Menanti Jatuhnya Talak 3

Yoga mengantar Zhezha di depan sebuah supermarket yang tak jauh dari tempat tinggal mereka. 

Tak ada pembicaraan di dalam mobil, mereka seperti orang asing yang tak saling mengenal, hanya bicara seperlunya. 

Mobil tiba di depan supermarket tersebut, Yoga membuka dompetnya kemudian mengeluarkan sebuah kartu ATM. 

" Ini Zhezha, ini cukup untuk kebutuhan kamu sebulan," ucapnya  sambil menyodorkan kartu ATM tersebut pada Zhezha. 

" Hm, Terima kasih, " ucap Zhezha seraya meraih kartu tersebut kemudian menyimpannya. 

Setelah melepas Seat beltnya, Zhezha langsung turun dari mobil, tanpa bicara sepatah katapun pada Yoga. 

" Zhe! "Seru memanggil Zhezha yang nyelonong. 

" Ada apa Mas? " tanya Zhezha menoleh. 

" Jika kau sudah tiba di rumah, hubungi aku, " seru Yoga. 

Hm, Zhezha hanya mengangguk. Setelah itu, ia langsung masuk ke dalam supermarket. 

Yoga kemudian melanjutkan perjalanannya menuju kantor. 

***

Mobil Yoga tiba di sebuah gedung perkantoran. Setelah memarkirkan mobilnya dengan rapi, ia langsung naik di gedung lantai tiga di mana kantornya berada. 

Gedung tersebut terdiri beberapa lantai dan merupakan bangunan yang disewakan khusus untuk perkantoran. Banyak pengusaha kecil dan menengah menggunakan gedung tersebut sebagai kantor mereka. 

Selain strategis, keamanan dan kenyamanan juga menjadi pilihan bagi para penguasa yang baru memulai usaha mereka seperti halnya Yoga.. 

Yoga sendiri baru setahun ini, menyewa gedung tersebut, dulu ketika memulai usahanya, perusahaannya masih berupa CV dan hanya mampu menyewa rumah kecil di salah satu komplek sederhana sebagai kantor.

Awalnya Yoga bekerjasama bersama para seniornya di jurusan teknik sipil untuk mendirikan sebuah CV. Saat itu ia hanya ikut-ikutan sambil belajar,karena masih berstatus mahasiswa.Merekapun membentuk sebuah CV yang bergerak di bidang jasa konstruksi. 

Dengan modal seadanya, mereka coba mengembangkan usaha mereka melalui relasi para senior yang sudah berpengalaman. Beberapa kali gagal dalam tender, akhirnya satu persatu rekan Yoga memilih untuk hengkang. Hanya Yoga yang coba untuk bertahan. Dengan susah payah ia mempertahankan CV tersebut, beberapa kali ia coba ikut serta dalam tender perusahaan besar.

Akhirnya CV Yoga terpilih untuk membangun jembatan penyeberangan. yoga yang minim pengalaman tersebut, memilih terjun langsung ke area proyek, bahkan ia sendiri yang mengawasi pembangunan proyek perdana tersebut.

Meski proyek tersebut berskala kecil, tapi proyek tersebut adalah ujung tombak bagi Yoga untuk meraih ke suksesannya . 

Dengan kegigihan, ketekunan yang kejujuran yang ia miliki, beberapa developer mempercayakan Yoga untuk jadi konsultan dari proyek mereka. 

Dan baru enam bulan ini, CV tersebut berganti menjadi sebuah PT hasil kerja sama Yoga dengan seorang pengusaha di bidang konstruksi. 

Yoga dipercaya memimpin Proyek senilai triliunan rupiah di beberapa tempat yang berbeda. Karena itulah ia selalu sibuk dan sering berpergian keluar kota.

Yoga tiba di lantai tiga, dimana kantornya beroperasi. 

Keluar dari lift, Yoga langsung disambut dengan sapaan ramah beberapa karyawannya. 

Dua orang wanita muda melihat kedatangan Yoga 

" Shut, pengantin baru tuh, " ucap Ramona satu mereka pada rekannya. 

" Iya, wajahnya makin segar saja tuh, ehm. Samperin Yuk, sudah kangen dengan senyum pak Yoga yang mempesona tersebut. " tambah Siska

" Ayuk, " sambut rekannya dengan semangat. 

Mereka pun bergerak menghampiri Yoga. 

"Selamat pagi Pak," ucap mereka secara serempak ,ketika berpapasan dengan Yoga. 

" Selamat pagi, " sahut Yoga seraya melemparkan senyum, ia langsung masuk ke dalam ruangannya. 

" Aw, senyuman pak Yoga manis sekali, jadi moodbooster untuk aku, " ucap Siksa dengan bola mata yang berbinar. 

" Hus, Hati-hati mulut loh, pak Yoga sudah punya istri, " sahut rekannya. 

" Ehm, biar saja. Aku kan hanya mengaguminya, tapi kalau pak Yoga mau, aku gak keberatan, meski harus jadi yang kedua, he he " sahutnya dengan jengah sambil menempel kedua telapak tangannya di pipi

" Uh, ngayalnya ketinggian saja kamu Sis! " sahut Ramona. 

" Biarin saja, yang penting kan aku gak pernah macem-macem. "

" Aku jadi ngebayangin bagaimana bahagianya jadi istri pak Yoga, sudah ganteng, keren baik hati pula, dan yang lebih membahagiakan adalah, bisa melihat senyuman manis pak Yoga dengan dua ginsuk di giginya setiap hari! Aw..Ui manis banget, bikin adem luar dalam pokoknya " ucap Siska dengan wajah yang merona seolah ikut merasakan bahagia. 

Ramona menumpuk jidat Siska. " Woi sadar! Kenapa jadi kamu yang ngebayangin jadi istri pak Yoga. Terobsesi baget sih loh! " celetuk Ramona. 

" Biarin, kan bini nya juga gak tahu. "

"Hey, kadang kenyataan itu, gak sesuai ekspektasi. Gak semua wanita bahagia memiliki suami yang ganteng dan kaya, terkadang mereka juga tersiksa karena cemburu. Lelaki seperti pak Yoga pasti banyak yang naksir, ancaman pelakor di mana-mana ya seperti loh tuh!" Cecar Ramona pada Siska. "Terlalu terobsesi dengan laki orang huh. " dengus Ramona.

" Iya benar juga ya, apalagi pak Yoga kan sering keluar kota, kalau gua jadi istri, setiap hari pasti gua ikuti suami ku,.Jangan sampai ada pelakor yang merebutnya! Ah bisa gila aku. " 

Ramona memutar bola mata malasnya mendengar celetukan dari rekannya tersebut.

Baru saja mereka bicara seperti itu, seorang wanita cantik dengan pakaian sedikit seksi menghampiri mereka. 

" Permisi, Pak Yoga ada? " tanya wanita cantik tersebut pada Siska dan Ramona. 

" Ehm ada, " sahut Ramona sedikit ketus. 

" Kalau begitu terima kasih, " ucap wanita cantik tersebut seraya berlalu menuju ruangan Yoga. 

Ramona dan Siska menatap sinis kepergian wanita tersebut, kemudian mereka saling memandang. 

" Ih, dia lagi! pagi-pagi udah menadangi suami orang," cetus Siska seolah tak senang. Siska pun mengerucutkan bibirnya. 

Ramona mengerucutkan bibinya.

" Ah loh sama dia sama saja. Dah Yuk! Balik kerja! " seru Ramona kepada rekannya sambil menepuk pundak Siska. 

Keduanya pun duduk di tempat masing-masing. 

***

Setibanya di ruangannya, Yoga langsung mendaratkan bokongnya di atas kursi empuk Setumpuk berkas sudah ada di hadapan Yoga dan harus segera ia periksa dan tanda tangani.Karena nanti sore ia harus kembali ke luar kota untuk meninjau kembali lokasi proyeknya yang baru. Yoga sendiri harus memastikan kinerja para karyawan di lapangan.

 Ia bukanlah seorang pemimpin yang hanya menandatangani berkas, kemudian memerintah anak buahnya, tapi juga ia mengawasi secara langsung proyek tersebut, agar tak terjadi segala bentuk kecurangan yang akan menghancurkan reputasi perusahaan yang begitu susah ia bangun. 

Yoga adalah tipe pekerja keras yang mengedepankan disiplin, kualitas karya serta kepercayaan dari klien nya. Namun,sangat jarang sekali pengusaha muda sepertinya masih mau terjun ke lapangan secara langsung, ikut berpanas-panasan, serta memeriksa dengan detail pembangunan proyek mereka. 

Biasanya seseorang yang sudah menjadi pemimpin,lebih banyak meluangkan waktu  datang ke tempat hiburan untuk menghilangkan stress dan rasa jenuh mereka. Namun,tidak bagi Yoga , dengan bekerja ia justru bisa mengalihkan dunianya,agar tak terlalu larut memikirkan perasaannya.

***

Wanita cantik tersebut masuk ke ruang Yoga tanpa permisi, mungkin karena ia sudah biasa keluar masuk ruangan tersebut. 

Yoga melirik sekilas ke arah wanita yang baru saja tiba tersebut, kemudian kembali menatap berkas yang ada di hadapannya. 

" Kau menikah tanpa memberitahu ku Yoga! " cetus wanita tersebut, ia, sedikit emosi ketika melihat Yoga yang tampak acuh terhadapnya. 

" Maaf, pernikahan kami terjadi secara mendadak, aku tak sempat mengundang mu, " sahut Yoga tanpa menoleh ke arah wanita tersebut. 

" Aku tak butuh undangan dari mu Yoga! " seru wanita tersebut sambil menepuk meja kerja Yoga. 

" Lalu kenapa? " tanya Yoga dengan dingin. 

Bulir bening menetes di pipi wanita itu. 

" Kenapa kau tak memberi kesempatan bagi ku Yoga. Aku sudah menyatakan perasaan ku sejak kita kuliah dulu. Sampai saat ini aku masih menunggu kau membalas perasaan itu, " ucapnya dengan sedih. Yoga kembali menundukkan wajahnya.

" Lihatlah betapa aku mencintaimu! Tapi apa yang ku dapat dari penantian ku selama ini! Kau malah menikahi wanita lain, tanpa memberitahuku terlebih dahulu, " ucapnya dengan nada yang mengandung emosi. 

" Memangnya aku kurang apa Yoga?! " tanyanya lagi dengan sedikit isak tangis. 

Melihat hal tersebut, Yoga awalnya tak ingin ambil pusing, kini terpaksa harus bereaksi, ia pun berdiri. 

" Reinata! Aku sudah bilang aku sudah punya pacar, dan aku sudah berjanji untuk menikahinya. Lagipula aku hanya menganggapmu sebagai teman dan rekan bisnis, itu saja.Jadi aku rasa itu bukan suatu kesalahan yang perlu di perdebatkan," papar Yoga. 

Reinata melihat ke arah Yoga yang menatapnya dingin. 

" Tapi aku mencintaimu Yoga, aku tak bisa mencintai pria lain, aku sudah coba untuk melupakanmu Yoga, tapi tak bisa. " 

Reinata berjalan mendekati Yoga, kini mereka saling berhadapan. 

" Yoga, berilah kesempatan bagi ku untuk memilikimu, aku rela jadi yang kedua, " ucapnya lirih, kedua netranya menatap iba pada Yoga. 

Reinata menyentuh dada Yoga, kemudian ia maju dua langkah, mereka semakin dekat. Dan ketika jarak semakin tipis, Reinata mendekatkan wajahnya dan bibirnya untuk menyentuh bibir Yoga. 

" Aku mencintaimu Yoga, " ucap Reinata lirih . Namun, belum pun bibirnya menyentuh bibir Yoga, Yoga sudah mendorongnya dengan pelan. 

" Jangan bertindak di luar batas Rei! Sebaiknya kau pergi dari sini, karena aku sedang sibuk! " ucap Yoga, ia pun berjalan menjauhi Reinata keluar dari ruangannya sendiri. 

Reinata menatap kecewa terhadap Yoga yang berlalu meninggalkannya. 

Untuk kesekian kalinya Yoga telah menolak cintanya. 

Bersambung dulu gengs. Kalau ada waktu otor up lagi deh.