Queen Of Casino

"Je, awas di belakangmu!" teriak Sam saat melihat pria plontos itu melemparkan pisau ke arah temannya.

Namun, dengan cepat Je memiringkan tubuh hingga akhirnya pisau tersebut melesat ke belakang. Kemarahan seketika memuncak di ubun-ubunnya di kala melihat kelakuan pria tak tahu terima kasih tersebut.

"Kau menyia-nyiakan kesempatan keduamu brengsek!" Secepat kilat Je berlari ke arah pria tersebut dan melayangkan sebuah tendangan dengan memutarkan tubuh gemuknya hingga kaki wanita tersebut mendarat tepat di leher si plontos dan membuatnya terpelanting cukup jauh.

"Ukhuk!" Pria tersebut terbatuk sambil menehan rasa sakit, hingga akhirnya pingsan di tengah jalan.

"Sialan!" Je mendengus kesal setelah memberikan pelajaran pria itu dan melenggang pergi mengembuskan napas naik mengibarkan rambut poni kudanya.

Sam Sul dan yang lainnya yang awalnya bersembunyi segera berlari ke arah Je. "Je , kau hebat sekali bisa mengalahkan mereka."

"Jangan banyak bacot! Ayo pulang!" ujar Je santai.

"Mulai hari ini kami akan menjadikan, Je sebagai bos dan tak akan membiarkanmu dirundung anak-anak yang lain." Sam Sul dan yang lainnya bersungguh-sungguh kali ini. Mereka yang awalnya merundung Je, kini berubah menjadikan gadis itu sebagai pimpinan di kelompoknya setelah melihat keahlian Je.

Keempat orang itu lantas bergerak pergi meninggalkan lokasi karena hari yang mulai menjelang pagi.

Sementara itu, di sebuah mobil yang terparkir di pinggir jalan tak jauh dari tempat perkelahian. Liam kembali tersenyum melihat kehebatan gadis yang tak hanya mempesona saat bermain judi, tetapi juga ketika berkelahi. "Jalan!" ucapnya pada sang asisten.

Mobil pun melaju perlahan menyusuri jalan, melewati Jessi dan teman-temannya yang asyik bercanda di setiap langkah mereka. Tanpa sadar sebuah senyum juga terlukis indah di wajah Liam menyaksikan hal itu. Suatu ekspresi langka yang ditangkap sang asisten selama bekerja dengannya. "Apa, Tuan menyukai gadis itu?" tanya Kare.

"Entahlah, dia cukup menarik bagiku. Apa kau sudah mendapatkan identitasnya?"

"Sudah, Tuan. Ada di tablet."

Liam lantas meraih benda pipih di sampingnya dan membaca setiap detail data diri gadis itu yang membuatnya mengernyitkan dahi untuk sesaat.

"Ada masalah, Tuan?" Kare terlihat cukup bingung ketika menengok ekspresi bosnya dari kaca spion di tengah mobil.

Pria itu hanya menggeleng kecil, lalu menautkan alis, tak lama kemudian tersenyum sehingga membuat asistennya bingung dengan tingkah Liam yang layaknya ABG labil sedang jatuh cinta.

"Tujuh belas tahun. Aku pasti sudah gila jika jatuh cinta dengan gadis di bawah umur," gumam Liam lirih mengembuskan napas kasar lalu menoleh ke arah kaca mobilnya. Namun, tiba-tiba saja bayangan wajah Je yang tersenyum ke arah di kaca membuat pria itu membelalakkan mata dan menggeleng dengan cepat. "Kar, sepertinya aku terlalu banyak minum hari ini."

Kare yang mendengar keluhan sang majikan hanya bisa mengernyitkan dahi. Siapa yang tak mengenal William Scorpio, pria dengan toleransi alkohol tingkat tinggi hingga tak pernah mabuk meskipun menghabiskan satu pabrik pembuatan anggur dan sekarang mengeluh terlalu banyak minum. Sepertinya Liam sungguh menjadi gila karena jatuh cinta, hal itu lebih masuk akal di pikiran Kare.

Berbeda dengan Liam, di kediaman Su Man To, Ju Min Ten yang mengetahui dari Rose jika Jenni belum pulang bergegas membangunkan suaminya. "Dad, Daddy."

Pria itu hanya berdeham dan masih tidur memunggungi istrinya. "Dad." Namun, Ju Min Ten tak henti-hentinya menggoyangkan tubuh Su Man To agar segera bangun.

"Apa apa, Mom?" Su Man To membuka mata dengan malas karena dia memang masih lelah karena urusan kantor.

Tanpa membuang waktu, Ju Min Ten pun mulai memprovokasi pria tersebut dengan aktingnya. "Dad, Jenni belum pulang. Mommy khawatir terjadi sesuatu dengan gadis itu."

"Apa?" Su Man To seketika terbangun dari posisinya. Dia mengambil kaca mata di atas nakas dan mengenakan langsung. Pandangan pria tersebut menoleh ke arah jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Bagaimana bisa putrinya tidak ada di rumah di jam seperti ini. "Mommy, yakin?"

"Tadi Mommy berniat mengambil air minum dan tak sengaja melihat pintu kamar Jenni tidak dikunci. Ternyata dia tidak ada di kamarnya, Dad. Bagaimana jika terjadi sesuatu dengan putri kita?" ucap Ju Min Ten dengan mengibah layaknya seorang ibu yang baik hati di depan suaminya.

Padahal aslinya Su Man To juga tahu bagaimana kejamnya Ju Min Ten ketika menyiksa Jenni dengan dalih mendidik putrinya agar menjadi gadis yang bertanggung jawab dan bodohnya pria tersebut menerima alasan itu.

"Kita cari dia ke bawah!" Mereka pun segera beranjak dari ranjang dan bergerak mencari Jenni. Padahal jiwa gadis itu selalu berada di samping ayahnya karena kerinduan akan kasih sayang sang ayah yang tak pernah dia dapat.

To Be Continue..