✅ Cerita ini mengisahkan konflik rumah tangga penuh drama.
✅ Bagi yang belum cukup umur apalagi masih bau kencur, silahkan mundur dengan teratur!
****
Kegetiran senantiasa menyertai perjalanan hidup seorang wanita bernama Mayuri Akhila.
Menyandang status janda di usia yang masih terbilang muda, membawa Yuri ke dalam banyak masalah.
Karena status itu pulalah, dia diusir warga di lingkungan tempat tinggalnya dan dituduh sebagai perempuan penggoda suami orang. Namun, pengusiran itu justru mempertemukan Yuri dengan seorang pria beristri yaitu Pandu Manggala.
Dekat dengan Pandu, membuat Yuri merasa menemukan kenyamanan dan diam-diam menaruh hati terhadap pria yang juga selalu memberi perhatian istimewa terhadapnya tersebut.
Mungkinkah Yuri dan Pandu bisa bersatu?
Haruskah Yuri menjadi seorang pelakor?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunita Yanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 13. Termakan Hasutan
Praakk!
Tamara melemparkan handbag-nya dengan kasar di meja nakas. Pandu yang tengah merebahkan tubuh di atas tempat tidur sembari memainkan ponselnya, hanya memasang senyum kecut melihat kelakuan istrinya yang baru saja pulang dan terlihat seperti sedang sangat kesal.
"Kamu kenapa, Sayang? Pulang-pulang wajah ditekuk begitu?" tanya Pandu dengan senyum heran dan gelengan kepala.
"Kamu, ajak Yuri dan Chia kemana saja tadi, Mas?" Tamara menatap suaminya dengan tatapan menelisik.
"Berbelanja." Dengan santainya Pandu menjawab. "Kan kamu sendiri yang minta aku pergi sama dia," lanturnya tanpa terlihat ingin merespon lebih jauh pertanyaan istrinya.
"Selain itu ... " Tamara bertanya lagi dan saat itu nadanya terdengar menginterogasi.
"Antar Chia baby spa terus makan di luar," aku Pandu jujur tanpa ingin menyembunyikan apapun dari Tamara.
"Makan di luar?" Tamara mencebikkan satu ujung bibir. "Memang makan sama baby sitter saja, harus di cafe mahal ya, Mas?" cibirnya ketus.
Pandu mendengus pelan mendengar ucapan istrinya. "Tadi aku berbelanja di mall itu dan karena kelaparan, jadi aku putuskan mencari makan disana. Kan kamu sendiri yang menyuruh aku pergi berbelanja sama Yuri!" kilah Pandu tanpa merasa ada salah dengan semua yang ia lakukan.
"Memangnya ... kamu tahu dari mana aku sama Yuri makan di cafe itu?" Pandu mengerutkan keningnya dan balik bertanya. Tentunya dia merasa heran mengapa Tamara bisa tahu kalau dia bersama Yuri dan juga bayinya sempat mampir untuk makan malam di cafe yang dimaksud.
"Aku punya banyak teman di luar sana, Mas. Banyak mata dan mulut yang bisa mengabariku hal apa saja ... termasuk tentang kamu," sahut Tamara, dengan alasan yang cukup masuk akal.
Pandu pun hanya mengangguk pelan, secara logika dia cukup bisa menerima alasan Tamara.
"Mulai sekarang, kamu nggak perlu ngajak Yuri keluar lagi, Mas. Aku nggak mau kamu terlalu dekat dengannya." Tamara menegaskan sebuah kalimat yang sarat akan penekanan dan rasa tidak senangnya.
"Lah, memangnya kenapa?" Pandu menggeleng.
"Yuri itu kan janda, Mas. Bisa saja karena kesepian dia justru akan menggodamu!" hardik Tamara.
"Apa salahnya kalau dia janda? Justru kamu lah yang selalu memberi ruang, sehingga aku dan juga Chia semakin dekat dengan Yuri. Dia yang memberi perhatian banyak untuk kami ... yang mana seharusnya perhatian itu aku dapatkan dari kamu, Tamara!" seringai Pandu tidak terima menanggapi hardikan miring istrinya.
"Kok bisa sih, kamu ngomong kayak gitu, Mas?"
"Ya, kan memang kenyataannya seperti itu!"
"Sudahlah, Mas. Pokoknya aku nggak suka ya kamu sok-sok perhatian sama Yuri. Pakai kasih dia baju baru segala!" gerutu Tamara, mencoba menyangkal dan mencari kesalahan lain suaminya.
"Baju baru? Hahaha ... " Pandu tersenyum kecut dan terkekeh.
"Baju itu kan, tadinya aku belikan buat kamu! Tapi, karena kamu tidak mau memakainya ... apa salah kalau aku kasih baju itu ke Yuri? Daripada mubazir," kilah Pandu dengan senyum seringainya.
"Aallaaah, banyak alasan kamu, Mas. Intinya, aku nggak suka kamu terlalu memberi perhatian istimewa terhadap Yuri," pungkas Tamara, sambil memalingkan wajahnya dari suaminya.
"Kamu cemburu ya sama Yuri?" ejek Pandu.
"Cemburu?" Tamara melebarkan matanya. "Cih! Buat apa aku cemburu sama janda itu? Aku dan Yuri nggak se-level, Mas. Kita itu beda kasta sama dia!" Mulut Tamara berdecih sombong.
"Kalau bukan cemburu, lalu apa?"
"Aaargh, aku capek, Mas. Badanku lelah. Aku mau mandi!"
Tidak ingin melanjutkan perdebatan di antara mereka lagi, Tamara segera menutup argumentasinya.
Bergegas dia mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi.
Pandu hanya menggeleng dan mendengus pelan. Setelah meletakkan ponselnya di meja nakas, Pandu bergegas menarik selimut dan tidur mendahului istrinya yang masih berada di kamar mandi.
****
Hari beranjak siang. Di ruang kerjanya, Tamara duduk menatap layar laptop di hadapannya.
Berbeda dengan hari-hari biasanya, saat itu dia merasa tidak bisa berkonsentrasi dalam bekerja dan semangat yang biasanya begitu berapi-api, tiba-tiba saja terasa meredup.
Pikirannya bercabang antara pekerjaan serta kecurigaannya terhadap suami bersama baby sitter-nya. Yang paling membuatnya menjadi menyimpan prasangka buruk adalah ketika mengingat semua cibiran kawan-kawannya tentang Yuri. Meski sedari awal Yuri memang sudah menceritakan semua hal kepadanya, entah bagaimana justru status serta masa lalu Yuri itulah yang kian membuat kecurigaan meradang di jiwanya.
"Kamu kenapa, Tam? Dari tadi aku perhatikan kamu melamun terus. Apa lagi ada masalah?" Lisa yang berada di satu ruangan dengan Tamara, diam-diam memperhatikannya. Melihat sikap tidak biasa Tamara, bergegas Lisa menghampiri seraya menepuk pelan pundak sahabat karib sekaligus atasannya itu.
Di kantor itu, Tamara dan Lisa memang satu divisi. Akan tetapi, sebagai seorang Director of Sales and Marketing, jabatan Tamara lebih tinggi daripada Lisa yang hanya merupakan Sales Administration disana. Persahabatan yang terjalin di antara mereka semenjak di bangku SMA, membuat Lisa tidak pernah bersikap terlalu formal terhadap Tamara.
"Nggak ada apa-apa, Lis. Cuma lagi jenuh aja," kilah Tamara, menyembunyikan raut wajahnya yang terlihat memendam kegundahan.
"Hmm ... kamu pasti masih kepikiran tentang suami dan baby sitter-mu itu, kan?" terka Lisa dengan sedikit sindiran miringnya.
"Sekali lagi aku peringatkan sama kamu, agar kamu berhati-hati sama perempuan yang namanya Yuri itu! Apalagi suami kamu kan ganteng. Yuri pasti tidak akan melewatkan kesempatan untuk bisa menggodanya. Kucing mana yang tidak tergoda kalau disuguhin ikan? Apalagi ikannya masih segar!" celoteh Lisa, kembali mengeluarkan jurus hasutan mautnya.
Tamara terdiam tanpa sedikitpun ingin menimpali atau membantah ocehan Lisa. Sejujurnya dia mencoba untuk tidak terlalu peduli. Tetapi, ketika dia ingat akan kesalahannya selama ini yang jarang bisa memperhatikan suami dan bayinya, membuatnya semakin khawatir. Dia sangat takut apabila Yuri benar-benar mampu merebut hati suaminya.
"Tidak, tidak, tidak! Mas Pandu tidak mungkin tergoda oleh rayuan janda itu, dia itu sangat mencintaiku!" Pikiran Tamara mencoba menampik segala kekhawatirannya.
"Tapi apa aku harus memecat Yuri, agar Mas Pandu tidak tertarik padanya? Kalau Yuri tidak jadi baby sitter-ku lagi, lalu siapa yang menjaga Chia saat aku dan Mas Pandu tinggal bekerja?" Kebimbangan itu terasa menyesakkan dadanya.
"Aku harus segera mencari baby sitter baru untuk menggantikan Yuri dan setelahnya baru aku bisa mengeluarkan wanita itu dari rumahku," batin Tamara mencoba mencari solusi agar bisa lepas dari ketergantungannya selama ini terhadap Yuri.
Tamara menghela nafas dalam-dalam. Dia baru benar-benar menyadari kalau memang benar selama ini dia sendiri lah yang membuka ruang, sehingga suaminya menjadi dekat dengan Yuri.
"Eh, Tamara! Kamu kenapa bengong?" sosor Lisa, membuyarkan lamunan Tamara.
"Siapa yang bengong? Aku hanya sedang serius mengerjakan laporan ini!" tandas Tamara sedikit tersentak dan berusaha mengalihkan rasa gugupnya karena melihat Lisa menatapnya dengan sorot mata sangat penasaran.
kamu terlalu Sisca 😂😂😂
dahlah ... selamat buat pandu dan Yuri.
chia udah besar ketemu sama mama tamara ya nak. apapun ibu mu, dia tetap ibumu 😑😑🤭🤭
kasihan melihat Tamara, semoga dia akan bahagia bersama kehidupan yang lain. selamat jalan Tamara 🥲🤧