NovelToon NovelToon
SNIPER CANTIK MILIK TUAN MAFIA

SNIPER CANTIK MILIK TUAN MAFIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / CEO / Dijodohkan Orang Tua / Mafia / Nikah Kontrak / Cintapertama
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Rizky Handayani Sr.

Olivia Xera Hilson, gadis cantik dan berwibawa yang tumbuh dalam bayang-bayang kekuasaan, terpaksa menerima tawaran pernikahan dari Vincent Lucashe Verhaag seorang pria karismatik sekaligus pewaris tunggal keluarga bisnis paling berpengaruh di Amerika.
Namun di balik cincin dan janji suci itu, tersembunyi dua rahasia kelam yang sama-sama mereka lindungi.
Olivia bukan wanita biasa ia menyimpan identitas berbahaya yang dia simpan sendiri, sementara Vincent pun menutupi sisi gelap nya yang sangat berpengaruh di dunia bawah.
Ketika cinta dan tipu daya mulai saling bertabrakan, keduanya harus memutuskan. apakah pernikahan ini akan menjadi awal kebahagiaan, atau perang paling mematikan yang pernah mereka hadapi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rizky Handayani Sr., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19

Tiga peluru membelah udara ditembakkan secara bersamaan dari balik pintu.

Insting mengambil alih. Vincent dan Roger melompat ke samping, menghindari jalur peluru, sementara Olivia langsung memeluk Anya dan bayinya, merunduk ke balik tembok toilet. Tangannya menutup bayi mungil itu agar tubuh kecilnya terlindung.

Tangis pecah:

“Oeekkkkk… oekkkk!” Seva meraung kaget.

Anya menepuk punggung putrinya, berusaha menenangkan di antara gemuruh jantungnya sendiri. Olivia menunduk lebih dalam, nafasnya cepat tapi tenang mata teliti mengamati celah pintu.

Vincent sudah mengeluarkan pistolnya. Dengan sekali hembus napas pendek, ia mengarahkan laras ke balik pintu dan menembak berdasarkan feeling.

Dor.

Satu pria terhuyung. Peluru tepat menembus dadanya; dia jatuh tertelungkup, darah cepat mengotori lantai kayu. Dari luar, anak buah Vincent menyerbu masuk, membawa tubuh pria itu dengan sigap.

Vincent berdiri, menatap lurus ke tubuh yang ambruk.

“Pastikan tidak ada darah tercecer,” perintahnya dingin.

Anak buah sigap dengan kain, menutupi bagian yang ternoda. Salah satu dari mereka mengeluarkan beberapa topeng dari tas, menyerahkannya pada Vincent.

“Pakai ini,” perintah Vincent singkat. “Olivia, bawa Nyonya Anya ke kamar kami. Di sana akses lebih ketat tak sembarang orang bisa masuk. Aku dan Roger akan kawal pergerakan kalian supaya tidak mudah dibaca.”

Olivia menelan ludah, lalu mengangguk. Ia menggendong Seva sedikit lebih erat demi menenangkan bayi itu. Mereka mengenakan topeng dan melangkah keluar dengan wajah tenang, suara musik pesta topeng menutupi langkah kaki mereka.

Di lorong, udara terasa berat. Olivia seperti merasakan tatapan dari balik kerumunan. Seorang pria berbadan tegap berdiri dekat tiang, jari-jari panjangnya menggenggam pisau tipis antara sela-sela jari.

Tanpa berteriak, Olivia melemparkan jarum kecil beracun dengan gerakan halus. Jarum itu melesat, menancap tepat di leher pria itu. Mukanya meregang, serak. “Ahkkk!” Ia roboh di sofa, mata terbuka lebar kehabisan waktu.

Anya menatap Olivia dengan terkejut bercampur takjub. “Kau bukan wanita biasa,” gumamnya pelan sambil memeluk bayi. Olivia hanya memberi senyum tipis, wajahnya kembali tenang.

Dari kejauhan, rekan pria itu menatap, hampir tak percaya. “Apa yang dia lakukan…?” bisik salah satu. Mereka lalu bergerak cepat, menahan diri tidak menggangu wanita yang membawa bayi. Perintah lewat earpiece: “Jangan serang yang membawa bayi. Mereka cuma berdua.”

Sayangnya, Olivia dan Anya sudah menaiki lift dan menuju lantai 19 terlalu jauh untuk diikuti saat itu. Di balik pintu lift, napas Olivia masih bergetar. Anya memandangnya, suaranya berbisik penuh air mata:

“Nona Olivia… kalau sesuatu terjadi pada kami tolong, selamatkan putriku.”

“Tenang,” jawab Olivia tegas. “Kami takkan biarkan apa pun terjadi pada Seva.”

Mereka sampai di kamar Vincent dan Olivia. Olivia menutup pintu, mengunci, memastikan gembok elektronik aktif. Ia meletakkan Seva di pangkuan Anya dan duduk di samping, menenangkan.

“Semua baik-baik, kita aman di sini. Aku dan suamimu kami menjaga ini,” ujar Olivia lembut.

Anya terisak, menatap putrinya. “Ini semua karena pria itu. Aku menolaknya. Aku hanya ingin hidup damai, tapi dia tak bisa menerima.”

Olivia menggenggam tangan Anya. “Aku mengerti. Kita akan carikan jalan keluar. Dia takkan mencelakai kalian di sini.”

* * * *

Di tempat lain, sekelompok pria mengamati lewat layar kecil dan teropong.

“Komunikasi dengan Tom putus,” lapor salah satu. “Sepertinya ada beberapa agen yang membantu minimal lima orang termasuk bayi.”

Seorang pria lain berdengus. “Dia selalu tidak sabar. Ini akan membuat rencana berantakan.”

Bos mereka menjawab dingin, “Jangan gegabah. Ini bukan tugas untuk psikopat kita berbagi informasi, berbagi tugas, dan menjaga keuntungan. Kerja profesional.”

Seorang bawahannya menggerutu, “Kenapa tidak kita habisi saja semua perempuan yang bawa bayi? Lebih cepat.”

Kata-kata itu belum selesai ketika sebuah pisau melesat dan terhenti di lehernya. Ia tersedak, menatap mata bos dengan panik, lalu selanjutnya tubuhnya diturunkan ke laut oleh rekan-rekannya. Pesan jelas: tidak ada toleransi untuk sembrono.

Salah satu pengintai lain melapor, “Daftar tamu menunjukkan Roger dan Anya tercatat di kamar 280.”

“Bagus. Mereka mengganti kamar.” Bos mematikan mic. “Laksanakan tugas—temukan target dan tuntaskan.”

Mereka pun menyusuri dek, menyatu dengan kerumunan pesta, menunggu kesempatan.

* * * *

Sementara itu, Vincent dan Roger tak lagi bicara banyak. Mereka memilih tangga darurat untuk bergerak ingin menghabisi penyusup sebelum ancaman meluas.

“Apa kemampuanmu masih oke?” tanya Vincent, menatap sahabatnya.

Roger menghela napas. “Sudah lama, Vin. Tapi aku masih bisa.”

“Kita lakukan ini bersih. Ingat keluarga Smith,” balas Vincent dingin.

Mereka muncul di lantai pesta; ruangan itu penuh topeng, lampu redup, musik menggema. Vincent mengamati kerumunan ada alat penyadap, pejabat, selebritis semua menyamarkan gerak-gerik. Di kerumunan itulah, ancaman bergerak.

Di radio kecil, salah satu agen melapor, “Captain, di dekat bar ada pria botak mencurigakan.”

Captain Joseph, yang berpura-pura menjadi tamu, mengangguk. Dalam hitungan detik pria botak itu diputar lehernya dan pingsan, ditangani oleh tim Vincent. “Di mana keluarga Smith?” tanya Captain.

“Agent Rose membawa Nyonya Smith ke dek 19. Kami jaga lift. Suaminya ikut bersama Roger,” jawab agen lain.

Captain Joseph menghela napas lega. “Bagus. Fokus kita keluarkan penyusup sebelum mereka sempat bergerak lagi.”

Di atas kapal mewah itu, pesta topeng terus berputar. Tetapi di balik topeng, perang sunyi sedang berlangsung dan malam itu belum usai.

1
Murni Dewita
gantung thor
Murni Dewita
double up thor
Rizky Handayani Sr.: ok kak, padahal uda double² up ni 🫠
total 1 replies
Murni Dewita
jodoh mu
Murni Dewita
👣👣👣
partini
wah kakek pintar juga yah
partini
menarik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!