hanya bercanda." Pria yang masih mengenakan jas putih kebesarannya itu mengeratkan genggaman pada setir mobil.
Elena mendongak memandang nya, ia ikut tertawa meski samar. "Bercanda kakak kelewatan, aku hampir saja jantungan tadi."
"Maaf, hanya iseng saja. Habisnya kau menceritakan tentang bos mu itu begitu semangat. No offense, oke?"
Elena menelengkan kepala. "Tentu saja aku tidak akan tersinggung."
"Mmm, baiklah. Tuan dokter bisakah kita berangkat sekarang, karena aku sudah kelaparan." imbuh Elena jenaka.
"Baiklah, kita tidak ingin nona cantik kita ini kelaparan. Let's go!" seru Marvin bersemangat lalu mobil mewah yang di kendarai nya mulai merayap pelan meninggalkan pelataran gedung pencakar langit itu.
***
Restoran yang berada di mall besar itu terlihat sangat ekslusif, ada maskot khas tempat mereka yang berdiri di ambang pintu masuk sambil memberikan brosur berupa buku menu juga diskon untuk pembukaan pertama kali mereka.
Erick dan Clarissa berjalan bersisian, serupa magnet kehadiran mereka begitu menyita perhatian, apalagi ketika tahu sang bintang cantik yang sering wara-wiri di majalah juga infotainment Clarissa antarnia, ada di sini terlebih ketika para orang- orang itu tahu siapa yang sedang berdiri di samping Clarissa, sang pengusaha muda yang selalu menyabet gelar kehormatan dan penghargaan di bidang bisnis, membuat mereka semakin berdecak penuh kekaguman melihat dua sosok penuh sinar itu.
Tak jauh dari Erick-Clarissa, kini Elena dan Marvin pun sudah melangkah memasuki restoran yang ternyata tempat yang di tuju mereka, sama.
Saat pertama kali menginjakkan kaki di lantai marmer restoran itu, Elena menarik nafas dalam lalu menguraikan nya perlahan, Marvin memperhatikan tingkahnya itu lantas pria tersebut terkekeh.
"Kebiasaan kalau ke tempat ramai begini kamu pasti gugup."
"Eh, kak Marvin tahu?"
"Tentu saja.Kita tumbuh bersama sejak kecil, mana mungkin aku tak tahu kebiasaan mu ini. Heran, bagaimana bisa kamu menjadi sekretaris CEO besar, yang setiap hari harus bertemu orang banyak." guraunya kembali.
Elena berdecak. "Kegugupan ku ini gak setiap saat juga kak. Kalau soal kerjaan semaksimal mungkin aku pasti profesional.Hanya saja pengunjung di sini memang terlalu ramai jadi aku sedikit terkejut."
Marvin malah tertawa geli membuat Elena cemberut. "Kak Vin udah ih, ngejek terus deh." jika sudah seperti ini Elena pasti terpancing dan ikut marah.
"Baiklah, baiklah. Maaf" Marvin berusaha untuk meredakan tawanya. "Ayo kita pilih tempat." Ajak pria itu kemudian. Elena mengangguk lalu keduanya jalan bersama untuk memilih meja yang di rasa pas.
***
"Tempatnya bagus ya, Instagramable juga. Bisa masuk ke resto favorit ku nih." cetus Clarissa saat ia dan Erick memindai penampilan restoran itu.
"Bagaimana menurut mu pak CEO?" tanya Clarissa sedikit menggoda.
"Bagus. Memang menguntungkan membangun restoran di sini apalagi penampilan tempat nya yang sangat di sukai anak muda menjadi daya tarik yang semakin besar untuk mengambil peluang usaha."
"Ck, ck opini seorang pemimpin memang sedikit kritis dan berbobot ya." ungkap Clarissa dengan sedikit jenaka.Semakin mempuni kekaguman nya terhadap sosok tampan berbadan kekar itu. Membuat rasa di dalam bongkahan daging bernama hati ini, tak bisa untuk di elak lagi.
"Kita di meja itu saja bagaimana? ada background indah di sana,aku ingin sekalian foto- foto." ajak Clarissa yang exited seketika, jiwa influencer nya meronta ingin segera mengambil gambar bagus di sana.
Tanpa menunggu lama, Clarissa lantas menarik lengan Erick untuk mengikuti langkahnya.
"Elena, kita duduk di sana saja." tunjuk Marvin pada meja kosong yang tak terlalu banyak di lewati orang.
"Baiklah, terserah kakak saja," kata Elena, manut. Keduanya langsung berjalan untuk menduduki kursi kosong itu namun seketika semuanya mendadak diam mematung.Elena tertegun saat melihat pria yang sangat ia kenal bersama seorang wanita hendak mengambil tempat duduk yang sama.
"Elena!!"
"Pak Erick!!"
Keduanya saling menyapa sepontan karena terkejut. Kedua orang yang ada di samping mereka juga saling pandang karena ikut kaget.
"Kau mengenalnya, Elena?" tanya Marvin pada gadis itu.
"Kenapa Erickson? kamu mengenal wanita itu?" pun Clarissa bertanya pada pria yang sejak tadi hanya diam membeku seraya tatapan nya yang seakan menghunus pada gadis di depannya.
**
Sesaat hening melanda. Baik Erick dan Elena sama-sama saling menatap tak menduga akan bertemu di tempat yang sama.
Tepat di saat itu seorang pelayan restoran datang, ia melihat kedua pasangan tersebut lantas berseru riang. "Astaga, apa kalian sedang melakukan double date?" Ia menjadi salah paham, mengira keempat orang itu sedang berkencan bersama.
"Kebetulan restoran kami sedang membuka diskon besar-besaran untuk pasangan yang berkunjung di sini. Silahkan duduk tuan dan nona."
Suasana semakin runyam. Akhirnya yang bisa mereka lakukan mengikuti arahan pelayan berapron hitam yang senada dengan topinya itu.
Erick dan Clarissa duduk di kursi yang saling bersisian begitupun Elena dan Marvin duduk di kursi kosong saling berdampingan tepat di depan mereka, hingga kini posisi kedua pasangan itu saling berhadapan, Erick yang menghadap Elena dan Marvin yang menghadap Clarissa.
Aura mengintimidasi yang berasal dari Erick seakan membunuh pasokan oksigen membuat Elena sesak di buatnya, sejak beberapa saat lalu tatapan laki-laki berkulit kuning langsat itu tak lepas dari nya membuat Elena seakan terkurung di antara sepasang mata hazel yang indah itu. Sementara Clarissa dan Marvin pun nampak terlihat canggung, menatap satu sama lain lalu pada kedua orang yang kini saling bersitatap seakan menyimpan sesuatu.
"Kalian pasangan yang begitu serasi." seruan kembali dari pelayan wanita itu membuat suasana sedikit mencair meski kegugupan masih kentara terasa.
"Benarkah?" Marvin, orang pertama yang menanggapi. "Aku tak pernah tahu jika kami berdua terlihat serasi, benarkan Elen?"
Elena hanya mengangguk seraya tersenyum tipis, tak di sangka- sangka Marvin mengenggam punggung tangan nya membuat Elena menoleh seketika.
"Berpura-pura saja sebagai kekasih agar kita bisa mendapat diskon gratis di sini." jenaka pria itu berbisik sambil mengedipkan mata.
Lain hal Erick yang melihat pemandangan di depannya kini membuat rasa terbakar di dalam dadanya menggelegak serupa lahar panas, ia tak suka melihat pria itu yang mencoba menggoda Elena.
Clarissa menyadari perubahan sikap Erick itu, ia dengan santainya pun mengusap punggung tangan Erick, "Kamu mau pesan apa sayang?" tanyanya tiba-tiba. Sontak membuat semua orang menatap kepadanya.