Takdir buruk mempertemukan Renata Gayatri dengan Bian Aditya Mahesa dalam sebuah ikatan yang tak mereka harapkan.
“ Menikahi bocah ingusan ? Ayolah mi, Bian sudah 29 tahun ! Bian bisa merawatnya tanpa menikahinya. " Tolak Bian tegas.
Pada akhirnya seberapa keras melawan, Takdir dan kehendak Tuhan lah yang menentukan.
Cinta dan Benci
Surga dan Neraka
Bian ciptakan dalam kehidupan Renata, memebelenggu dan menjerat Renata agar jiwa nya mati perlahan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black moonlight, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menantikan Karma
Waktu menunjukkan pukul 5 sore ketika Alvin dan Renata tiba di kamar kosan itu. Meski sempit, dengan penataan ruangan yang baik dan juga selalu di bersihkan Anya saat Renata ke Jakarta, Kostan pun tetap nyaman dan bersih.
“ Masuk dulu mas .. " Tawar Renata.
“ Gak papa nih saya masuk ? "
“ Gak papa mas, pintunya jangan di tutup aja. " Titah Renata.
Alvin pun masuk, masih lengkap menggenakan setelan kantor dan jas hitam nya. Alvin menatap keseliling, memandang iba pada gadis di hadapannya, gadis nan cantik dan mandiri yang di hari pertama nya menjadi seorang istri di campakkan oleh suaminya sendiri.
“ Kamu betah disini Re ? Saya bisa minta ke Bian buat beliin rumah yang layak. " Tanya Alvin.
“ Gak usah mas, tolong kalau bisa rahasia kan apapun tentang hubungan saya dan mas Bian ya terutama pada orang orang kampus. " Pinta Renata dengan mata berbinar.
“ Kenapa ? "
“ Saya ingin kembali ke kehidupan saya sebelumnya mas, saya gak mau terlibat dengan keluarga Mahesa lagi di masa depan. " Ucap Renata dengan senyum getir.
“ Maaf Re, andai saya tau Bian akan memperlakukan mu dengan buruk maka saya akan menghalangi pernikahan kalian terjadi. "
“ Tak apa mas, semua sudah terjadi. Mas mau kopi ? Atau apa ? " Tanya Renata mengalihkan pembicaraan.
“ Air putih aja Re, nanti selepas magrib saya balik Jakarta ya ? "
Renata hanya mengangguk, di bawakan nya segelas air putih dan sedikit cemilan yang biasa Renata makan saat sibuk mengerjakan tugas kampusnya.
Di Jakarta Bian berjalan mondar mandir di kantor Diana, istri dan asisten sekaligus saudara angkatnya itu tiba tiba saja menghilang. Bian yakin Alvin ikut melancarkan tindakan nekad Renata yang pergi di hari pertama mereka menjadi pasangan suami istri.
“ Alvin sialan ! " Maki Bian lalu melempar ponselnya ke meja begitu mendapati ponsel Alvin tidak kunjung aktif beberapa jam ini.
Bian mencengkram pegangan kursi yang di dudukinya dengan erat, menyalurkan segala kekesalan dan emosinya. Bukan karena Renata pergi Bian menjadi murka, tapi karena Renata mengambil hati orang orang terdekatnya termasuk Alvin seseorang yang selalu mendukung keputusan Bian.
“ Setelah Mami, kamu juga mengambil perhatian saudara ku padahal kamu istri ku Renata. Sungguh memalukan ! " Maki Bian.
Bian memilih pulang bahkan Diana Ibunya pun di titipkan pada para perawat. Pikiran Bian terlalu pelik memikirkan pengkhianatan yang di lakukan oleh istri dan saudara angkatnya itu.
Suara mobil Alvin terdengar memasuki halaman rumah Bian, Alvin dan Bian memang tinggal serumah dari semenjak mereka di mandati untuk mengurus perusahaan bersama.
“ Dimana Bian Bi ? " Tanya Alvin begitu saat maid membukakan pintu untuknya.
“ Sepertinya di ruang kerja Tuan, tadi Bibi lewat ruangannya nyala. " Jawabnya.
“ Makasih Bi .. Lanjutkan istirahatnya ya "
Alvin berjalan cepat menuju ruang kerja Bian, ada yang harus dirinya luruskan tentu saja. Sebelumnya Alvin mengetuk pintu terlebih dulu.
“ Masuk ! " Jawab seseorang dari dalam sana.
“ Ck .. gue kira Lo udah gak punya nyali buat balik sini " Bram berdecak kesal.
“ Tenang dulu, biar gue jelasin .. "
“ Gue anter Renata balik ke kostan nya sumpah demi apapun gue gak lakuin apa apa ke istri Lo. Hp gue lowbatt. Gue gak bawa charger. " Lanjut Alvin menjelaskan
“ Kenapa Lo belain dia ? Dia bisa balik sendiri. Lo suka sama dia ? "
“ Iya gue suka, apa sih alesan yang bikin gue gak suka sama istri Lo ? Dia cantik, baik, mandir .. "
Buugghh
Satu pukulan mendarat di pipi mulus dan rahang nan kokoh milik Alvin. Belum juga selesai bicara Bian sudah menghadiahi bom mentah untuk Alvin.
“ Anj** ya Lo " Maki Bian.
“ Harusnya Lo sadar diri dan berterimakasih ke gue Bi. Bukannya malah bersikap so jago ! "
“ Kenapa gue harus ? " Ucap Bian sambil mencengkram kerah kemeja Alvin.
“ Karena gue udah ringanin tanggung jawab Lo sebagai suami ! Ngapain aja Lo waktu istri Lo pergi ? Dimana Lo waktu dia sesenggukan nangis di pinggir jalan. What the fuc*k bastard ! Dia istri Lo. "
“ Perse*tan, gue cuman anggap dia gadis di atas kertas " Bian melepas cengkramannya lalu menghempas tubuh Alvin ke sofa. Bian berjalan keluar dari ruang kerja dan membanting pintu itu hingga membuat orang orang terlonjak.
Ini kali pertama Alvin dan Bian terlibat perkelahian, bahkan para maid dan bodyguard yang berjaga di buat kikuk dengan perselisihan sengit antara mereka, tak ada yang berani melerai, mereka memilih diam dan berjaga andai kata sesuatu yang lebih buruk terjadi di antara keduanya. Namun syukurlah mereka berhenti dengan Bian yang lebih dulu meninggalkan tempatnya.
Bian mengepalkan tangan lalu dengan seeluruh kekuatan Bian menghantamkan tangannya ke dinding, dalam sehari seorang wanita mampu merubah banyak hal dalam hidup Bian. Sungguh Bian membencinya lebih dari yang bisa dia lakukan.
...----------------...
“ Anya .. " Panggil Renata sambil mengetuk kamar Anya.
“ Re ? Lo udah pulang sama siapa ? " Tanya Anya khawatir.
“ Mas Alvin Nya .. gue nyampe sore tadi terus ngobrol sebentar abis mas Alvin balik, gue ketiduran. Gue cape banget " Ucap Renata, menyiratkan rasa lelah dari ekspresinya.
Bukan lelah yang secara fisik bisa diobati dengan tidur, namun lelah yang membuat Renata merasa terguncang.
“ Sini Re .. " Anya memeluk Renata lalu membawanya masuk, Anya paham Renata lelah secara psikis.
“ Gue cape nya hiks .. "
“ Gak papa, gue tau Re " Anya mengusap punggung Renata lembut.
“ Apa salah gue ? Mereka yang rebut Kak Tama dari gue, mereka yang mengatas namakan janji pada Kak Tama memohon gue terlibat dalam keluarga mereka, tapi dia suami gue sendiri yang lempar gue keluar kaya sampah di jalanan " Renata menangis sejadi jadinya, kesedihan pasca kehilangan keluarga satu satunya dan rasa sakit hati setelah di campakkan dan di rendahkan suaminya membuat Renata merasa semakin hancur.
“ Tenang Re, ada gue disini. Lo bisa, Lo kuat. Lo harus buktiin itu ke mereka. " Ucap Anya menegarkan hati Renata.
Ya Anya benar, Renata memutuskan pergi karena tak ingin harga dirinya di injak injak oleh Bian. Lalu untuk apa menangisi nya lagi ? Renata pastikan, suatu saat pria itu akan mendapatkan karma atas apa yang telah di perbuatnya saat ini.
“ Lo bener Nya, gue pastiin dia bakal bayar mahal semua sakit hati gue. "
“ Udah ya Re sekarang Lo mending fokus kuliah, fokus dapetin beasiswa S2 ke luar negeri seperti yang Lo cita-citain dan tunjukkin ke si Bian baj**ngan itu Lo bisa lebih baik daripada dia. " Ucap Anya memberikan lebih banyak semangat pada Renata.
Entah di masa depan mereka akan bertemu lagi atau tidak, yang pasti Renata akan mempertaruhkan segalanya untuk membuat Bian jatuh sejatuh jatuhnya suatu saat nanti.