Apakah pengasuh hanya berlaku untuk bayi dan anak-anak?
Ariana, gadis berusia 22 tahun di janjikan upah cukup besar hanya untuk mengasuh putra dari seorang duda kaya raya.
Kenakalannya sudah tak bisa di tolerir, namun sang ayah yakin jika Ariana mampu mengubah sifat anak remajanya itu.
Akankah Ariana berhasil menaklukkan anak remaja itu? Atau justru timbul konflik yang rumit di antara mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Widia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Benci Laki-laki
Arkana dan Wildan terus memperhatikan Arga. Perhatiannya terhadap Ariana membuat kedua orang itu curiga, apalagi duda itu mengajak pelayan yang baru di kenalnya empat hari ke acara makan malam keluarga.
”Pesanlah sesukamu, makanan di restoran ini sangat enak.”
Mendengar perkataan Arga, Ariana semakin yakin jika masakannya tak enak. Dia pun berencana untuk meminta teman kerja cadangan yang pintar memasak sebelum Bi Ipeh kembali lagi ke kediaman keluarga Bradley.
”Boy, your stepmom!” Wildan terus menjahili Arkana, dia sangat tahu jika anak bos nya tak ingin memiliki ibu tiri.
Arkana hanya menatap sinis kedua orang yang ada di hadapannya. Melihat cara Arga menatap Ariana, perkataan Wildan bisa jadi kenyataan di masa depan.
”Bagaimana, kamu suka?” Tanya Arga sambil terus menatap gadis yang sedang menyantap makanan yang di pesannya. Ariana peka, dan hanya mengangguk saja. Dia bingung bagaimana merespon majikannya tanpa menyinggung perasaannya.
”Tuan, saya mau ke toilet sebentar,” Ariana yang selesai makan segera pergi menuju toilet yang ada di sana. Tak terbayang baginya kala berpapasan dengan pria paruh baya yang pernah membuat trauma hidupnya. Untung saja dia tak mengenal wajah Ariana yang sudah dewasa.
”Punya bos ini gak ada ngertinya, udah tahu capek malah nyuruh-nyuruh terus,” pria itu kesal sambil terduduk di dekat toilet pengunjung.
Suara pria itu membuat Ariana teringat memori masa lalu, kepalanya berdengung dan pandangannya mulai kabur.
Gadis itu pun kembali ke meja dengan langkah juntai. Wajahnya terlihat panik, tangannya pun tak diam terus menarik ujung blus nya.
”Kenapa?” Tanya Arkana yang melihat perubahan pada raut wajah Ariana. Ariana menggeleng pelan, namun pemuda itu dengan gampang bisa menebak apa yang gadis itu sedang rasakan.
”Pa, pengasuhku sepertinya sedang tak enak badan. Bagaimana kalau kita pulang?”
Ajakan dari Arkana mendapat persetujuan Wildan, dia pun merasa jika Ariana sedang menyembunyikan sesuatu.
Sepanjang jalan Ariana hanya melamun, Arga pun tak berani untuk mengajak bicara gadis itu. Melihat wajahnya yang pucat pasi, Arga yakin jika Ariana sedang tak baik-baik saja.
”Arkana! Bukankah kau punya janji pada papa,” tegas Arga saat mereka sudah menginjakan kaki di rumah. Tentu saja Arkana mengingatnya, dengan berbagai kalimat yang dia sudah siapkan di otaknya.
”Janji apa?”
”Luka memarmu itu! Bahkan Ariana pun tak bercerita padaku tentang hal ini.”
”Maaf Tuan, saya melihat keadaan tuan muda seperti ini saat di pulang sekolah. Dan tak ada laporan apapun dari pihak sekolah,” jawab Ariana yang tak bisa menjelaskan situasinya. Dia tidak mau terjadi sesuatu pada Beni.
”Tuh kan papa dengar sendiri, aku cuma jatuh pas olahraga. Tanya saja sama pengasuh aku, kalau hari ini ada jadwal olahraga.”
Ariana menganggukan kepalanya, walau alasannya berbohong tapi tentang jadwal olahraga itu memang benar.
Arkana yang tak dapat pertanyaan lagi segera pergi ke kamarnya. Begitu pula Ariana, yang ingin segera istirahat. Apalagi setelah melihat pria paruh baya itu, tengah duduk sambil menyeka keringat. Belum lagi nada bicaranya saat marah, masih sama seperti dulu.
”Aku jadi kangen sama ibu, pasti jam segini ibu sudah tidur kan.”
Melihat jam di ponselnya, Ariana bergegas pergi ke toilet khusus para pelayan. Membasuh bagian tubuh yang di haruskan sesuai syariat, lalu menggunakan kain panjang untuk menutupi bagian tubuh yang harus di tutupi tatkala bersujud pada Sang Maha Pencipta. Ariana menangis, mengeluarkan semua isi hati pada Sang Pemilik. Cukup membuatnya lega, dan berharap dia melupakan semuanya tatkala membuka mata di hari esok.
...~~~...
”Ariana, perkenalkan. Ini om Bima. Nanti om Bima akan tinggal di sini dan akan menjadi keluarga kita.”
Hari itu, Ariana kecil di kenalkan oleh sang ibu dengan pria berkulit sawo matang dan bertubuh tinggi. Nisa, ibu tunggal dari dua anak sedang menjalani hubungan dengan teman se pabriknya. Sering menghabiskan waktu bersama di tempat kerja, membuat kedua orang ini jatuh cinta.
Bima sudah tahu jika Nisa wanita yang pernah menikah dan memiliki anak. Dia jatuh cinta pada sikap Nisa yang tenang, baik dan ke ibuan.
Sampai akhirnya, Bima di kenalkan pada dua anaknya. Ariana yang berumur 6 tahun dan Ario yang baru berusia 2 tahun. Bima pun tahu kenapa Nisa menjadi ibu tunggal, karena ayah kandung dari ke dua anaknya pergi dan tak kembali lagi.
Di sangka tak serius, setahun menjalin cinta, Bima menikahi Nisa. Dengan pesta sederhana dan mahar sejumlah dua ratus ribu rupiah, pernikahan mereka pun di nyatakan sah.
Awal-awal pernikahan, mereka seperti keluarga bahagia. Setiap minggu tamasya bersama, bahkan tak jarang Bima sering membeli mainan baru.
5 tahun berselang, keretakan hubungan Bima dan Nisa terjadi karena tetangga baru seorang wanita muda dari desa sebelah. Bima yang saat itu menganggur, selalu menjadi teman curhat wanita yang berprofesi sebagai pegawai di sebuah klub malam.
Bima mulai kasar, sering membentak Nisa bahkan terkadang melayangkan tangan pada wajah sang istri. Sampai di suatu hari, hal yang membuat Ariana trauma seumur hidup pun terjadi.
Dia yang baru pulang sekolah, mendapati Ario yang sedang mengerjakan PR nya. Namun suara aneh terdengar di kamar ibunya dan Bima.
”Ario, di kamar ada siapa?” Tanya Ariana sambil berbisik pada adiknya.
Ario hanya menggelengkan kepala dengan wajah takutnya seolah menyembunyikan sesuatu.
Ariana yang saat itu baru berusia 12 tahun, harus mendapati sesuatu di kamar ibunya. Sambil memeluk Ario yang berusaha menutup matanya, kedua anak itu menyaksikan perbuatan tak senonoh ayah tirinya dengan tetangga baru mereka.
”Mas Bima gimana ini, dia pasti bakal ngadu ke ibunya!” Ucap si wanita itu sambil menutup tubuhnya dengan selimut milik Nisa.
Dengan wajah bernafsu, Bima menyeret Ariana ke dalam WC. Dalam keadaan masih berseragam, gadis itu di tenggelamkan ke dalam dasar bak mandi yang cukup dalam.
Sementara Ario, mendapatkan ayunan tangan dan tendangan kaki dari si wanita selingkuhan ayah tirinya. Anak kecil itu menangis sembari meminta pada wanita itu untuk berhenti melakukannya.
Namun keberuntungan masih berpihak pada dua anak itu. Nisa yang mendapat kabar jika dirinya di PHK, kembali ke rumah dan menyaksikan tindak kejahatan yang dilakukan suami dan selingkuhan. Dengan sigap, dia memukuli wanita itu dengan gagang sapu yang cukup keras. Wanita itu pun pergi ke rumahnya dengan keadaan berbalut selimut.
”Kakakmu di mana Ario?”
Ario menunjukkan pintu WC rumah mereka, Nisa melihat Bima yang sedang menenggelamkan putrinya segera mengambil pisau dan menancapkan benda itu ke tangan suaminya. Sementara itu Ario, meminta bantuan tetangga yang lain untuk menyelamatkan ibu dan kakaknya.
Ariana yang sudah tak sadarkan diri, segera di bawa ke rumah sakit. Sementara Bima dengan cepat melarikan diri, dan tak di temukan hingga kini.
Dan malam ini, Ariana harus melihat kembali pria yang sudah memberikan trauma pada hidupnya. Setelah di tinggalkan oleh ayah kandungnya yang berbohong, dia pun hampir kehilangan nyawa karena ayah tirinya. Gadis itu membenci laki-laki, dan bertekad untuk tak menikah seumur hidupnya.