NovelToon NovelToon
Ketulusan Hati Istri Kedua

Ketulusan Hati Istri Kedua

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Patahhati / Perjodohan / Poligami / Tamat
Popularitas:2.4M
Nilai: 4.8
Nama Author: rini sya

Riana terpaksa menerima lamaran keluarga seorang pria beristri karena keadaan yang menghimpitnya. Sayangnya, pria yang menikahinya pun tidak menghendaki pernikahan ini. Sehingga menjadikan pria tersebut dingin nan angkuh terhadap dirinya.

Mampukah Riana tetap mencintai dan menghormati imamnya? Sedangkan sikap labil sering sama-sama mereka tunjukkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rini sya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tuduhan Menyakitkan

Langit semakin tidak mengerti dengan keinginan-keinginan dan sikap Yuta yang menurutnya bikin pusing dan tidak masuk akal.

Wanita itu meminta pada sang suami untuk jangan bekerja. Ia ingin Langit sendirilah yang menjaga, merawat dan menemaninya. Dengan dalih, itu adalah bukti cinta kepadanya.

"Jangan begitulah, Mi! Kita kan butuh beli obat buat Mami. Buat bayar kemo juga. Ya kan," ucap Langit berusaha mengambil hati sang istri.

"Mami udah tahu, pasti Papi bakal jawab kek gitu! Papi kan udah nggak cinta sama Mami. Papi udah tergoda ya sama wanita pelakor itu," tuduh Yuta kesal.

"Astaga, Mi! Ya enggak lah. Ngapain? Kek nggak ada yang lain aja," jawab Langit yakin.

Yuta mencebikkan bibirnya tak percaya. Mana mungkin seorang Langit tidak tergoda dengan wanita itu. Secara, Riana memang cantik. Meskipun hampir tidak pernah menggunakan make up.

"Udahlah Mi, jangan suudzon sama Papi. Kan Papi kerja buat Mami sehat ya kan. Nanti kita cari perawat baru buat Mami. Yang seperti Mami ingin kan, nanti kalo Papi pulang kerja, biar Papi yang nemenin Mami. Kayak gini, seperti biasa ya," rayu Langit lagi. Berusaha tetap menjaga hati wanita yang ia cintai ini.

Mana mungkin bisa begitu? Jika dia tidak bekerja, apakah mungkin kedua orang tua Langit mau membantu membiayai biaya pengobatannya yang terbilang cukup mahal.

"Pokoknya Mami nggak mau," tolak Yuta lagi, kali ini diiringi dengan derai air mata. Sehingga membuat Langit kewalahan.

Langit diam sesaat. Lalu memeriksa ponselnya. Banyak sekali notice di handphonenya tentang laporan pengeluaran keuangan dari kartu kreditnya. Ternyata bukan hanya keinginan tak masuk ala Yuta yang membuat Langit pusing tujuh keliling. Yuta bukan hanya egois dan semaunya sendiri. Wanita itu, nyatanya juga sukses menguras apa yang Langit miliki dengan gila-gilaan berbelanja online. Padahal, apa yang ia beli tidak ia pakai. Apa tujuannya melakukan itu. Apakah hanya untuk menunjukkan pada istri mudanya, kalau sang istri muda tak berarti apapun untuk dirinya.

Langit tertegun tanpa kata. Ingin ia melarang, tetapi untuk saat ini, mana mungkin. Menolak keinginannya gar dirinya tak bekerja saja sulit. Apa lagi melarangnya untuk tidak belanja, bisa marah nanti. Dan menyulut emosi Yuta adalah sesuatu yang tidak baik untuk kesehatannya. Seperti apa yang dokter pesan kepadanya.

***

Dua hari berlalu sejak keinginan aneh itu Yuta utarakan, Langit memang berada di rumah dan tak pernah ke mana-mana. Bekerja dari rumah, dan meminta sekertatisnya untuk mengirimkan semua file yang harus ia pelajari dan kerjakan. Padahal, sebenarnya proyek baru yang kini ia tangani sangat membutuhkan kehadirannya.

Sungguh, keinginan Yuta ini membuatnya stres berat. Sehingga membuatnya uring-uringan dan sakit kepala.

Siang itu, seperti biasa, Riana sedang menyuapi baby Ara makan di taman belakang. Tanpa sengaja Langit menangkap pemandangan itu. Entah mengapa, hatinya merasakan ketenangan ketika melihat mereka berdua.

Sanda gurau Riana dan Ara seperti memberikan hiburan tersendiri bagi Langit. Mengingat apa yang Yuta lakukan padanya sungguh membuatnya hampir gila.

Dari atas balkon, Langit terus saja menatap wajah cantik seorang wanita yang begitu telaten mengurus sang buah hati. Sesekali ia juga melihat Riana mencium dan mengajak baby Ara bercengkrama selama memberi gadis cilik itu makan.

Riana terlihat begitu nyaman menjaga Ara. Membuat Langit sedikit menyadari, bahwa tuduhannya terhadap wanita itu sedikit jahat.

Namun sayang, kasikan Langit terganggu oleh kehadiran Yuta. Dengan tanpa perasaan wanita itupun kembali menyuarakan isi pikirannya.

"Asik ya ngelihat wanita cantik!" ledek Yuta.

"Apaan sih, Mi? Papi di sini kerja. Mami cuma merhatiin cara dia kasih makan Ara. Itu doang!" jawab Langit jujur.

"Cih, dasar pria ganjen. Niat banget boong!" balas Yuta ketus.

Langit enggan berdebat, ia pun segera merapikan pekerjaannya dan membawa barang-barang itu ke kamarnya. Setidaknya untuk saat ini Langit hanya ingin sedikit ketenangan. Agar bisa sedikit memiliki waktu untuk memikirkan pekerjaannya. Sebab ia memiliki tangung jawab yang cukup besar. Tanggung jawab yang telah Dayat percayakan kepadanya. Jika sampai gagal, maka habislah riwayatnya.

Langit menuruni anak-anak tangga. Tanpa sengaja ia berpas-pasan dengan Riana yang saat ini sedang menggendong Ara. Langit menghentikan langkahnya dan menatap kedua wanita beda usia itu. Ara sendiri tertawa senang melihatnya. Bahkan gadis cilik itu beraorak gembira. Seolah memanggilnya.

Langit tak punya pilihan lain, tak mungkin ia mengacuhkan bayi manggil itu. Langit pun memilih untuk menaruh berkas-berkasnya di sofa dan menghampiri Ara. Sedangkan Riana hanya menunduk takut.

"Ara mau sama Papi?" tanya Langit pada baby Ara, tetapi matanya menatap wanita yang menunduk menjaga padangannya itu.

"Maaf, Mas. Adek baru selesai makan. Jadi agak amis, boleh nggak Ria bersihin dulu. Sama sekalian gantiin bajunya," ucap Riana, suaranya terdengar lembut namun Langit tahu jika wanita itu gugup berhadapan dengannya.

"Bersihinnya dimandiin apa gimana?" tanya Langit.

"Tidak, hanya dilap dengan air hangat, lalu digantiin baju," jawab Riana lagi.

"Bisa kan di sofa?" tanya Langit lagi.

"Bisa," jawab Riana singkat.

"Ya udah kamu bawa aja peralatan Ara ke sofa. Biar kami tunggu kamu di sana," pinta Langit, sebab ia tak ingin membuat Ara kecewa.

Riana hanya menjawab pertanyaan itu dengan anggukan kepala. Tak mungkin baginya untuk menolak permintaan pria itu. Jika berani, maka Riana yakin, Langit tak akan segan-segan menghajarnya seperti malam itu.

Setelah menyerahkan baby Ara pada ayahnya. Riana pun ke kamar bocah cilik itu dan menyiapkan segala keperluan Ara. Jujur, sebenarnya ia kurang nyaman berdekatan dengan Langit. Jantungnya berdetak sangat kencang jika berdekatan dengan pria itu. Entah ia takut atau bagaiman, Riana tak tahu. Yang jelas, ia kesulitan mengendalikan perasaanya.

Kini Riana telah kembali membawa baskon berisi air hangat, dan juga tas kecil yang berisi perlengkapan untuk merawat baby Ara. Tak lupa, baju ganti untuk gadis cantik itu.

"Adek dirawat dulu ya, nanti baru main lagi. Oke!" ucap Riana merayu Ara.

Langit diam, pria ini terlihat sedikit menyunggingkan senyum. Entah mengapa? Langit menyukai momen ini.

Menyaksikan Riana merawat dan mengajak bercengkrama Ara. Sehingga bayi itu merasa sangat nyaman bersamanya.

"Apakah sebelum ini kamu terbiasa merawat bayi?" tanya Langit tiba-tiba. Aneh saja, sebab Riana begitu cekatan merawat bayi mungil itu.

"Tidak, Mas! Ria menang suka anak kecil. Kan Ria guru TK," jawab Riana jujur.

"Ohhh!" Langit kembali memerhatikan kesibukan Riana merawat bayinya.

"Jadi kamu berhenti karena nikah sama aku?" tanya Langit lagi.

Riana menatap sekilas ke arah sang suami. Kemudian ia pun menjawab pertanyaan itu dengan agukan.

"Baiklah, berarti selama kita nikah kamu nggak ada pemasukan dong. Atau kamu masih jual diri? Ahhhhh, sebaiknya kamu jadi babysitter Ara saja, nanti aku gaji kamu sesuai gaji yang diterima Lani. Gimana?" tanya Langit.

Sungguh pernyataan itu terdengar menampar hati Riana. Tuduhan menjual diri adalah tuduhan yang sangat-sangat kejam. Ingin rasanya Riana mengeluarkan air matanya, namun gadis ini berpikir keras itu. Riana mencoba menepis pernyataan menyakitkan Langit dan lebih fokus pada pertanyaan pria tersebut yang menawarkan padanya untuk menjadi babysitter Ara.

Setidaknya, jika ia bekerja dan digaji, itu artinya bisa menepis sedikit pernyataan Langit tentang dirinya selama ini telah menjual diri.

Bersambung....

Jangan lupa like n komennya ya...

1
gian 305
gpp sayang anak nya tp jgn ada hati buat Bpk nya yg egois
gian 305
berharap g balik sama c langit... egois
gian 305
sebel sama sikap riana... plin plan
pojok_kulon
ih amit amit sama si yuta
pojok_kulon
kasian sekali ya Riana
Sapna Anah
kenapa ga Padang cctv aja d kamarnya biar tau belangnya c yuta
Merda
Gak suka karakter Riana, percaya dirinya terlalu tinggi
gian 305: setuju... kesan nya sok tau beda tipis sama bodoh🤣🤣
total 1 replies
Merda
Katanya istrinya sakit, tapi bs beraktifitas..
SisAzalea
kurang keren kamu langit.. spt bocah aja main lempar2 sepatu
SisAzalea
yea yea..minah lah hero filem ini
Vivi Octavianty
👍🏻👍🏻👍🏻💖💖💖
Noerlina Akbar
Luar biasa
Jolanda Lengkey
dasar ular kau yuta/Toasted/
Sri Murtini
klu udah makan masakan riana ntar nagih minta yg lain krn stres dengar yuta yg emosi terus
Jolanda Lengkey
lanjut.....
Jolanda Lengkey
kabur aja riana/Tongue/
Hutabarat's Herlina
naik kan gaji minah Thor...
Mer
langit masih ga sadar kesalahannya
msh merasa paling tersakiti
Mer
tulus sih tulus riana tp bodoh jangan
Ma Em
Sudahlah Riana untuk apa kamu memikirkan lelaki yg sdh menyakiti kamu lupakan Langit masih banyak lelaki baik, tampan , sayang serta cintanya yg tulus biarkan Langit dgn penyesalannya tdk usah kamu hiraukan lagi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!