Demi mendapatkan biaya operasi sang ayah yang mengidap penyakit jantung, Nabila Kanaya terpaksa menikah dengan Sean Ibrahim, lelaki yang tak lain adalah suami dari sahabatnya.
Sandra Milea, seorang model terkenal yang
namanya sedang naik daun di dunia entertainment, terpaksa meminta sahabatnya untuk menikah dengan suami tercintanya demi mendapatkan seorang anak yang sudah lama didambakan oleh Sean dan juga mertuanya. Bukan karena Sandra tidak bisa mempunyai anak, tetapi, Sandra hanya belum siap kehilangan karirnya di dunia model jika dirinya tiba-tiba hamil dan melahirkan seorang anak.
Lalu, bagaimana nasib pernikahan Kanaya dengan suami sahabatnya itu? Akankah Kanaya menderita karena menikah tanpa cinta dan menjadi istri rahasia dari suami sahabatnya? Ataukah Kanaya justru bahagia saat mengetahui kalau suami dari sahabatnya itu ternyata adalah seseorang yang dulu pernah singgah di hatinya?
Yuk, ikutin kisah mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nazwa talita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 13 JADI MENIKAH
"Apa?" Sean sangat terkejut mendengar ucapan istrinya.
"Maksud kamu, aku jadi menikah dengan perempuan yang kami bilang adalah sahabatmu itu?"
Sandra menganggukkan kepalanya.
"Aku pikir kamu berubah pikiran, tetapi ternyata kamu masih berharap aku menikah dengannya." Nada suara Sean terdengar kecewa.
Laki-laki itu awalnya berharap kalau Sandra akan berubah pikiran. Namun, istrinya itu ternyata sangat keras kepala.
"Sayang ... kamu sangat tahu aku bukan? Aku tidak akan menyerah sebelum aku mendapatkan apa yang aku inginkan." Sandra menatap Sean dengan memelas. Senjata andalannya ketika Sean sedang marah.
"Aku mencintaimu. Maafkan aku karena aku belum bisa memberimu keturunan. Aku belum siap kehilangan semuanya."
"Aku akan menunggu sampai kamu siap, Sandra. Tidak perlu harus menikah dengan perempuan lain hanya untuk mendapatkan anak."
"Aku tidak ingin kehilanganmu, Sean. Aku tidak mau mama dan papa menjodohkan kamu dengan perempuan pilihan mereka. Aku tidak mau–"
"Aku tidak akan menikah dengan perempuan manapun karena aku mencintaimu, Sandra. Lagipula, kalau pun aku akan menikah lagi, aku pasti akan meminta persetujuanmu!"
"A–apa? Jadi, maksud kamu, kamu sudah merencanakan akan menikah lagi?" Kedua mata Sandra membola mendengar ucapan suaminya.
"Seandainya, Sandra. Seandainya kedua orang tuaku memaksaku untuk menikah dengan perempuan yang dipilih oleh mereka, aku juga pasti akan izin terlebih dahulu padamu. Kalau kamu tidak mengizinkannya, aku tidak akan menikah dengan siapa pun. Meskipun mereka memaksa!" ucap Sean panjang lebar agar perempuan di depannya ini mengerti.
"Sean ...." Sandra memeluk Sean dengan air mata yang menetes di pipinya. Perempuan itu sangat terharu dengan ucapan pria itu.
"Tapi aku mohon padamu, Sean, kabulkanlah permintaanku kali ini. Aku janji aku tidak akan meminta apapun lagi padamu." Sandra menatap wajah tampan suaminya. Dalam hati, sesungguhnya ia tidak pernah rela membiarkan Sean menikah lagi.
Namun, demi karir yang sudah ia bangun dengan susah payah, Sandra terpaksa mengorbankan semua perasaannya.
"Menikahlah dengan Kanaya selama setahun. Sebelum setahun, aku ingin Kanaya sudah hamil." Kedua mata Sandra berbinar saat membayangkan rencananya.
"Tapi kita ini manusia, Sandra, bukan Tuhan. Aku tidak tahu apa setelah menikah dengannya, dia bisa langsung hamil atau tidak. Bisa saja bukan, kalau dalam waktu setahun wanita itu ternyata belum hamil juga?" Kata-kata Sean sedikit membuat nyali Sandra menciut.
Sean benar, kita hanya manusia. Semuanya yang menentukan adalah Tuhan. Akan tetapi, Sandra sungguh sangat berharap kalau dalam waktu kurang dari setahun, Kanaya bisa segera hamil.
"Aku akan menyuruh Kanaya memeriksakan kesuburannya begitupun dengan kamu, Sayang ...." Sandra memainkan dasi Sean. Pria itu masih memeluk dirinya.
"Aku akan pastikan kalau kalian berdua sudah siap untuk menikah dan mempunyai anak."
Sean menarik napas panjang mendengar ucapan Sandra. Percuma saja membujuk perempuan itu. Sandra memang sangat keras kepala. Istri cantiknya itu tidak akan berhenti sampai dia mendapatkan keinginannya.
Benar-benar egois!
Suara hembusan napas Sean terdengar berat. Kedua tangannya kembali memeluk Sandra.
"Aku akan menuruti semua keinginanmu. Termasuk menikahi sahabatmu itu." Kata-kata itu akhirnya keluar dari bibir Sean.
Sandra tersenyum dipelukan pria tampan dan gagah itu. perempuan itu sangat senang karena akhirnya Sean mau menuruti keinginannya.
"Sebaiknya kamu berangkat ke kantor sekarang. Kamu sudah terlambat berapa menit." Sandra melepaskan pelukan suaminya.
Merapikan kembali dasi yang sempat ia mainkan. Sean memberikan sebuah kecupan di kening Sandra. Mereka berdua kemudian keluar dari kamar. Berjalan beriringan menuruni tangga menuju meja makan.
***
"Aku akan menelepon Kanaya dan memberitahukan padanya agar dia bersiap-siap untuk menikah denganmu secepatnya," ucap Sandra sebelum Sean masuk ke dalam mobilnya. Pria itu sudah bersiap pergi ke kantor.
Sandra tersenyum sesaat setelah mobil Sean melaju meninggalkan halaman rumahnya.
Sandra segera menelepon Kanaya. Memberitahukan pada perempuan itu kalau rencana yang tadinya tertunda, kini harus segera dilaksanakan. Model cantik itu tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan.
Lebih cepat lebih baik. Mumpung tidak ada keluarga Sean. Kedua orang tua Sean sudah beberapa hari lalu pergi ke luar negeri.
***
Kanaya menatap wajahnya di depan cermin. Gadis itu berkali-kali menarik napas panjang. Mencoba menetralkan perasaan gelisah di hatinya.
Beberapa menit yang lalu, Sandra baru saja menelepon dirinya. Sahabatnya itu ingin bertemu dengannya di restoran. Restoran yang sama seperti saat Kanaya bertemu dengan Sean untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun tidak bertemu.
Akhirnya, saat itu akan tiba.
"Semoga semuanya berjalan lancar seperti keinginan Sandra," gumam Kanaya.
Tuhan ... jika perasaan yang aku rasakan ini salah, aku mohon, hilangkanlah! Aku tidak mau, kalau semua perasaan ini akan menjadi boomerang buatku nantinya.
Aku tidak ingin mengkhianati Sandra. Perempuan itu adalah sahabat terbaikku. Aku tidak mungkin mengkhianatinya dengan menyimpan perasaan cinta yang aku punya untuk suaminya. Pria yang sebentar lagi juga akan menjadi suamiku.
Kanaya mengusap wajahnya kasar. Mencoba menghalau semua perasaan yang selama ini ia simpan di lubuk hatinya yang paling dalam.
Aku harus bisa melupakannya. Harus bisa!
Kanaya menyemangati diri sendiri.
Akan tetapi, bagaimana aku bisa melupakannya?Seandainya nanti aku menikah dengannya, aku pasti akan selalu berada di dekatnya. Lalu, bagaimana caranya aku bisa melupakan dia?
Kanaya mengacak rambutnya dengan kesal. Hatinya sedang dilema. Dilema antara senang dan bimbang.
Senang dan bahagia karena akhirnya setelah bertahun-tahun, ia kembali bertemu dengan Sean meskipun laki-laki itu tidak mengenalinya.
Bimbang, karena biar bagaimanapun, Sean sekarang adalah seorang suami dari sahabatnya. Tidak mungkin kalau Kanaya tiba-tiba merebut laki-laki itu dari tangan sahabatnya.
Suara dering ponsel Kanaya membuat perempuan itu beranjak dari tempat duduknya. Gadis cantik itu mendekati nakas, meraih ponselnya yang menyala. Terlihat nama Sandra pada layar ponselnya.
"Halo, Nay, aku sudah di restoran. Kamu cepat datang ya, waktuku tidak banyak. Sebentar lagi aku ada pemotretan." Mendengar suara Sandra di ujung sana, membuat Kanaya buru-buru kembali berdiri di depan cermin.
"Sebentar lagi aku akan sampai."
"Baiklah! Aku akan menunggumu sebentar lagi." Sandra memutus panggilan teleponnya.
Sementara Kanaya segera bergegas setelah merias wajahnya. Perempuan itu tidak menyangka kalau ternyata Sandra sudah terlebih dahulu sampai di sana.
Kanaya baru saja turun dari taksi saat tiba-tiba sebuah sepeda motor hampir saja menabraknya. Beruntung, seseorang menarik tangannya, hingga Kanaya selamat dari bahaya.
Sepeda motor itu melesat dengan cepat, sementara tubuh Renata menabrak dada bidang seseorang yang menyelamatkannya.
"Kamu?"
Kedua mata Kanaya membola. Gadis itu sangat terkejut saat melihat siapa orang yang telah menyelamatkannya.
Tangannya memegang erat lengan laki-laki itu. Sementara, sang penyelamat menarik pinggang Kanaya membuat tubuh mereka merapat seperti orang yang sedang berpelukan.
BERSAMBUNG ....
Sambil menunggu otor update, ayo merapat juga di karya teman otor yok!
Seoarang mahasiwi polos, cengeng dan juga manja harus menerima perjodohan yang telah di rencanakan oleh kedua orang tuanya yang tak lain dengan dosennya sendiri yang sikapnya begitu dingin namun siapa sangka di balik kepolosannya gadis itu menyembunyikan jati dirinya yang sebenarnya.
Bagaimanakah sikap mereka di kampus?
Akankah mereka saling mencintai?
Apakah sang Dosen akan menerima jika dia tau jati diri gadis itu yang sebenarnya?