Suami Bayangan

Suami Bayangan

Pertolongan

“ Tolong .. " Jerit wanita paruh baya yang kini tersudut di antara ujung jembatan penyebrangan orang. Baik dari depan maupun belakang nya dua sosok pria bertubuh kekar dan berwajah sangar telah menghadang jalannya.

Suasana mencekam itu membuat Diana tak lagi berharap akan melihat matahari esok pagi. Di tengah hujan deras dan gelapnya malam Diana hanya bisa menekuk tubuhnya menanti ajal mendatangi.

Tama yang saat itu hendak pergi kerja sift malam dengan terpaksa melewati jalur sepi yang tak biasanya dia lewati karena ini merupakan jalur pintas agar lebih cepat menuju pabrik tempatnya bekerja. Di tengah perjalanan menembus hujan deras, samar terdengar suara wanita meminta tolong. Awalnya Tama bergidik ngeri dalam suasana sepi dan gelap mendengar suara aneh namun begitu kepalanya menengadah ke arah JPO di lihatnya dua orang pria yang hendak melakukan tindak kekerasan pada seorang wanita. Segera Tama turun dari sepedah motornya dan berlari hendak memberi pertolongan.

“ Berhenti, apa yang kalian lakukan berengsek. Berani nya pada wanita tak berdaya. " Ucap Tama sambil menarik baju salah seorang pria.

“ Jangan ikut campur ! Pergi selagi kau tak ingjn kehilangan nyawa .. " Ancam pria bertubuh kekar itu.

“ Cih, aku akan menjadi banci jika hanya berlari pergi. Kemari bu larilah dan cari pertolongan " Titah Tama yang sudah terlebih dulu mengamankan Diana di belakangnya.

Diana mengikuti titah Tama dan berlari secepat mungkin turun menuju tempat dimana mobilnya terparkir di ujung jalan sepi itu. Diana segera menaiki mobilnya dan mengunci diri di dalam, dengan tangan yang gemetar Diana menghubungi Polisi dan Putranya Bian.

“ Tolong mami Bi ! Mami kirim lokasi, mami di hadang dua pria. Cepat kesini Bi " Ucap Diana suara nyaris tak jelas namun Bian di sebrang suara masih bisa mendengar Ibu nya yang meminta pertolongan dalam keadaan panik.

Bian memacu mobil sport nya dalam kecepatan tinggi dengan membawa beberapa pengawal di belakagnya. Pikiran Bian sudah kacau, jantung nya berdegup cepat. 10 menit berselang Bian sampai dan menemukan mobil yang dikenalnya sebagai mobil Diana, ibunya.

“ Mami .. " Bian mengetuk kaca mobil berulang kali membuat Diana tersentak kaget.

“ Astaga Bian tolong mami Bian "

“ Ada apa Mi ? Dimana mereka ? " Tanya Bian menuntut.

“ Disana ! Diatas sana. Dengan seorang pemuda yang menolong Mami. Pergi dan selamatkan dia. " Pinta Diana masih dengan tubuh yang bergetar.

Bian meninggalkan Ibunya bersama beberapa pengawal dan membawa sebagian lagi bersamanya menyusul untuk memberi pelajaran pada orang orang yang lancang menyakiti Ibunya. Sesampainya di JPO orang yang dicari tak nampak batang hidungnya, yang ada hanyalah seorang pria muda yang terkapar dengan luka sobek menganga di perutnya yang mengeluarkan darah segar.

“ Astaga, panggil ambulans. Cepat ! " Perintah Bian pada pengawalnya.

Dengan cekatan Bian melepaskan jaket yang di pakai untuk menekam luka yang di derita Tama akibat tikaman kedua orang itu. Tama sudah dalam keadaan tak sadarkan diri namun masih bernyawa.

“ Bertahanlah dude ! " Ucap Bian begitu ambulans datang, membiarkan paramedis membawa Tama sedangkan Bian dan Diana menyusul menggunakan mobil mereka.

“ Bian bagaimana keadaan anak muda tadi ? " Tanya Diana khawatir.

“ Luka tusuknya cukup parah Mi. Semoga saja dia selamat "

“ Ah Tuhan, mami berhutangnya padanya Bi. Jika bukan karena dia mungkin mayat mami yang kamu temukan .. " Isak Diana penuh penyesalan.

“ Jangan katakan itu lagi Mi. Dia menolong mami tentu dia tahu resikonya. Lebih baik sekarang kita pastikan keadaannya dan kita juga harus memeriksa keadaan mami " Bian menggenggam tangan Diana memberi ketenangan untuknya.

Sesampainya di rumah sakit, mereka berlari menuju IGD. Para petugas yang jaga pun di buat kaget karena Diana dan Bian datang dalam keadaan yang kacau, ternyata Diana adalah pemilik Rumah Sakit itu.

“ Bu Diana ? Ada terjadi sesuatu ? Duduklah " Titah Dokter Rama yang sedang berjaga malam.

“ Aku baik baik saja, anak muda yang baru saja masuk dengan luka tusuk apa sudah di tangani ? " Tanya Diana.

“ Sedang dalam perawatan Bu, namun keadaannya kritis. Kami sedang menyiapkan ruang operasi dan menunggu dokter spesialis bedah untuk menangani nya. "

“ Menunggu katamu ? Apa dia bisa menunggu ? " Sungut Bian yang memang di kenal tempramen dan tegas.

“ Tenang Pak kami sedang berusaha menghentikan pendarahannya namun ada organ yang rusak sehingga membutuhkan operasi lanjut "

“ Segera lakukan ! " Perintah Bian tegas.

“ Baik Pak, kami akan segera membawanya. " Dokter Rama berlari menghampiri dokter dan perawat yang menangani Tama.

Berkat tuntutan Bian, ruang operasi di siapkan lebih cepat dan Tama pun mendapat tindakan pembedahan.

“ Mami lebih baik ganti baju, mami basah lalu istirahat di ruang VIP. Bian yang akan berjaga disini sampai operasi nya selesai lalu mengabari mami ya ? " Bujuk Bian yang mengkhawatirkan keadaan Ibu nya.

“ Betul Bu, biar saya antar Ibu ke ruangan. Saya sudah siapkan baju ganti disana mari bu .. " Ajak seorang perawat yang sebelumnya sudah Bian perintahkan untuk merawat Diana.

“ Baiklah, tapi janji kabari mami ya Bi ? "

“ Tentu Mi, Bian juga sedang mencari informasi keluarganya. Bian akan segera mengabari keluarganya dan membawanya kemari. "

“ Terimakasih Bi, lakukan sebaik mungkin " Diana mengusap lengan putra kesayangannya itu lalu berlalu meninggalkannya.

Dalam waktu 30 menit Bian sudah mendapatkan kabar tentang identitas Tama dan keluarganya, menurut informasi orangnya Tama merupakan buruh pabrik yang mengontrak rumah tidak jauh dari tempat kejadian bersama adik perempuannya. Bian segera memerintahkan untuk menjemput dan mengabarkan keadaan Bian pada adiknya, Renata.

Renata berjalan gontai menyusuri lorong rumah sakit menuju ruang tunggu di depan ruang bedah. Renata hanya mengikuti langkah pria di depannya, hingga akhirnya ia menemukan ujung dan bertemu dengan Bian.

“ Halo dek saya Bian, saya anak dari ibu yang kakak mu tolong. Saya juga yang membawa nya kemari. " Bian memperkenalkan diri sebelumnya.

“ Bagaimana keadaan kak Tama ? Dia baik bukan ? Dia akan selamat " Cerca Renata dengan terisak.

“ Saya belum tahu, tapi kami pasti berusaha sebaik mungkin untuk menyelamatkan nya " Jawab Bian tenang.

“ Ya Tuhan, jawab kenapa kakak ku bisa begini ? Harusnya kakak ku pergi bekerja bukan malah menyelamatkan seseorang dan berakhir menyedihkan begini. " Racau Renata yang sedikit menyakiti perasaan Bian.

“ Tenanglah, siapa namamu ? Kakakmu begitu berbesar hati menolong ibuku. Jangan buat dia bersedih karena pengorbanannya kamu pertanyakan. "

“ Persetan dengan pengorbanan ! Bagaimana jika kakak ku mati hah ? Aku akan hidup sebatang kara ! " Jerit Renata yang mulai kehilangan kendali, menjatuhkan tubuhnya yang kini terasa lemas lalu perlahan kehilangan kesadaran.

“ Bawa dia ! Berikan dia perawatan. Dia sepertinya shock " Ucap Bian pada seorang perawat yang berjaga tak jauh dari sana.

Kepala Bian terasa berat kini, semua terjadi begitu cepat. Bian meraih bungkus rokok di saku jaketnya yang di lumuri darah.

“ Sial ! " Gerutu Bian begitu melihat rokoknya menjadi basah bercampur air hujan dan darah.

Terpopuler

Comments

Lanjar Lestari

Lanjar Lestari

Tama jd pahlawan yg tolong Diana semoga Bian dan Renata berjodah

2024-05-04

0

Siti Karomah

Siti Karomah

lanjut Thorr

2023-01-21

0

Asmi☺☺

Asmi☺☺

serrru ni,, baru mulai udh😘😘😍😍

2022-04-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!