CEO Cantik Dan Berondong Nakal

" Paman jahat , paman jahat....!!"

Seorang anak perempuan kecil berusia 12 tahun meneriaki seorang lelaki yg baru saja bertengkar dengan istrinya. Dan mengakibatkan seorang perempuan terjatuh ke sebuah trotoar jalanan. Kepalanya terbentur dan mengeluarkan darah. Kemudian ada anak kecil yg menangis tersedu membangunkan ibunya yg sudah pingsan. Sementara lelaki yg menyakitinya telah kabur meninggalkan keduanya.

" Bunda ...!!!, bunda....hwaaaa....!!!"

" Ayah jahat, ayah jahat...." teriak anak kecil itu sambil memeluk ibunya yg terbaring lemah di jalanan.

Anak perempuan yg mengejar tadi pun berbalik kembali sambil mencari pertolongan

" Tolong tolong....!!" teriak perempuan kecil yg melihatnya.

Sehingga beberapa orang yang mendengar pun datang ke tempat suara minta tolong tersebut. Salah satunya mengenali perempuan yg berteriak tadi.

" Tintin, ada apa..?, apa yang terjadi...?" tanya seorang perempuan yg lebih tua darinya.

" Bibi itu, itu...!!!"

Tintin menunjuk perempuan yg sudah terbaring di trotoar. Dan tak lama kemudian beberapa orang menolong perempuan itu. Sementara anak perempuan yg bernama Tintin berusaha untuk menenangkan anak perempuan yg pingsan tadi. Tintin pun mengikutinya sampai rumah sakit. Karena memang tujuannya adalah rumah sakit untuk menjenguk ibunya yg sedang sakit.

" Dedek ganteng, jangan nangis ya..., kakak kasih permen kaki..hihihi. Kaki kok jadi permen..." kata Tintin berusaha menghibur anak laki laki itu.

Anak itu terlihat pucat, dan Tintin pun memegang keningnya.

" Panas....!!!"

" Dokter dokter....!!"

Bruuukk......

Anak laki laki itu terjatuh pingsan di pangkuan Tintin. Hingga datanglah perawat dan dokter menolongnya.

" Dokter, aku yg jaga ya. Ibunya ada disebelah ibuku....!!" kata Tintin.

Beruntung Tintin diperbolehkan untuk menjaga. Dan akhirnya Tintin lah yg menjaga anak kecil tadi. Ruangannya bersebelahan tepat disamping ruang ibunya maupun ibunya Tintin di UGD.

Tintin menunggu anak kecil itu. Karena tidak ada sanak saudara yg datang menjenguknya maupun ibunya. Dan tak lama kemudian datanglah seorang ibu ibu yg sudah sepuh datang ke tempat Tintin.

" Terima kasih nak sudah menjaga cucuku. Ibunya masih operasi. Semoga bisa diselamatkan..." katanya.

" kamu disini sama siapa...?" tanya nenek dari anak yg ditunggu Tintin.

" Saya menunggu ibu nek, yg masih di UGD. Ibu sakit jantung..." jawab Tintin.

Wanita tua itu pun mengangguk. Dan tangannya mengelus kepala Tintin.

" Tolong bantu nenek untuk jaga cucuku. Nenek akan menengok ibunya yg operasi..." kata nenek tersebut. Kemudian keluar dari ruangan Titin berada. Wanita Itu menemui suaminya. Yg masih menunggu putrinya yg sedang dioperasi. Akibat kepalanya terbentur dan banyak mengeluarkan darah.

" Bagaimana pah, apa ada perkembangan operasi Anita...?" tanya nenek tersebut.

" Belum ada perkembangan mah. semoga bisa diselamatkan..." Jawabnya.

Tak lama kemudian dokter keluar, dan mengabarkan jika putrinya tidak bisa diselamatkan. Sehingga kakek dan nenek tersebut sepakat menyumbangkan jantung putrinya untuk ibu dari anak yg menolongnya dan menjaga cucunya itu. Kemudian menemuinya.

" Kamu tinggal dimana nak...?" tanya nenek.

" Di panti asuhan Kasih Bunda nek..." jawab Tintin

" Ibu anak ini tidak bisa diselamatkan. Dan ibumu juga menunggu pendonor jantung agar bisa selamat. Maka dari itu biarlah jantung putriku untuk ibumu....." kata nenek beserta kakek yg disebelahnya.

" huhuhu...terima kasih nek. terima kasih huhuhu...!!"

Tintin memeluk nenek itu sangat erat. Karena terharu atas bantuannya itu.

" Suatu saat saya akan menemui mu..."

" Iya nek, terima kasih..." jawab Tintin.

" Tolong jagain cucuku terlebih dahulu. Nenek dan kakek akan mengurus adminitrasi dan yg lainnya..."

" Iya nek...

*****

" Huuuuhuuuu...Terima kasih nek, terima kasih atas semuanya..."

" Key....Key......!!!"

" Bangun Key....!!"

Meta membangunkan Catherine karena ketiduran dan bermimpi serta mengigau sejak tadi. Keduanya tertidur setelah tuan Willy datang. Terlebih membicarakan masalah panti asuhan.

Catherine pun akhirnya tersadar, dan kemudian membuka matanya. Kemudian mengucek matanya.

" Ketiduran ya...?" kata Catherine.

" Elu mimpi ya...?" tanya Meta

Catherine mengangguk, karena memang bermimpi.

" Mimpi ketemu kakek dan nenek yg menolong ibu...." jawab Catherine.

" Sudah Key, kalau memang nanti rejeki elu. Pasti bertemu. Sekarang doain aja yg baik baik semoga bisa bertemu kembali..." kata Meta.

" Tumben lu bijak, eh tapi.....?"

" Kenapa lu...?" Meta

" Sepertinya wajahnya mirip....?"

" Mirip siapa....?" tanya Meta penasaran.

Catherine hanya menggelengkan kepala.

" Tapi agak beda jauh. Mungkin dulu ketemunya masih mudaan dari sekarang. Dan sekarang pasti sudah sepuh..." kata Catherine.

" Ya iyalah . Sudah berapa tahun coba...?" Meta.

" 14 tahunan mungkin...?" jawab Catherine.

Meta hanya mengangguk anggukan kepala.

" Udah ah, udah mendingan kan. Aku mau beres beres pulang..." kata Meta. Catherine mengangguk. Ia juga mau pulang. Karena waktu sudah menjelang pulang kantor. Meta pun akhirnya meninggalkan Catherine keluar dari ruangannya. Sementara Catherine menuju ke toilet.

" Sabun habis ternyata. Kamar mandi dalam masih engga ya...?" kata Catherine kepada dirinya sendiri.

Kemudian melangkah masuk kamar pribadi dan langsung menuju ke kamar mandi. Setelah selesai dengan keperluannya, Catherine pun keluar dari kamar mandi. Dan Catherine melihat tempat tidur masih acak acakan. Karena pergulatan panasnya beberapa hari yg lalu dan belum dirapihkan.

Catherine merapikannya. Namun ada sesuatu yg membuatnya terkejut. Karena di sprei terdapat bercak warna merah. Seperti darah yg sudah mengering begitu banyak. Dan Catherine menutup mulutnya melihat itu. Dan kemudian mengingat kembali pergulatan panasnya dengan Agung.

" Ya ampun...!!"

" Aku kan tidak terluka. Dan Agung pun tidak. Dan ini darah....darah...!!"

Catherine terduduk bersimpuh di samping ranjang. Air matanya mengalir membasahi pipinya.

" Aku masih perawan, dan diambil oleh Agung..." kata Catherine. Kemudian menyeka air matanya. Kemudian berdiri keluar dari kamar pribadi. Catherine buru buru mengambil tasnya untuk pulang.

Catherine keluar dari ruangannya, dan meta masih disana.

" Met gw duluan..!!"

Catherine berlari menuju lift. Sementara Meta mengerutkan keningnya. Karena tidak biasanya Catherine seperti itu. Hingga Catherine sudah hilang dibalik pintu lift.

Catherine sampai di lobi, sudah enggan menggunakan mobilnya. Catherine memesan ojol agar cepat sampai rumah. Dan hal itu membuat karyawan terkejut. Karena tidak biasanya bos Catherine sampai lobi dan naik ojol.

Dan Catherine pun menuju apartemen miliknya untuk menemui Agung. sepatu ia tenteng agar cepat sampai. Hingga sampai di apartemen miliknya terlihat masih kosong. Catherine mencari keberadaan agung namun tidak ia dapatkan. Catherine kemudian mengambil ponselnya. Untuk menghubungi Agung.

" Hallo cinta....?"

" Kamu dimana Yang...?" tanya Catherine.

" aku di kontrakan. Kenapa...?"

" Kontrakan..?, dimana...?" tanya Catherine.

" di jalan tikus belakang apartemen, pas pintu rumah nomor 2 sebelah kanan..."

" Tunggu aku. Jangan pergi. Aku ke tempatmu...!" kata Catherine

Kemudian menutup ponselnya. Dan keluar apartemen kembali , menuju kontrakan Agung. Wajah Catherine senyum senyum sendiri. Dan tampak bahagia. Ia pun mempercepat langkahnya. Hingga sampai tempat yg dituju.

*****

POV: Catherine

Setelah kepulangan Tuan Willy aku tertidur dan bermimpi. Mimpi ketemu dengan nenek yg telah menolong ibu dahulu. Karena putrinya meninggal dan tak tertolong, ia merelakan menyumbangkan jantungnya kepada ibuku. Sungguh membuatku terharu. Hingga aku pun bangun dari tidurku. Dan Meta masih di sampingku. Kami pun akhirnya bersiap untuk pulang, karena hari sudah sore.

Aku ingin membasuh wajahku, agar tidak terlihat jika habis menangis. Tapi toilet yg biasa kupakai , sabun dan perlengkapan sudah habis. Sehingga aku mau tak mau masuk ke kamar mandi di ruangan kamar pribadiku. Dan setelah selesai aku melihat tempat tidur masih acak acakan akibat pergulatan panasku dengan Agung. Sehingga aku pun merapikannya.

Aku terkejut ketika melihat bercak darah yg sudah mengering. Aku merasa tidak terluka, dan Agung juga begitu. Hingga aku sadar, ternyata itu darah kepe rawa nan ku yg di rengguut Agung. Aku tersadar jika itu memang benar adanya. Karena selama menikah dgn Wilson dulu, tidak pernah merasakan sesakit dengan Agung. Dan ternyata aku menyadari jika milik Wilson memang tidak bisa tegak berdiri seperti milik Agung.

Dan ternyata, Agung lah yg berhasil membo bolnya. Aku senang atau sedih, aku tidak tahu. Dan aku pun segera ingin pulang menemui Agung. Untuk memberikan kabar ini. Hingga sampai di apartemen, aku tidak menemukan Agung. Ternyata ia mengontrak di belakang apartemen, engga tahu tujuannya apa. Aku pun ke tempat Agung dengan berlari. Bahkan tanpa alas kaki untuk sampai di kontrakan Agung.

Dan di rumah sesuai petunjuk Agung, aku melihat Agung yg menyambut ku. Aku berlari menghampirinya kemudian melompat memeluk Agung.

.

.

.BERSAMBUNG

$$$$$&&&&$$$$$