NovelToon NovelToon
Bidadari Surga Yang Dirindukan

Bidadari Surga Yang Dirindukan

Status: tamat
Genre:Romantis / Contest / Tamat
Popularitas:6.1M
Nilai: 4.5
Nama Author: Leny Fairuz

Dalam Sekuel kedua mengisahkan tentang lika-liku kehidupan Khaira Althafunnisa putri Hani dan Faiq dalam menemukan cinta sejati. Khaira telah menetapkan hatinya pada Abbas, seorang lelaki sederhana yang telah menggenggam hatinya sejak awal. Dengan kepergian Abbas meyakinkan Khaira bahwa mereka akan sehidup sesurga, hingga ia menutup hatinya untuk siapa pun yang mencoba mendekati dan meminangnya. Alexsander Ivandra seorang Ceo New Star Corp., tidak percaya yang namanya cinta sejati. Setelah diselingkuhi Sandra, kekasihnya yang seorang artis juga model termahal yang merupakan artis dibawah naungan manajemen artis miliknya, sulit bagi Ivan untuk mempercayai seorang wanita, hingga akhirnya pertemuan pertama hingga kesekian kali dengan Khaira membuat Ivan merasakan ada yang berbeda. Mampukah Ivan menaklukkan hati Khaira yang terlanjur membeku untuk memulai hubungan baru dengan seorang pria. Bagaimana cara Ivan untuk membuktikan bahwa perasaannya benar-benar tulus, bukan sekedar cinta biasa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leny Fairuz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

Setelah berpisah dengan Adi, kini Hani telah memiliki profesi baru sebagai penata interior dan memiliki WO sendiri atas bantuan Caca, karena Caca yang masih ingin berkarier di luar negeri, jadi perusahaan WO yang ia pegang, telah dipindahnamakan kepada Hani. Karena keterampilannya dalam mendesign ruang, mulai banyak permintaan pada WO-nya sebagai penyelenggara acara-acara megah baik di hotel maupun di perkantoran.

Dengan dibantu Gigi usahanya semakin maju. Menggunakan uang hasil penjualan rumah warisan membuat  ia melebarkan sayapnya mengembangkan beberapa usaha, yaitu  restoran, dan café yang masih berada di lokasi yang sama. Selain itu ia dibantu Ammar membuat  wahana untuk permainan anak beserta keluarga yang ingin camping.

Hani juga mengajak Fandi salah satu teman SMAnya yang seorang sarjana pertanian untuk mengelola perkebunan serta budidaya ikan air tawar, untuk konsumsi  restorannya.  Beruntung istri Fandi yang bernama Mawar adalah seorang yang berprofesi seperti Hani sehingga diangkat menjadi sekretaris Hani dan mereka bekerja sama dalam mengelola usaha Hani yang di bawah label A2H Enterprise yang menaungi beberapa macam usaha yakni kuliner, play ground dan WO.

Siang ini karena tidak ada kesibukan, Gigi meminta izin untuk membawa Hasya bersamanya ke mall, karena ia sudah berjanji untuk menemani suaminya makan siang sekalian bertemu kliennya di restoran yang lokasinya berada di dalam mall megah itu. Kedekatan antara Gigi beserta suaminya dengan Hasya membuat si mungil memanggilnya mami dan papi, karena hingga detik ini Yang Kuasa belum memberikan kepercayaan pada Gigi untuk hamil, tapi ia dan suaminya tetap sabar.

Sudah puas membawa Hasya berkeliling melihat-lihat area bermain anak, Gigi segera memasuki restoran. Ia mengedarkan pandangan, tampak Fery melambaikan tangan ke arahnya.

“Papi…” Tanpa bisa dicegah Gigi, Hasya berlari kecil menghampiri Fery  yang asyik berbincang dengan dua orang temannya.

Fery langsung meraih Hasya dan menggendongnya  dengan penuh kasih sayang. Aroma lembut bayi begitu menenangkan bagi Fery dan ia sangat menyukainya.

“Wah, ini putrimu cantik sekali.” Ternyata  salah satu klien Fery adalah Adi yang juga temannya saat kuliah di Singapura, mereka seumuran. Adi memandang Hasya dengan lekat. Ia merasakan sesuatu yang berdetak dengan cepat saat  matanya menatap raut mungil yang menggemaskan di depannya. “Berapa usianya?”

“Hampir tiga tahun.” ujar Fery sambil membelai rambut Hasya yang asyik memainkan boneka mini di tangannya.

Gigi berdiri diantara ketiganya, “Dedek, ayo sama mami. Papi masih ada kerjaan.” Ia mengulurkan tangannya pada Hasya yang masih berada dalam gendongan Fery.

Hasya mengangguk manja dan berpindah pada Gigi. Tubuhnya yang montok dengan kulit bersih putih, membuat klien Fery memandangnya dengan gemes.

“Sayang, perkenalkan. Ini Tama temanku saat SMA, sekarang kami akan bekerja sama untuk merenovasi hotel miliknya di kota Bandung. Dan ini Iwan, klien kita yang akan menyelenggarakan even pernikahannya dua bulan lagi.” Fery segera memperkenalkan istrinya dengan kedua rekannya.

Tatapan Adi tak bisa lepas dari Hasya yang asyik bermain, dan sesekali Gigi menyuapinya makan. Mata bulat bening Hasya membuat Adi teringat dengan seseorang yang sudah dua tahun tidak pernah ia temui.

“Anda sudah memiliki anak tuan Tama?” Gigi tak bisa menahan perasaannya melihat tatapan Adi yang begitu dalam terhadap Hasya.

Adi tersenyum miris, “Istriku sudah 2 kali keguguran. Sekarang kami masih menjalani program kehamilan.”

“Wah, kasian sekali.” Gigi manggut-manggut turut prihatin mendengar ucapan Aditama. Ia melihat lelaki itu dengan seksama, dan ia kembali memandang Hasya yang sudah selesai makan.

“Eh, wajah Tuan Tama dan putri anda sangat mirip sekali…” tiba-tiba Iwan menyela perbincangan mereka.

Ketiganya spontan menoleh ke arah Hasya dan Fery serta Gigi langsung memandang Adi dengan serius. Dan mereka terkejut menyadari kenyataan itu, bahwa apa yang dikatakan Iwan memang benar. Kemiripan antara Adi dan Hasya sangatlah identik, Adi dengan kesempurnaan seorang lelaki dengan hidung mancung seperti perosotan, wajah tampan dengan alis tebal, sedangkan Hasya dalam bentuk  mungilnya, hanya matanya yang berbeda, 95 % persen wajah mereka memang mirip.

Semalam-malaman Adi tidak bisa tidur. Ingatannya terus melayang pada putri kecil teman kuliahnya Fery saat di Singapura. Ia meraba jantungnya, terasa ada yang tergores di sana. Tatapan lembut malaikat kecil itu begitu menusuk jantungnya. Adi tidak tau, perasaan apa itu. Kenapa wajah mungil itu tidak bisa lepas dari pikirannya.

“Kenapa wajah Fery dan istrinya tidak ada kemiripan sama sekali dengan gadis mungil itu? Apa bayi itu anak angkat mereka?” beberapa pertanyaan mulai mengganggu pikiran Adi.

“Mas, istirahatlah. Hari sudah larut.” Panggilan Helen yang mengajaknya untuk tidur  tak ia pedulikan. Ia sibuk dengan lamunannya sendiri.

Akhir-akhir ini ia merasakan kesepian yang teramat mengganggu perasaannya. Ternyata keberhasilan yang ia peroleh hingga menjadi pengusaha terbaik di negeri ini tidak mendatangkan kebahagiaan untuknya. Ia memang merasa puas atas pencapaiannya selama 7 tahun ini. Di dampingi istri yang kecantikannya sempurna dan paripurna, seharusnya kebahagiaan itu sudah lengkap dalam genggaman, tapi kembali kedukaan melingkupi keluarga mereka, untuk kedua kalinya Helen mengalami abortus melitus pada saat kehamilan memasuki usia 6 bulan.

Adi merasa sedih. Harusnya di usia 38 tahun ini ia sudah memiliki anak dari istri yang begitu ia cintai. Ia teringat kedua buah hatinya yang sudah lama tidak bertemu. Ia terlalu fokus dengan perusahaan dan Helen, hingga mengabaikan putranya sendiri.

“Bagaimana kabar Ariq dan Ali. Apa mereka baik-baik saja…?” Kerinduan tiba-tiba menggerogoti jiwanya. Bayangan kedua bocah yang tak henti-hentinya berlari di ruangan keluarga sambil membawa bola terus mengusik lamunannya. Sudah hampir dua tahun ia tidak pernah bertemu dengan si kembar, karena ia sudah memastikan hanya akan mengurus anak yang terlahir dari rahim Helen.

Akhirnya Adi tertidur di ruang kerja dengan segala pemikiran yang berkecamuk di kepala. Tapi ia belum memikirkan untuk menemui keduanya. Ia ingin menjaga perasaan Helen yang sedang berduka karena baru mengalami keguguran.

Hari ini Hani dan Gigi akan merayakan keberhasilan perusahaan mereka di tahun kedua dengan mentraktir pegawai intinya di restoran ternama di sebuah pusat perbelanjaan yang mewah. Karena teman-temannya menginginkan menu western, sedangkan di restorannya hanya menyediakan menu Indonesia. Gigi, Caca, Mawar beserta karyawannya yang berjumlah 7 orang sudah asyik menikmati makan siang mereka.

Ariq dan Ali serta Hasya masih asyik bermain di area anak diikuti Hani, Lina dan Sari. Hani segera mengode babysitternya untuk segera membawa mereka makan siang. Hani masih asyik betelponan dengan Hanif yang rencananya akan datang  dalam rangka cuti. Karena sudah lama tidak betelponan dengan Hanif, Hani asyik dengan dunianya sendiri. Ia merasa tenang sekarang. Ketiga buah hatinya mendapatkan kasih sayang yang berlimpah dari rekan-rekannya.

“Papa…” Hasya berlari kecil begitu melihat lelaki muda yang berpapasan dengannya saat mereka sudah memasuki restoran. Padahal sudah beberapa bulan mereka tidak bertemu, tetapi Hasya sangat mengenal sosok Faiq.

Faiq yang saat itu baru kembali dari luar kota bersama Rudi tersenyum begitu melihat  Hasya yang  sudah memeluk betisnya dengan kuat. Ia segera menggendong si mungil dan mencium pipinya dengan gemas.

Hani terkejut  dan tak menyangka melihat kelakuan putrinya. Ia berjalan menghampiri Faiq, “Maafkan kelakuan putri saya.”

Faiq terpana, wajah yang selalu ia impikan dan terus ia hadirkan di dalam sujud-sujud terakhirnya di penghujung malam kini sudah berada di hadapannya.

“Ini putrimu. Ia sangat cantik sekali. Aku sudah jatuh hati saat melihatnya pertama kali.” Ujar Faiq terus terang.

Hani tersenyum membuat Faiq merasa mendapat durian runtuh, perasaannya membuncah senang. “Mari bergabung makan bersama kami, kebetulan saya dan rekan saya merayakan ulang tahun perusahaan yang ke dua. Dede, sini ikut bunda…” Hani mengulurkan tangannya ke  arah Hasya karena merasa tidak enak hati pada lelaki yang tak ia kenal, tapi Hasya tak memperdulikannya ia malah memeluk leher Faiq dengan kuat.

Hani jadi teringat ucapan Gigi beberapa waktu yang lalu, bahwa Hasya memanggil papa pada orang asing yang tak ia kenal. Ia jadi berpikir, apakah lelaki ini juga yang dipanggil Hasya dengan sebutan papa.

Hasya menggelengkan kepala, “Papa.” Dengan centilnya ia mencium pipi Faiq, membuat Hani semakin tidak nyaman dengan keadaan itu.

“Biarkan ia tetap bersamaku,” Faiq tetap menggendong Hasya yang masih memeluk erat lehernya mengikuti langkah Hani menuju sekumpulan orang yang sedang menikmati makan siang. Ia tidak pernah merasakan kebahagiaan seperti saat ini. Dunia terasa sudah berada di tangannya.

“Tak menyangka bahwa wanita idamanmu adalah bundanya si kecil. Allah memang tidak salah memilihkan pasangan untuk umatnya yang sabar. Pepet terus…”  bisik Rudi sambil berjalan bersisian dengan Faiq yang dibalas Faiq sambil tersenyum bahagia.

Gigi bangkit  dari duduknya begitu melihat Hani datang bersama lelaki muda dua orang dan salah satunya menggendong Hasya.

“Eh, dede ketemu papa ya…” godanya pada Hani membuat yang digoda mendelik tajam. Gigi tersenyum lebar. Ia sangat senang jika Hani  segera membuka hati jika telah menemukan pasangan yang tepat.

“Silakan duduk, tuan berdua…” Hani segera memanggil pelayan untuk menambah menu baru serta memesan beberapa minuman.

“Saya Faiq Al Fareza, ini rekan saya Rudi Hartanto.” Faiq memperkenalkan dirinya pada Hani dan teman-temannya.

Beberapa asisten Hani merasa tidak nyaman, dan mereka segera berpindah ke tempat lain dengan alasan ingin shopping karena sudah menyelesaikan makan siang mereka, yang kini menyisakan Gigi serta si kembar dan Hasya.

Suasana masih hening, mereka masih asyik menikmati makan siang. Baru kali ini Faiq merasakan nikmatnya makan siang karena bersama dengan wanita idamannya. Ia tak henti bemgucapkan syukur karena telah dipertemukan kembali dengan wajah yang selalu ia rindu.

“Apa kita pernah bertemu sebelumnya?” Akhirnya Hani membuka percakapan begitu selesai menikmati makan siang, karena ia merasa pernah ketemu dengan lelaki yang tampak ramah dan begitu perhatian pada Hasya.

Faiq tersenyum lembut pada Hani, “Kami petugas pengadilan agama yang memproses kasus perceraianmu kemarin. Bagaimana kabarmu sekarang?” tanpa mengalihkan pandangannya  Faiq  bertanya dengan penuh perhatian.

Rudi tidak menanggapi pembicaraan di antara keduanya. Ia ingin memberikan kesempatan pada Faiq agar bisa berbicara sepuasnya dengan perempuan yang telah mencuri hatinya. Selama ini Faiq selalu curhat tentang perasaannya terhadap janda muda yang membuatnya begitu terpikat, namun tidak pernah ia temui seperti hilang dari peredaran. Faiq tidak pernah bercerita pada siapapun tentang isi hatinya. Namun saat pertama kali bertemu Hasya, disanalah ia mulai menceritakan perasaannya yang telah dicuri oleh si mata teduh. Dan mata bening si mungil mengingatkan ia pada pemilik mata indah sang pencuri hati.

Rudi begitu antusias menanggapi curahan perasaan rekannya itu. Ia tau, Faiq sangat fanatik dalam beragama, dan ia tak pernah terlibat kedekatan dengan rekan perempuan mereka di kantor. Faiq selalu menenggelamkan diri dengan berbagai buku referensinya dalam menangani kasus di pengadilan agama yang melibatkan banyak pihak, serta hati dan perasaan yang akan selalu berakhir luka. Usia Faiq yang sudah kepala tiga dan hampir 32 tahun membuatnya sudah pantas untuk berumah tangga. Namun ia belum tertarik untuk membina rumah tangga karena belum menemukan pasangan yang cocok dan menggetarkan hatinya. Tapi kali ini…

“Saya kira si cantik ini putri anda.” ujar Faiq ketika melihat Gigi mulai menyuapkan  es krim ke mulut Hasya yang sudah terbuka.

Gigi tertawa renyah melihat kelakuan Hasya yang cemberut, karena Gigi malah memasukkan sendok es krim ke mulutnya, membuat yang lain merasa terhibur atas ulah keduanya. Wajah Hasya yang merajuk membuat mereka semakin gemes dengannya.

“Saya dan suami belum memiliki anak. Jadi Sasya sumber kebahagiaan kami bersama termasuk nih, si kembar Ariq dan Ali.”

Faiq memandang satu persatu wajah si kembar. Ia merasa sedih sekaligus bahagia dalam waktu bersamaan. Kesedihan itu tak lain melihat wajah-wajah mungil yang tidak memiliki dan merasakan sentuhan kasih sayang seorang ayah. Sedangkan kebahagiannya adalah dapat menikmati makan siang bersama orang yang ia cintai dan ia harapkan menjadi keluarganya dan bagian dari masa depannya.

“Eh, to the point ya…” tiba-tiba Gigi memecah kesunyian yang tiba-tiba tercipta. “Apa tuan Faiq mau jadi ayah bagi ketiga malaikat kecil ini?”

Hani melotot memandang Gigi, “Candaanmu nggak lucu.” Protesnya pelan namun cukup terdengar diantara mereka.

“Aku serius kok. Dan ini pertemuan kami yang kedua. Yang pertama saat tuan Faiq dan rombongan makan siang di restoranmu…” Gigi menjelaskan dengan gamblang. “Apa lagi Sasya nyaman di dekatnya.”

“Uhuk…” Faiq yang sedang minum air putih langsung tersedak.

“Gigi…” Hani mengecam perkataan Gigi yang benar-benar membuatnya marah, “Nggak usah ngomong sembarangan. Kamu tidak memikirkan perasaan keluarga Tuan Faiq, istrinya, anak-anaknya…”

Hani benar-benar malu mendengar perkataan Gigi. Pengen rasanya ia menimpuk Gigi dengan sendok yang ada di tangannya.  Tapi yang dapat ia lakukan hanya mendelik kesal. Matanya tajam tak berkedip yang dibalas Gigi dengan kedipan nakal.

Rudi tertawa kecil mendengar pembicaraan yang terasa panas di hadapannya. Ia menepuk bahu Faiq yang sedang mengelap bibirnya menggunakan sapu tangan, “Bos saya ini masih lajang. Dan kebetulan sedang ikhtiar mencari pasangan hidup.” Jawab Rudi sekenanya.

Giliran Gigi dan Hani yang terkejut mendengar penuturan Rudi membuat senyum terbit di wajah Gigi. Ia merasa senang hati sekarang dan siap menyomblangi keduanya. Ia tak rela jika Faiq mempunyai kekasih lain.

Hani semakin tak enak, ia tak berani memandang Faiq yang kini memandangnya lembut penuh ketulusan. Akhirnya ia menyibukkan diri kembali menyuapi Hasya yang masih membuka mulutnya.

Faiq terus melihat pemandangan indah di depannya. Pipi Hani bersemu merah  dan ia tak bisa berkata apapun, ia tak berani membalas tatapan Faiq yang tak mengalihkan setitikpun pandangan darinya. Hari yang benar-benar istimewa bagi Faiq.

“Ngomong-omong aku jadi penasaran, tuan Faiq dan Hani ketemuan di mana sih, kok kayaknya udah dekat gitu?” Gigi jadi kepo melihat Faiq yang tampak sudah terbiasa dengan Hani.

Faiq memandang Hani dengan lekat, “Kami berdua bekerja di Pengadilan Agama kota.”

“Oh…” Gigi mengangguk-anggukkan kepala, “Berarti anda yang memutus perkara perceraian Hani dengan lelaki tidak bertanggung jawab itu.”

Hani menepuk pundak Gigi pelan. Ia tidak ingin mengingat peristiwa kelam itu lagi. Itu adalah fase terburuk dalam kehidupannya.

“Maafkan aku, sayang. Setiap mengingat itu, amarahku langsung naik ke ubun-ubun.” Gigi membela diri, karena turut emosional mengingat apa yang sudah dialami sahabatnya itu. Ia menarik nafasnya dalam-dalam dan membuangnya secara perlahan.

Faiq memandang keduanya bergantian. Sekilas ia melihat raut kesedihan tergambar di mata sendu Hani. Ia menelan ludah dengan susah. Ingin rasanya ia segera menghapus kesedihan itu. Tapi perjuangan masih panjang. Keinginannya untuk meminta kepada Sang Pencipta semakin kuat. Dan ia tak ingin melewatkan kesempatan ini. Dengan pertemuan kali ini, ia akan lebih khusu’ untuk meminta kepada Sang Pemilik Hati.

 

 

1
Khairul Azam
bener bener ini novel otornya sok baik. anak dihina begitu diem aja gak ada pembelaan. baik sih boleh tapi harus tau mana yg perlu dibaiki dan mana yg nggak patut untuk dibaiki.
Khairul Azam
ini ni yg gak aku suka dinovel ini, ara gak pernah balas ucapan kasar dr orang yg sudah kasar sama dia. baik boleh tp klo sudah ngomkng kasar balas lah.
Khairul Azam
semua bilang bersatu bersatu trs klo mereka mengalami apa yg dirasaakan ara masih kah mereka bilang bersatu.
Khairul Azam
aku pun jg gak ada simpati sama sekali sama ivan.
Khairul Azam
emang bener sih ivan terlalu meremehkan ara. coba kalo anaknya bryan gak ninggak gak mungkin dia nyari ara.
Khairul Azam
orang pokigami itu pada dasarnya gak ada yg bahagia, yg bilang ikhlas ikhal dipoligami itu hanya sekedar menghibur diri nya sendiri, banyak yg tau agama yg poligami bilang adil dan khlas itu bohong mereka laki lakinya hanya memuaskan nafsunya saja memanjakan slangkangan mereka aja..
Khairul Azam
menjijikan mau balikan manusia manusia sampah
Khairul Azam
menjijikan ivan
Marni Marni
màsa lalu ivan mungkin buruk, tp jujur melihat kesungguhan dan penyesalan ivan saya lbh suka rara kembali sama ivan, biarkan anak" nya mendapatkan kasih sayang dr ayah kandungnya, setiap manusia bs berubah utk menjadi lbh baik
Bundanya Pandu Pharamadina
terimakasih sudah di ijinin baca Marathon TAMAT MBAK Author, semoga kita semua selalu di beri sehat, Aamiin 🤲
Bundanya Pandu Pharamadina
Masya Allah semoga apa yg di harapkan terqobul Ivan Khaira
Bundanya Pandu Pharamadina
adik kakak ipar rukun harmonis
❤❤❤❤
almarhum Adi, Tariq ,Hani ,pastinya bahagia
Bundanya Pandu Pharamadina
Khaira... ayo semangat dan jemput kebahagiaan mu(Khaira)
Bundanya Pandu Pharamadina
sehidup semati.
❤❤❤❤
Bundanya Pandu Pharamadina
Andai dan andai terus Fariq, lenggah dan mudah tertipu mah iya jadi suami
Bundanya Pandu Pharamadina
Alhamdulillah Faiq sadar
Bundanya Pandu Pharamadina
Hani kamu juga harus tegas dan bila perlu ulat bulunya tumpas pakai sianida, Faiq bikin mak mak pengen ngetok pake palu biar sadar di Faiq
Bundanya Pandu Pharamadina
yg tegas dong lakinya, jangan ya ya aja
Bundanya Pandu Pharamadina
Aamiin🤲
Bundanya Pandu Pharamadina
Bapak mertua yg baik dermawan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!