NovelToon NovelToon
Godaan Pelakor

Godaan Pelakor

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam / Pelakor / Pelakor jahat / Poligami / Penyesalan Suami / Selingkuh
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Bollyn

Aini adalah seorang istri setia yang harus menerima kenyataan pahit: suaminya, Varo, berselingkuh dengan adik kandungnya sendiri, Cilla. Puncaknya, Aini memergoki Varo dan Cilla sedang menjalin hubungan terlarang di dalam rumahnya.

Rasa sakit Aini semakin dalam ketika ia menyadari bahwa perselingkuhan ini ternyata diketahui dan direstui oleh ibunya, Ibu Dewi.

Dikhianati oleh tiga orang terdekatnya sekaligus, Aini menolak hancur. Ia bertekad bangkit dan menyusun rencana balas dendam untuk menghancurkan mereka yang telah menghancurkan hidupnya.

Saksikan bagaimana Aini membalaskan dendamnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bollyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12: Pesanan Besar dan Tamu Tak Diundang

Pagi itu, Aini terbangun dengan kepala yang terasa sangat berat, seolah ada beban ribuan ton yang menindih kesadarannya. Bayangan percakapan rahasia Varo di telepon semalam tentang jabatan manajer, gaji tiga puluh juta, hingga transferan emas untuk mertuanya terus berputar seperti kaset rusak di benaknya. Ia sempat terduduk lama di tepi ranjang, menatap kosong ke arah jendela yang mulai ditembus cahaya fajar yang pucat. Begitu banyak pengkhianatan yang menghimpit bahunya hingga ia merasa dunianya sedang berada di titik nadir.

Drrrttt... Drrrttt!

Suara getaran ponsel di atas nakas membuyarkan lamunannya yang kelam. Aini menghela napas panjang, tangannya meraba ponsel tersebut dengan gerakan malas dan tak bertenaga.

"Ya ampun... siapa lagi sih? Pagi-pagi sudah mengganggu saja, tidak tahu orang sedang pusing apa," gumam Aini ketus. Ia benar-benar sedang tidak ingin berinteraksi dengan siapa pun saat ini.

Namun, saat melihat nama Santi di layar, jantung Aini seketika mencelos. Santi adalah karyawan kepercayaannya di rumah makan Bakti Aini Rasa. Aini pun langsung menggeser tombol hijau.

"Halo, San? Ada apa pagi-pagi begini?" tanya Aini berusaha menenangkan suaranya.

"Halo, Mbak Aini! Aduh Mbak, Mbak sekarang di mana? Masih di jalan atau bagaimana?" suara Santi terdengar sangat panik dan terburu-buru di seberang sana.

"Masih di rumah, San. Memangnya kenapa? Tumben sekali kamu menanyakan posisiku sepagi ini," jawab Aini bingung, dahinya berkerut heran.

"Loh! Mbak lupa ya? Hari ini kan kita harus menyiapkan 200 box pesanan nasi catering yang sudah dipesan tempo hari! Aku dan Beni sudah di warung dari selesai Subuh tadi, Mbak. Semua bahan-bahan sudah aku belanjakan dan sekarang lagi proses persiapan," ucap Santi mengingatkan dengan nada cemas.

Astaghfirullah! Aini memukul dahinya dengan keras. Akibat terlalu larut dalam kesedihan, kemarahan, dan rencana pembalasan dendamnya, ia benar-benar lupa akan tanggung jawab profesionalnya 200 box nasi catering bukan jumlah yang sedikit untuk dikerjakan hanya oleh dua orang dalam waktu singkat.

"San, maafkan aku! Mbak beneran lupa! Gara-gara banyak pikiran, kepala Mbak jadi tidak fokus sama sekali. Oke, oke... Mbak langsung otw sekarang juga. Tolong siapkan bumbunya dulu ya, Mbak segera sampai!"

"Iya Mbak, cepat ya. Soal ayam sudah aku c,icil potong, Beni juga sudah mulai goreng tahu tempenya," sahut Santi.

Tanpa mempedulikan Varo yang masih mendengkur atau Cilla yang entah masih tidur atau pura-pura pingsan di kamarnya, Aini bersiap secepat kilat. Ia mengambil kunci motor dan langsung memacu kendaraannya membelah jalanan pagi menuju Bakti Aini Rasa.

"Assalamu’alaikum!" seru Aini saat tiba dengan napas terengah di rumah makan miliknya.

"Wa’alaikumsalam! Alhamdulillah, akhirnya sang nakhoda datang juga," canda Beni yang sedang sibuk di depan penggorengan besar, uap panas menyelimuti tubuhnya.

"Maaf ya San, Ben... Mbak beneran telat banget. Pikiran Mbak sedang kacau sampai pikun begini," ucap Aini sambil meletakkan tasnya dan segera memakai celemek. Tanpa membuang waktu, ia mengambil pisau dan membantu Santi memotong bagian ayam yang tersisa.

"Nggak apa-apa Mbak, lagian telatnya nggak lama juga. Masih ada waktu 3 jam sebelum jam pengambilan," sahut Santi sambil tersenyum tulus. Santi dan Beni memang karyawan yang sangat loyal karena Aini selalu memperlakukan mereka layaknya keluarga.

Mereka bertiga fokus dalam pekerjaan masing-masing. Aini dan Santi bertugas memotong dan meracik, sementara Beni fokus di depan tungku memasak. Suara sutil yang beradu dengan wajan menjadi harmoni yang sedikit menenangkan pikiran Aini.

Tak terasa jam menunjukkan pukul 10.00 pagi. Hanya tinggal satu jam lagi sebelum pesanan diambil.

"Alhamdulillah... akhirnya selesai tepat waktu!" seru Aini sambil mengelap keringat yang membasahi dahi dan mukanya. Ia merasa lega luar biasa karena kewajibannya terpenuhi.

"Iya Mbak, untung semua bahan sudah siap dari tadi," timpal Santi tersenyum puas melihat barisan kotak nasi yang rapi.

"Mbak, ini mau diletakkan di meja depan dekat kasir atau tetap di sini?" tanya Beni sambil melepas celemeknya.

"Meja depan saja Ben, biar nanti orang yang mengambil lebih mudah, tidak perlu masuk ke dalam lagi," jawab Aini.

Tak lama setelah mereka membereskan area depan, sebuah mobil berhenti. Seorang pria rapi turun dan masuk ke dalam rumah makan.

"Permisi... pesanan atas nama Pak Adit?" tanya pria itu ramah.

"Eh, Pak Adit! Mari masuk Pak," Santi segera menyambutnya. Ia kemudian berbisik pada Aini, "Mbak, ini orang yang pesan catering kemarin."

"Oh, ini Pak Adit? Saya Aini, pemilik rumah makan ini," Aini mengulurkan tangannya sambil tersenyum manis, berusaha bersikap profesional meskipun hatinya sedang hancur.

"Saya Adit," sahut pria itu sambil membalas jabatan tangan Aini. Matanya menatap Aini dengan sorot kagum yang tidak disembunyikan. "Pesanan saya sudah siap kan, Mbak?"

"Sudah Pak Adit, semuanya lengkap 200 box. Dan sebagai tanda terima kasih, kami lebihkan lima box untuk bonus," ujar Aini.

"Wah, terima kasih banyak Mbak Aini. Saya memang sudah sering makan di sini, rasanya enak, makanya saya putuskan pesan di sini untuk acara kantor," ucap Adit tulus. Ia kemudian menyerahkan sebuah amplop. "Ini pelunasannya ya, Mbak."

"Saya terima ya Pak, Alhamdulillah," sahut Aini penuh syukur.

Setelah Beni membantu membawakan pesanan ke mobil dan Pak Adit pergi, Aini baru saja hendak duduk di kursi kasir untuk menghitung uang saat ponselnya berdering lagi.

Drrrttt! Drrrttt!

"Siapa lagi sih yang telepon?" gumam Aini. Saat melihat layar, ia terkejut. Itu adalah Ibu Rini, mertuanya.

"Halo, Assalamu’alaikum, Bu," sapa Aini hati-hati.

"Wa’alaikumussalam! Kamu sekarang di mana, Aini?!" suara Ibu Rini langsung terdengar tinggi dan penuh nada kesal.

"Aini lagi di luar Bu, di rumah makan tempat Aini kerja," jawab Aini sedikit malas karena tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Ngapain kamu di sana? Kamu tahu tidak, Ibu dan Bapak sudah dari jam sepuluh tadi berdiri di depan rumah kamu! Panas sekali tahu, pegal kaki Ibu nunggu kamu!" omel Ibu Rini tanpa jeda.

Aini terperangah. "Hah? Ibu dan Bapak ada di rumah? Kok tidak bilang kalau mau datang?"

"Pake tanya lagi! Ibu kan kangen sama anak dan menantu, tapi malah disambut pintu terkunci. Cepat kamu pulang! Kamu jadi istri jangan sering kelayapan, kerja terus tapi rumah sendiri tidak ada orang!"

"Iya Bu, Aini segera jalan pulang. Tadi Aini kira ada Cilla di rumah, makanya Aini tenang-tenang saja," jawab Aini sambil bergegas merapikan tasnya.

"Ya mana Ibu tahu, Ibu sudah ketuk pintu berjam-jam tidak ada sahutan! Sudah cepat pulang, jangan lupa belikan makanan enak untuk Ibu dan Bapak, kami lapar! Sekalian belikan es campur yang segar ya!" tutup Ibu Rini secara sepihak.

Aini menghela napas panjang, mencoba menyabarkan hatinya yang kian sesak.

"Sabar Aini, sabar..." gumamnya lirih. Ia segera meminta Santi membungkuskan beberapa porsi makanan dari rumah makan untuk dibawa pulang, agar ia tidak perlu repot memasak lagi di tengah omelan mertuanya nanti.

Tiba di rumah tiga puluh menit kemudian, Aini melihat Ibu Rini dan Bapak Purnama duduk di kursi teras dengan wajah merah padam. Terutama Ibu Sarah yang sibuk mengibaskan kipas dengan raut wajah sangat judes.

"Assalamu’alaikum Ibu, Bapak... maaf ya Aini telat," ucap Aini sambil mencium tangan kedua mertuanya.

"Lama sekali kamu Aini! Ibu ini sudah hampir pingsan nunggu di sini," semprot Ibu Sarah langsung.

"Cepat buka pintunya!"

Begitu masuk, Ibu Sarah langsung nyelonong ke dapur tanpa peduli. Aini pun segera menyiapkan makanan di meja makan agar mertuanya segera tenang.

"Kamu beli makanan ini di mana Aini? Kelihatannya enak," tanya Ibu Sarah sambil mulai menyendok nasi dengan lahap begitu makanan tersaji.

"Itu makanan dari rumah makan Aini sendiri Bu," jawab Aini sambil menuangkan es campur ke gelas.

Ibu Sarah mencibir sambil mengunyah gorengan dengan kasar.

"Masih buka juga rumah makan kecilmu itu? Ibu kira sudah lama tutup karena tidak laku. Buang-buang uang saja dipertahankan, mending modalnya untuk keperluan rumah ini."

"Alhamdulillah masih buka Bu, walaupun kecil tapi lumayan hasilnya," jawab Aini tenang, meski hatinya terasa seperti disayat sembilu mendengar ucapan mertuanya yang begitu tega.

"Kamu jadi istri itu jangan sering-sering kelayapan keluar rumah. Cukup diam dan beresin rumah saja, urus suamimu dengan benar," tambah Ibu Sarah lagi, mulutnya tidak berhenti meski sedang makan.

"Sudahlah Bu, jangan ngomel terus. Ini Aini sudah repot jemput dan siapkan makan, lebih baik kita nikmati saja. Ibu kan tadi lapar," potong Bapak Wijaya tiba-tiba. Bukan karena membela, tapi karena ia pun jengah dengan ocehan istrinya yang tidak pakai berhenti.

Aini hanya bisa diam membeku. Ia menatap mertuanya, lalu teringat Varo yang juga berbohong padanya. Kalian semua benar-benar kompak ya, batin Aini dingin.

Bersambung

...****************...

1
rian Away
MAMPUS JALANG
Dede Azwa
kejutan Mulu thorrr..bosen denger ny,,,harus ny langsung ke inti ny....bikin darting liat ny😡
Dede Azwa: iya kak othor sama"🤭semoga kedepannya lebih gacorrr lagi...bagus ceritanya pemeran utama ny gak menye" pertahan kan KK..sukses selalu kak othorr buat novel ny👍💪🥰
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!